SOLOPOS.COM - Salam sikut antara mantan Wapres Jusuf Kalla dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani (Setwapres)

Solopos.com, SOLO — Tak ada salaman apalagi tradisi cium tangan saat Wakil Presiden Ma’ruf Amin datang di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (11/3/2020) lalu. Ini bukan hal yang biasa, tradisi salaman plus cium tangan biasa terlihat saat Ma’ruf berinteraksi dengan warga. Semua telah berubah total gara-gara virus corona, termasuk tradisi salaman,

Kala itu, Ma’ruf hadir dalam Musyawarah Nasional Asosiasi DPRD Kota Seluruh Indonesia (Adeksi). Biasanya begitu, Ma’ruf datang peserta atau masyarakat berebut bersalaman dan mencium tangan.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

”Saya mohon maaf karena salamannya tidak cium tangan, untuk menangkal (penyebaran) virus corona,” kata Ma’ruf, saat menyampaikan pidatonya di acara Adeksi itu.

Jokowi Umumkan Obat Sembuhkan Pasien Penyakit Virus Corona

Cerita yang hampir sama terjadi saat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bertemu mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di lobi kantor Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Jakarta, Kamis (12/3/2020).

Tradisi salaman yang selama ini sudah mengakar tidak muncul saat keduanya bertemu. Mereka memilih beradu sikut. JK menyebut itu sebagai “salam corona”. ”Untuk mencegah penyebaran virus corona,” kata JK.

Bentuk adu sikut JK-Anik yang menggantikan tradisi salaman hanya salah satu dari perubahan gaya orang bersalaman demi mencegah penyebaran penyakit yang sedang melanda dunia ini.

Perubahan Interaksi

Perubahan cara interaksi ini bukan hanya di Indonesia tapi juga di belahan negara lain. Di Prancis, tradisi salaman juga harus ditanggalkan. Sebagai gantinya, mereka melakukan tatap mata.

Di Iran, masyarakat yang bisanya saling memeluk jika bertemu, kini harus rela menanggalkan tradisi itu. Agar terkesan masih akrab dan hangat, mereka menggantinya dengan beradu kaki.

Mobil Tabrak Motor di Karanganyar, 2 Orang Meninggal

Corona memang telah mengubah wajah interaksi manusia di dunia. Bisa dibilang tradisi salaman hampir merata di dunia, namun kini semua berubah gara-gara corona.

Salaman merupakan ungkapan atau ekspresi keakraban, dan juga perkenalan antarmanusia. Dalam sejarah manusia, salaman sudah dikenal sejak ribuan tahun silam.

Sebagaimana dikutip dari indonesia.go.id, Sabtu (21/3/2020), sejarawan asal Jerman Walter Burkert menyebut jabat tangan awalnya diniatkan sebagai cara menyampaikan niat damai. Dengan mengulurkan tangan kosong itu, orang lain akan mengetahui kita tak memegang senjata. Artinya, orang itu tak memiliki niat jahat.

Masker Kain Sritex, Bisa Dicuci-Pakai Berulang Kali, Apa Istimewanya?

Evan Andrews dalam tulisan berjudul The History of The Handshake di History.com menyebut, jejak awal salaman tampak pada relief abad IX sebelum Masehi.

Pada relief itu, Raja Assyria Shalmaneser III (859-827 SM) berjabat tangan dengan penguasa Babylonia untuk meneguhkan aliansi.

Jejak Lain Tradisi Salaman

Jejak lain tradisi salaman juga ditemukan pada abad IV dan V SM. Dalam seni penguburan Yunani itu terlihat gambar orang yang sudah meninggal bersalaman dengan anggota keluarganya. Relief itu menandakan perpisahan.

Bagi orang Romawi kuno, tradisi salaman dianggap sebagai simbol kesetiaan, persahabatan, dan kepercayaan. Gambar jabat tangan yang menyimbolkan kepercayaan dan kesetiaan itu bisa ditemukan dalam jejak koin Romawi kuno.

Simbol kepercayaan lain, bisa kita temui dalam karya penyair epik Homer yang berjudul “Illiad dan Oddyssey”. Dalam karya itu, salaman kerap dikaitkan dengan janji dan kepercayaan.

Dalam perkembangannya, salaman populer dalam kehidupan sehari-hari. Para sejarawan meyakini, popularitas jabatan tangan ini digaungkan kaum Quarker (perkumpulan agama sahabat, kelompok Kristen Protestan asal Inggris pada abad ke-17).

Ternyata Ini Foto Asli Soeharto Naik Nmax

Menurut mereka, tradusu salaman dengan segala macam modelnya, lebih egaliter dibanding dengan membungkuk atau mengangkat topi. Sejak saat itu, salaman menjadi tradisi umat manusia di belahan bumi ini.

Kini tradisi salaman itu berubah total setelah virus corona muncul. World Health Organization (WHO) mengingatkan hal ini.

Menurut WHO, tangan merupakan gerbang utama penyebaran penyakit. Karena, kita selalu menyertakan tangan untuk berkegiatan apapun.



Penelitian dari University of Colorado mengungkapkan rata-rata tangan kita mengandung 3.200 bakteri dari 150 spesies yang berbeda.

Misteri Virus Corona di Seminar Bogor, Panitia Tak Bisa Ditemukan

Menurut penelitian ini, dalam hidup kita bersalaman rata-rata kurang lebih 15 ribu kali. Jumlah ini bisa lebih, jika kita hidup di dunia Timur.

Dengan banyaknya bakteri yang ada di tangan itu, penyakit memang bisa menyebar dengan sangat cepat. Apalagi jika kita malas mencuci tangan. Dan mungkin untuk sementara waktu tradisi salaman surut dari peradaban, entah sampai kapan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya