SOLOPOS.COM - Infografis Pisang Cavendish (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, BOYOLALI -- Saat ini lebih dari 1.000 batang pohon pisang cavendish tumbuh subur di lahan seluas dua hektare di perkebunan Desa Kunti, Kecamatan Andong, Kabupaten Boyolali.

Rata-rata pohon pisang tersebut setinggi sekitar dua meter. Sebagian sudah berbuah. Bibit pohon pisang cavendish yang ditanam lima bulan lalu itu sudah bertunas yang banyak.

Promosi Mudik: Traveling Massal sejak Era Majapahit, Ekonomi & Polusi Meningkat Tajam

Tandan pisang dibungkus plastik transparan. Di setiap sela-sela buah disumpal lembaran busa warna putih. Pohon pisang cavendish dalam lima bulan sudah berbuah.

Kurang Ajar! Karyawan Starbucks di Jakarta Intip Payudara Pelanggan Lewat CCTV

Tunas sebagian sudah diambil, tapi masih tumbuh banyak. Lahan yang ditanani merupakan tanah kering. Para petani di Desa Kunti berhasil membuktikan dengan pengelolaan yang benar tanah kering bisa diberdayakan.

Penanggung jawab budi daya pisang cavendish di Desa Kunti, Pri Kuntadi, saat ditemui Solopos.com, , Minggu (28/6/2020), mengatakan kebun pisang tersebut kini sering dikunjungi berbagai elemen masyarakat dan kalangan petani.

Pada Minggu itu kebun pisang tersebut dikunjungi banyak orang, antara lain para akademisi dan wakil Yayasan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nasional (YP3N) Yogyakarta.

”Ada beberapa petani dari daerah lain yang rencananya akan mengembangkan kebun pisang yang sama. Pisang cavendish kini menjadi komoditas diminati, bukan hanya di pasar lokal, namun hingga pasar internasional,” ujar Kuntadi.

Di Balik Kecelakaan di Flyover Manahan Solo, Anak Korban: Ibu Pengin Coba Lewat Situ

Tembus Pasar Jepang

Para petani di Desa Kunti berhasil menembus pasar internasional. Negara pertama yang pertama menyambut tawaran mereka adalah Jepang. Negeri Matahri Terbit itu butuh enam juta ton pisang per tahun.

”Kami ambil yang realistis saja, yakni 5% dari kebutuhan itu. Komunikasi sudah terjalin dengan importir di Jepang," kata dia. Untuk mencukupi permintaan yang 5% itu perlu budi daya yang cukup. Kuntadi bersama para petani di Desa Kunti membuka diri bermitra dengan petani di daerah lain.

Desa Kunti dipilih sebagai percontohan budi daya pisang cavendish untuk membuktikan tanah tidak produktif ternyata bisa dimanfaatkan untuk budi daya komoditas unggulan.

Makam Misterius di Pinggir Jalan Kampung Teposanan Sriwedari Solo, Punya Siapa? 

Sistem budi daya pisang di Desa Kunti menekankan konsep alami. Pupuk disiapkan sendiri, yakni puluk alami dari kotoran hewan. Pengairan didukung dua sumur dengan debit air tiga liter per detik.

”Air kami hemat sedemikian rupa. Kami berencana memanfaatkan teknologi irigasi tetes," kata dia. Budi daya pisang akan dikembangkan lebih luas lagi, mencakup budi daya hingga pengelolaan pascapanen.

Infografis Pisang Cavendish (Solopos/Whisnupaksa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya