SOLOPOS.COM - Petugas RSPI Sulianti Saroso Jakarta bersiap menangani suspect Covid-19 (Antara).

Solopos.com, SOLO — Ada cerita panjang di balik lahirnya Rumah Sakit Pusat Infeksi atau RSPI Sulianti Saroso Jakarta. Rumah sakit itu memang baru berdiri pada 1995, namun jejaknya membentang ratusan tahun khususnya di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.

Di pengujung abad ke-19, pemerintah Hindia Belanda menggunakan Pulau Onrust sebagai tempat karantina penyakit menular. Ada barak-barak besar sebagai Sanatorium TBC dan karantina pengidap penyakit menular lainnya bagi warga Kota Batavia dan sekitarnya. Beberapa pasien yang meninggal dan tak diurus keluarganya dimakamkan di sana.

Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%

Nisan-nisan tua dan berlumut, tanpa nama, yang berjajar di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, menjadi saksi tentang risiko infeksi kuman penyakit.

Legenda Brasil Ronaldinho Dipenjara, Kasus Apa?

Awalnya, Pulau Onrust tumbuh menjadi serambi depan Kota Batavia pada abad ke-18. Ada Benteng Bastion yang dilengkapi meriam-meriam besar, dok terapung bagi kapal lintas samudra, gudang, barak prajurit, dan kantor-kantor, masih ada lahan untuk klinik kesehatan.

Para pelaut yang mengidap penyakit menular dikarantina dan dirawat sebelum diizinkan masuk Kota Batavia.

Pada era puncaknya di akhir abad ke-18, Pulau Onrust yang berjarak 15 km dari Pelabuhan Sunda Kelapa itu pernah dihuni 1.200 pendatang ditambah 300 pekerja pribumi. Ada serdadu, pekerja galangan, pengurus gudang, petugas pajak, dan ada pula dokter serta perawat. Semua tumplek di tanah seluas 7,5 hektare itu. Air bersih dipasok dari Batavia.

Memasuki abad ke-19, peran Pulau Onrust sebagai serambi Batavia mulai surut. Pemerintah kolonial mencoba membangunnya kembali pada pertengahan abad ke-19. Namun, pamornya tak pernah pulih. Apalagi, gelombang tsunami yang dipicu letusan Gunung Krakatau 1883 merusak segalanya. Kegiatan bisnis di pulau cantik itu pun ditinggalkan. Semua dialihkan ke pelabuhan baru Tanjung Priok.

Akhir Kisah Mobil Hello Kitty Komplotan Pencuri Vs Polisi di Sragen

Ketika itulah, Pulau Onrust yang berhawa segar dijadikan Sanatorium TBC, sekaligus karantina bagi pengidap penyakit menular lainnya. Sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, Rabu (11/3/2020), antara 1911-1933, Pulau Onrust dijadikan karantina bagi jemaah haji asal Hindia Belanda. Kapasitasnya 3.500 orang.

Semua jemaah wajib menjalani karantina sebelum berangkat dan sepulang mereka dari Mekah. Setelah karantina haji ditutup, Onrust kosong dan merana bak pulau hantu.

Stasiun Karantina

Memanfaatkan fasilitas yang tersisa, Pemerintah menjadikan Onrust sebagai tempat karantina penyakit menular 1960-1965. Setelahnya, fasilitas digeser ke Pelabuhan Tanjung Priok dan disebut Stasiun Karantina. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal RSPI Sulianti Saroso Jakarta.

Sepanjang 1965-1970, sekitar 2.300 pasien dengan berbagai macam penyakit menular dilayani. Onrust ditinggalkan dan ditetapkan sebagai pulau bersejarah sejak 1972.

Penyakit infeksi tak pernah berhenti menyebar menjadikan stasiun karantina itu ditingkatkan levelnya menjadi rumah sakit karantina dengan lokasi tetap di Tanjung Priok. Namun, fasilitas itu menjadi tetap kurang memadai saat kuman-kuman lama dan baru terus menghantui kesehatan masyarakat. Berjangkitnya virus baru HIV, penyebab AIDS, pun menghentak dunia sejak 1985.

Agus Fatchur Rahman Eks Bupati Sragen Keluar Penjara Bawa Seekor Ayam

Peristiwa itu membuat pemerintah mengambil keputusan membangun rumah sakit baru dengan fasilitas modern untuk penanganan penyakit akibat infeksi. Rumah sakit itu tak hanya memberikan layanan medis, melainkan juga melakukan penelitian dan pengembangan terkait pencegahan serta pengendalian penyakit infeksi yang menular.

Rumah sakit itu pun harus memiliki kapasitas menjadi rujukan nasional sekaligus bisa menjadi lembaga pendidikan dan pelatihan. Hingga akhirnya lahirlah RSPI Sulianti Saroso. RSPI Sulianti Saroso Jakarta dibangun di atas lahan seluas 3,5 hektare milik Pemprov DKI.

RSPI diresmikan pada 1995 dengan menyematkan nama Profesor Dr. Sulianti Saroso, dokter pejuang, pakar epidemiologi, inisiator program Keluarga Berencana (KB), yang berjuang sejak masa kemerdekaan hingga akhir hayatnya pada 1991.

RSPI Sulianti Saroso dikelola langsung di bawah Kementerian Kesehatan. Sebagai rumah sakit pusat, levelnya sejajar dengan Rumah Sakit Pusat Jantung Harapan Kita, RS Pusat Kanker Dharmais, dan Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.

Pilkada Solo: Akhir Saga Gibran & Purnomo Selama 6 Bulan, Siapa Kantongi Rekomendasi PDIP?

Keberadaan RSPI Sulianti Saroso Jakarta cepat dikenal oleh publik karena ia menjadi rujukan utama bagi penyandang HIV/AIDS. Pada dekade berikutnya, RS ini berada di garis depan di tengah ancaman wabah flu burung, flu babi, SARS, MERS, dan kini virus corona atau Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya