SOLOPOS.COM - Sri Lestari. (Solopos/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN -- Jalan hidup tak selalu mulus bagi Sri Lestari, 43, warga Dukuh Perkiosan RT 002/RW 005, Mojayan, Klaten Tengah. Penjual soto ayam ini sudah banyak makan asam garam kehidupan.

Jauh sebelum tercatat sebagai Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM-PKH) pada 2013, Sri Lestari adalah seorang pemulung. Setiap hari Sri Lestari gresek-gresek sampah yang layak dijual di kawasan Pasar Srago.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Selama delapan tahun menjadi pemulung, pendapatan Sri setiap harinya tak pasti. Lalu pada 2013, Sri Lestari menjadi KPM-PKH.

Istri Sriyanto, 49, ini memiliki tiga anak, yakni Junanto (kuliah), Arlinda (kelas I SMP), dan Mutiara (balita). Setiap bulannya, Sri Lestari memperoleh kucuran bantuan dari pemerintah lewat PKH senilai Rp500.000.

Puting Beliung Terjang 2 Kecamatan di Sukoharjo, Puluhan Rumah Rusak

Uang itulah yang digunakan Sri Lestari guna mendukung biaya sekolah anak-anaknya. Tak ingin hanya mengandalkan pekerjaan memulung sampah dan penerima bantuan pemerintah, Sri Lestari bertekad memiliki usaha sendiri.

Sri Lestari membuka warung soto ayam. Usaha yang digelutinya tersebut membuahkan hasil dalam beberapa tahun terakhir. Dalam sehari, Sri Lestari kini bisa memperoleh omzet Rp800.000.

Sri Lestari membuka warung soto mulai pukul 06.30 WIB setiap harinya. Warung sotonya ramai dikunjungi pembeli sekitar pukul 08.30 WIB-11.00 WIB.

Menyadari pendapatan yang sudah tinggi tersebut, Sri Lestari memutuskan keluar dari PKH. Keinginan itu muncul tiga bulan lalu setelah berkomunikasi dengan anak sulungnya.

Hacker Sleman Bobol Server Perusahaan AS, 5 Tahun Raup Rp31,5 Miliar

Pemkab Klaten mengganjar keputusan Sri Lestari itu dengan sertifikat graduasi KPM-PKH. Sertifikat bernomor 090/S.PKH.Klaten/10/2019 itu ditandatangani Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (Dissos P3AKB) Klaten, M., Nasir.

Sertifikat diserahkan di sela-sela Workshop dan Evaluasi PKH Klaten bersama Bupati Klaten di pendapa Pemkab Klaten, Senin (28/10/2019).

“Insya Allah saya bisa tanpa bantuan itu. Ini berawal dari inisiatif sendiri. Saat ini saya merasa sudah mampu. Bantuan yang saya terima itu mending dikasihkan ke orang yang kurang mampu lainnya. Semoga hal ini bisa menginspirasi yang lain juga. Saya melihat masih banyak yang ngaku-ngaku miskin juga,” kata Sri Lestari saat ditemui wartawan di kompleks Setda Klaten, Senin.

Sri Lestari kini sudah mandiri. Selain dirinya yang berjualan soto, suaminya juga bekerja mulai dari mengelola rosok, tukang becak, dan kuli di Pasar Srago.

Mantap Maju Pilkada Wonogiri, Pengusaha Properti Ini Dekati 3 Parpol

Selain Sri Lestari, beberapa penerima KPM-PKH di Klaten juga menerima sertifikat graduasi secara simbolis. Sertifikat itu diserahkan oleh Bupati Klaten, Sri Mulyani.

Di antara penerima sertifikat itu ada Sri Rahayu, warga Nanggulan, Cawas, Klaten, yang saat ini sudah memiliki usaha angkringan dan sudah membuka 17 cabang.

Pendapatan yang diperoleh per bulannya senilai Rp5 juta. Ada pula Galuh Riskawati asal Gondangan, Jogonalan, yang sukses menjadi pembuat pangsit.

Total KPM-PKH yang digraduasi saat ini selama Januari 2019-Oktober 2019 di Klaten mencapai 5.153 keluarga. "Semuanya keluar tanpa paksaan dan tanpa intimidasi,” kata Kepala Dissos P3AKB Klaten, M. Nasir.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya