Solopos.com, KLATEN -- Gudang tembakau di Dukuh Plembon, Desa Randusari, Kecamatan Prambanan, Klaten, ambruk, Minggu (27/10/2019) siang. Seorang pekerja meninggal dunia dan dua orang lainnya luka-luka akibat kejadian itu
Diduga konstruksi gudang berbahan bambu sudah lapuk sehingga ambruk. Gudang tembakau milik Teguh Sarjiyo, 48, warga Desa Nangsri, Kecamatan Manisrenggo, itu ambruk sekitar pukul 14.30 WIB.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Saat kejadian ada delapan pekerja di dalam gudang. Awalnya mereka mendengar suara patahan bambu. Tak berapa lama kemudian, bangunan gudang berbahan bambu dan beratap seng itu ambruk.
Para pekerja berlarian. Lima orang berhasil keluar dari gudang tanpa terluka. Sementara tiga pekerja perempuan terjebak reruntuhan bangunan.
Ragu Nyeberang, Warga Selogiri Wonogiri Meninggal Tertabrak Bus
Mereka yakni Tentrem, 60, warga Dukuh Mandungan Kidul, Desa Randusari, dan Ngatini, 50, warga Dukuh Padan Jobo, Desa Joho, Prambanan, serta Ngatiyem, 60, warga Desa Tambakan, Jogonalan.
Tentrem dan Ngatini mengalami luka patah tulang dan masing-masing dilarikan ke rumah sakit di Babadan, Sleman, DIY, serta IGD Puskesmas Prambanan guna mendapatkan perawatan.
Ngatiyem yang ditemukan dalam kondisi bersimbah darah meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit di Manisrenggo. Kapolres Klaten, AKBP Wiyono Eko Prasetyo, melalui Kapolsek Prambanan, AKP Suyono, mengatakan kerugian akibat kejadian tersebut ditaksir Rp700 juta.
Lagi! Iphone Meledak Tewaskan Penggunanya
Dia menjelaskan dari keterangan para saksi peristiwa itu terjadi diduga lantaran konstruksi gudang sudah lapuk. “Usia bangunan dengan konstruksi bambu itu sudah empat tahun dan sudah selayaknya direnovasi. Diduga karena sudah lapuk, gudang tidak kuat menyangga beban,” kata Kapolsek saat dihubungi Solopos.com, Minggu.
Kapolsek menjelaskan polisi masih meminta keterangan sejumlah saksi atas peristiwa itu. Lokasi gudang berada di areal persawahan.
Kepala Desa Randusari, Harsi, memperkirakan ukuran bangunan gudang 15 meter x 25 meter dengan ketinggian hampir 10 meter. Dia mengatakan proses pencarian para korban terutama Ngatiyem sempat terkendala lantaran berada di balik reruntuhan bambu, seng, serta tembakau.
“Proses pencarian hampir setengah jam karena banyaknya reruntuhan di lokasi itu,” kata dia.