SOLOPOS.COM - Rumah pegawai pabrik karung goni di Delanggu, Klaten. Foto diambil sekitar 1920. (Colonial Architecture and Town Planning)

Solopos.com, KLATEN — Pabrik Gula Delanggu mengalami perkembangan dari masa ke masa. Salah satunya, bangunan bekas pabrik difungsikan untuk pabrik karung goni.

Kejayaan pabrik karung itu terus berkembang hingga era 1980-an. Pabrik itu pernah menjadi pabrik karung terbesar se-Asia Tenggara. Pada masa kejayaannya, pabrik menjadi penopang ekonomi keluarga ribuan karyawan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Menjadi kebanggaan bagi mereka yang bisa bekerja di pabrik karung. Pasalnya, karyawan pabrik karung goni disebut-sebut lebih sejahtera dibandingkan pekerjaan lainnya termasuk aparatur pemerintahan pada zaman kejayaannya.

Hal itu seperti yang dikisahkan pensiunan karyawan pabrik karung goni Delanggu, Ngadiyo Hadi Sutarno, 87, warga Desa Tlobong, Kecamatan Delanggu. Hadi bekerja di Pabrik Karung Goni Delanggu sekitar 29 tahun sebelum memasuki masa pensiun pada 1991.

Dia bekerja mulai 16 Februari 1962 setelah surat lamarannya diterima. Posisinya sebagai Polsus, petugas keamanan pabrik atau saat ini dikenal dengan nama Satpam.

Baca Juga: Eks Pabrik Karung Goni Delanggu Dijual Online, BPCB Jateng: Asalkan…

“Ada 30 Polsus. Yang melatih dari Resort Klaten dan dari Banyubiru [sekolah polisi],” kata Hadi yang menjadi salah satu ketua regu Polsus ketika masih bekerja saat ditemui Solopos.com, Senin (9/5/2022).

Selain gaji, karyawan mendapatkan jatah sembako seperti beras, gula, serta minyak goreng. Soal nilai gaji, Hadi tak hafal betul. Namun, dia menyebut jika gaji diberikan dalam sepekan dan jauh lebih tinggi dari gaji sebagai pegawai negeri kala itu.

Hadi menggambarkan kala itu karyawan pabrik sejahtera. Tak sedikit warga yang sebelumnya menjadi pegawai negeri memilih keluar dan bekerja di pabrik itu.

“Dulu ada guru keluar [dari pekerjaan sebagai pegawai negeri] gara-gara ingin bekerja di pabrik [karena lebih sejahtera],” kata Hadi.

Baca Juga: Datangi Eks Pabrik Karung Goni Delanggu, Tim BPCB hanya di Depan Pintu

Soal jumlah karyawan pabrik, Hadi tak hafal betul. Namun, dia menjelaskan karyawan pabrik mencapai ribuan orang. Karyawan tak hanya berasal dari Delanggu. Ada staf pabrik yang berdatangan dari luar kota dan disediakan rumah dinas.

Soal proses produksi, Hadi mengisahkan pabrik itu beroperasi selama 24 jam. Ada tiga sif kerja, yakni pukul 06.00 WIB-14.00 WIB, 14.00 WIB-22.00 WIB, serta 22.00 WIB-06.00 WIB.

Serat Rosella

Karung goni dibuat menggunakan bahan serat tanaman rosella. Tak hanya didatangkan dari wilayah Delanggu dan sekitarnya, serat rosella didatangkan dari wilayah Jawa Timur hingga Thailand. Ketika bahan baku datang, antrean truk gandeng mengular dari dalam pabrik hingga ke simpang empat Pasar Delanggu.

Ada proses yang dilalui sebelum serat rosela menjadi benang. Ada perendaman, pemintalan, hingga ditenun. Sebelum dikirim, karung goni dilipat dengan rapi menggunakan setrika.

Baca Juga: Eks-Pabrik Karung Goni Delanggu Klaten Dijual, Komunitas Surati BPCB

“Saat keluar dari pabrik karung masih dalam kondisi polos [tanpa merek]. Karung dikirim ke seluruh pabrik gula di Indonesia,” kata Hadi.

Soal masa meredupnya pabrik karung itu, Hadi tak mengetahui persis. Saat dia pensiun, produksi karung goni masih berjalan. Dia mengakui hingga kini tetap mendapatkan uang pensiun dari pabrik. Nilainya Rp100.000 per bulan.

Hadi bangga pernah menjadi bagian Pabrik Karung Goni Delanggu meski sejak lama tutup. Pabrik itu pernah menjadi tumpuan ekonomi bagi keluarganya termasuk warga Delanggu dan sekitarnya.

Kebanggaan Hadi pernah menjadi bagian dari pabrik itu seperti yang terlihat di rumahnya. Foto-foto dia bekerja sebagai Polsus dan pernah menjadi ketua regu keamanan terpajang di tembok rumah.

Baca Juga: Eks-Pabrik Karung Goni Delanggu Klaten Dijual, Komunitas Surati BPCB

Ada pula piagam penghargaan dari PTPN XVII yang dia peroleh lantaran sudah mengabdi selama 25 tahun. Jam dinding sebagai kenang-kenangan saat memasuki pensiun pun masih dia rawat dan menyala hingga kini.

Salah satu warga Desa Tlobong, Atok Susanto, juga mengakui kisah sejahteranya karyawan Pabrik Karung Goni Delanggu pada masa jayanya. Dia mencontohkan iring-iringan karyawan pabrik pulang bekerja mengayuh sepeda setiap hari dia temui.

Merek Sepeda

“Merek sepeda karyawan tidak sembarangan. Merek-merek top dan harganya mahal saat itu. seperti Raleigh, Humber, Gazella, dan ada yang merek Simplex,” jelas dia.



Salah satu warga Desa Kepanjen, Kecamatan Delanggu, Indratno, juga mengisahkan kebanggaan keluarganya pernah menjadi bagian dari masa kejayaan Pabrik Karung Goni Delanggu.

Baca Juga: Eks-Pabrik Karung Delanggu Dijual, Pemkab Klaten: Belum Cagar Budaya

“Bapak saya dulu bekerja di sini sebagai karyawan. Istilahnya saya kecil sampai besar ya yang ngeragati dari pabrik ini,” kata dia.

Kala masa jayanya, Indratno mengisahkan ada ribuan karyawan di pabrik itu. Kala itu Indratno masih kecil dan beberapa kali diajak masuk ke pabrik.

Poliklinik

“Saat itu di sini ada poliklinik. Ketika keluarga karyawan sakit, bisa berobat di poliklinik. Di sini dulu juga ada mes untuk karyawan dan untuk pimpinan,” jelas Indratno yang kini menjadi salah satu petugas keamanan di eks pabrik itu.

Indratno menjelaskan pabrik karung goni berhenti beroperasi pada 1992. Namun, produksi karung goni sempat bergulir pada 1994-1996 dan tutup lagi hingga kini.

Baca Juga: Warga & Pemerhati Sayangkan Eks-Pabrik Karung Delanggu Klaten Dijual

“Saat beroperasi lagi, nama pabrik itu menjadi Pabrik Karung Goni Delanggu Baru,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya