SOLOPOS.COM - Ilustrasi Hari Kartini. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Setiap tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Peringatan Hari Kartini ini sebagai penghargaan untuk pahlawan nasional bernama Kartini, seorang putri Bupati Jepara.

Siapa Kartini dan bagaimana sepak terjangnya, serta kenapa ia bisa ditetapkan sebagai pahlawan nasional?

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Berikut tulisan Solopos.com mengutip sejumlah sumber, Senin (18/4/2022).

Kartini adalah salah satu putri dari Bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Ia lahir pada 21 April 1879.

Kartini sebenarnya hanyalah seorang perempuan Jawa biasa yang kebetulan lahir dari keluarga bangsawan.

Baca Juga: Kata Mutiara dan Ucapan Selamat Hari Kartini 2022 yang Kekinian

Gagasan yang dimiliki Kartinilah yang menjadikan sejarah mengenangnya sebagai sosok luar biasa. Gagasan dan pemikirannya itu terekam dengan baik dalam surat-suratnya.

Dikutip dari nationalgeographic.grid.id, sebagai seorang putri dari Bupati Jepara, Kartini memang beruntung bisa mengenyam pendidikan meski masih dalam keterbatasan. Pendidikan tersebut membuatnya mampu membaca dan menulis dalam bahasa Belanda.

Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV dari Demak, juga dikenal sebagai bangsawan yang terbuka terhadap peradaban Barat.

Sikap terbuka ini juga diwariskan ayah Kartini, yang menyebabkan Kartini muda dapat berinteraksi dengan beberapa orang Belanda.

Salah satu orang Belanda yang berpengaruh dalam hidup Kartini adalah Marie Ovink-Soer, istri dari seorang pegawai administrasi kolonial Hindia Belanda di Jawa Tengah.

Baca Juga: RUU TPKS Segera Menjadi Undang-Undang Jadi Kado Sambut Hari Kartini

Ovink-Soer menjadi sahabat Kartini untuk mencurahkan hati akan banyak hal, terutama kondisi perempuan yang dikekang adat dan tradisi. Berkat Ovink-Soer, Kartini mengenal gerakan feminisme di Belanda sejak usia 20 tahun.

Ovink-Soer mengenalkan Kartini pada jurnal beraliran feminisme De Hollandshce Lelie. Di jurnal itulah perempuan kelahiran 21 April 1879 itu menulis keinginannya memiliki sahabat pena dari negeri Belanda.

Keinginan Kartini bersambut. Pegawai pos bernama Estella Zeehandelar mengirim surat kepada Kartini.
Korespondensi Kartini dengan Stella membuat pikirannya makin terbuka. Tulisan Kartini dalam surat-suratnya pun menjadi rekaman pemikiran dan gagasan Kartini yang dianggap luar biasa.

Dalam surat-suratnya, Kartini dapat bercerita tentang kondisi perempuan seperti dirinya yang merasa terkekang, bahkan tanpa bisa memilih masa depannya sendiri.

Kartini pun bercerita mengenai banyak hal, tentang bangsanya yang menderita karena penjajahan, keresahannya mengenai agama, hingga kepeduliannya akan pendidikan.

Baca Juga: Atraksi Peselancar Putri dengan Berkebaya Sambut Hari Kartini di Bali

Sejumlah buku pun dibahas Kartini bersama Stella dalam surat-suratnya. Misalnya untuk bercerita mengenai kondisi mengenaskan Bumiputera yang dijajah, Kartini mengambil buku Max Havelaar yang ditulis Multatuli sebagai referensi.

Kartini tak cuma menulis surat-surat kepada Ovink-Soer dan Stella tapi juga kepada sejumlah sahabat lain, salah satunya Rosa Abendanon (istri dari J.H. Abendanon yang menjabat Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda).

Kelak, J.H. Abendanon yang mengumpulkan surat-surat Kartini dan menjadikannya sebuah buku berjudul Door Duisternis tot Licht (1911). Buku itu diterjemahkan oleh sastrawan Armijn Pane pada 1939 dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.

Buku terbitan Balai Pustaka inilah yang kemudian menjadikan nama Kartini besar dan dicatat oleh sejarah sampai sekarang.

Buah pikiran Kartini dianggap menginspirasi gerakan emansipasi perempuan di Indonesia. Tuntutan kesetaraan gender dan persamaan hak-hak perempuan dengan laki-laki, termasuk hak mengenyam pendidikan, kini menjadi lebih vokal disuarakan oleh banyak orang, salah satunya berkat permikiran Kartini.

Baca Juga: Kontroversi Gelar Kartini, Mestinya R. Ay Bukan RA, Begini Ceritanya



Kartini disebut sebagai sosok yang walk the talk atau selaras antara perkataan dan perbuatannya. Menginginkan hak-hak yang layak, terutama hak pendidikan, bagi perempuan Indonesia, Kartini mendirikan sekolah khusus perempuan untuk warga pribumi.

Kartini mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor Kabupaten Rembang,  berkat bantuan suaminya, Raden Adipati Joyodiningrat yang merupakan Bupati Rembang.

Berkat kegigihan Kartini pula, kelak muncul juga Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini (Sekolah Kartini) di Semarang pada tahun 1912. Lalu disusul berdirinya sekolah-sekolah serupa di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya.

Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis di Hindia Belanda. Van Deventer mengaku terkesan dengan tulisan-tulisan Kartini.

Baca Juga: Kata Mutiara dan Ucapan Selamat Hari Kartini 2022 yang Kekinian

Sekolah-sekolah Kartini itu berdiri setelah Kartini wafat. Empat hari pasca melahirkan putra pertama sekaligus terakhirnya, Kartini meninggal dunia pada 17 September 1904 di usia 25 tahun.

Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, Jawa Tengah. Walaupun Kartini sudah tiada, tulisan-tulisannya tetap berpengaruh hingga hari ini dan kerja menulisnya telah membuat namanya abadi.

Sesuai dengan ketetapan Presiden RI, Ir. Soekarno, melalui surat No.108 Tahun 1964 tertanggal 2 Mei 1964, sosok R. A. Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Di surat yang sama, Soekarno juga menetapkan peringatan Hari Kartini sebagai hari besar nasional yang jatuh pada tanggal 21 April setiap tahunnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya