SOLOPOS.COM - Ilustrasi gerbang tol. (dok. Solopos)

Solopos.com, KLATEN – Salah seorang perangkat desa Glagahwangi, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Suwanto, mengaku bingung menjelaskan perkembangan proyek Tol Solo-Jogja kepada warga. Sebab, selama ini pihak Pemdes belum diberi sosialisasi terkait wilayah terdampak proyek infrastruktur tersebut.

Tak ayal, Suwanto dan perangkat desa lainnya selalu dilanda kebingungan saat ditanyai warga terkait perkembangan proyek Tol Solo-Jogja.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Geruduk Kantor Kemenkes, Ratusan Buruh Demo Tolak Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan

“Bagi warga yang terdampak langsung [dekat dengan jaan tol], otomatis suasana di lingkungan sekitar menjadi bising. Saat pembelian tanah nanti, apakah dilakukan dengan menggunakan appraisal atau pun alat penawar,” katanya kepada Solopos.com, Rabu (5/2/2020).

Sementara itu, Ketua BPD Duwet, Kecamatan Ngawen, Tugirin, mengatakan rasa cemas dan gelisah yang dialami warga terdampak Tol Solo-Jogja belum terobati hingga sekarang. Hal itu disebabkan belum adanya informasi/sosialisasi resmi dari pemerintah.

Warga Terdampak Tol Solo-Jogja di Klaten Resah Terusir dari Tanah Leluhur

Tugirin menambahkan, pemerintah harus segera melakukan sosialisasi resmi kepada warga untuk meredakan kecemasan. Sebab, sampai saat ini sejumlah warga masih dibayangi ketakutan terusir dari tanah leluhur akibat proyek Tol Solo-Jogja yang sedianya dilakukan mulai Agustus 2020.

“Saat mendengar jalan tol [sebelum ada informasi resmi], psikologi masyarakat terdampak jalan tol resah. Aku mengko terus maggon ngendi? Para petani juga resah karena sumber airnya akan ada yang kena jalan tol? Belum lagi masyarakat di dekat jalan tol yang akan terdampak secara terus-menerus karena suara bising dan harus menghirup karbon monoksida setiap hari,” katanya.

Tragis! Bayi Baru Lahir di Wuhan Positif Virus Corona

Konsultan Amdal Tol Solo-Jogja, Didin Sukma Rahmat, mengakui dari pembangunan tol secara otomatis akan menimbulkan berbagai dampak. Di antaranya hilangnya aset tanah, tempat usaha, hingga mata pencaharian yang menyebabkan keresahan di tengah masyarakat.

“Makanya melalui konsultasi Amdal ini, kami akan menampung seluruh aspirasi dari warga. Ini baru tahap awal. Tujuan dari Amdal ini mengindentifkasi rencana kegiatan yang diperkirakan menimbulkan dampak, mengindetifikasi komponen lingkungan yang terkenda dampak,” katanya dalam konsultasi Amdal Tol Solo-Jogja yang digelar di Hotel Tjokro Klaten, Rabu (5/2/2020).

Tol Solo-Jogja Dibangun Mulai Agustus 2020, Klaten Kena 28 Km

Hal senada dijelaskan perwakilan PT Adhi Karya selaku pelaksana pembangunan Tol Solo-Jogja, Amin. Pembahasan Amdal menjadi salah satu untuk menentukan penetapan lokasi (penlok).

“Di sini yang dibahas tentang sawah terpotong, jalan terpotong, dusun yang terbelah. Lalu antisipasinya seperti apa. Intinya, semua akan kembali seperti semula. Hanya bentuknya yang berubah,” katanya.

32.098 Rumah di Klaten Kosong, Di Mana Penghuninya?

Berdasarkan data yang dihimpun Solopos.com, tahapan pembangunan Tol Solo-Jogja yang berpotensi menimbulkan dampak berlangsung sejak tahap prakonstruksi, yakni saat pengadaan lahan. Berikutnya, tahap konstruksi, yang meliputi persiapan pekerjaan konstruksi jalan dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan.

Di tahap ini terdapat kegiatan memobilisasi tenaga kerja, peralatan berat, pembersihan lahan, pekerjaan drainase, pekerjaan jembatan, penghijauan/pertamanan, dan lainnya. Terakhir, tahap pascakonstruksi, yakni operasional jalan sekaligus pemeliharaan jalan. Sesuai rencana, panjang jalan Tol Solo-Jogja sekitar 35,60 kilometer. Sedangkan luas pembebasan lahan mencapai 599,1 hektare.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya