SOLOPOS.COM - Akademisi UNS Solo Mercy Bientri Yunindanova memaparkan teknik budidaya garut kepada para petani di Dukuh Winong, Desa Dawung, Jenar, Sragen, Kamis (7/11/2019). (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Yayasan Harmoni bekerja sama dengan PT Indaco Warna Dunia menggelar pelatihan bubidaya tanaman empon-empon (garut, cabai jawa, dan kunyit) di rumah Nyaman Susanto, Ketua RT 021/RW 007, Dawung, Kecamatan Jenar, Sragen, Kamis (7/11/2019).

Pelatihan yang diikuti sebanyak 24 orang warga itu menghadirkan narasumber akademisi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Mercy Bientri Yunindanova.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pelatihan tersebut juga dihadiri Business Process Improvement (BPI) Manager PT Indaco Warna Dunia Muji Lestari, Kepala Cabang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Wilayah X Misbakhulmunir, Ketua KTH Wonomulyo yang juga Ketua LMDH Sumber Rejeki I Dawung Joko Pitoyo, Kadus Jomblang, Susi, tokoh massyarakat, dan warga setempat.

Dalam kesempatan itu, Mercy menjelaskan tentang teknik budidaya garut, kunyit, dan cabai jawa yang nantikan akan ditanam di lahan bawah tegakan wilayah hutan milik Perum Perhutani di Dukuh Winong.

Mercy menjelaskan teknis menanam garut mulai dari penyiapan bibit unggul dengan cara memotong umbi sepanjang tiga ruas untuk mengatasi kesulitan bibit. Bibit umbi tersebut disemai selama sebulan sampai tumbuh akar dan tunas setinggi 10 cm.

“Hasil garut ini bisa mencapai 12 ton/hektare basah dengan hasil pati mencapai 2 ton/hektare. Untuk panen butuh waktu 8-10 bulan. Bobotnya bisa mencapai 1,1 kg per rumpun. Pemupukan dilakukan dengan pupuk kimia jenis SP36 dan KCL pada saat menanam dan pupuk urea setelah tanaman berumur empat bulan. Atau bisa menggunakan pupuk organik,” ujarnya.

Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Sumber Rejeki I, Joko Pitoyo, menyampaikan potensi lahan untuk tanaman empon-empon luas, yakni di bawah tegakan hutan milik Perum Perhutani.

Dia mengatakan lahan itu tidak bisa ditanami padi atau jagung karena tertutup rerimbunan pohon sehingga yang cocok empon-empon.

“Kami nanti akan melakukan demplot seluas 1 hektare. Kalau luas hutan di bawah LMDH Sumber Rejeki I mencapai 220,4 hektare tetapi tidak semua bisa ditanami. Kami akan membentuk kelompok petani untuk fokus budidaya empon-empon ini agar mereka bisa bertanggung jawab,” ujarnya.

Kepala Cabang Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Wilayah X Misbakhulmunir berpesan supaya peluang pasar juga dipikirkan sehingga petani bersemangat untuk menanam empon-empon.

Pesan tersebut dijawab Penyuluh Kehutanan Jenar Sigit Murhofiq yang akan membentuk semacam pengepul yang menjadi unit usaha Paguyuban LMDH. Dia berencana paguyuban ini membeli produk dari LMDH dan masyarakat kemudian disetor ke pengepul besar dan kemudian ke perusahaan jamu seperti di Solo dan Semarang.

“Penanaman empon-empon ini banyak manfaatnya. Orang akan berpikir untuk membakar sampah daun kering di hutan dan menebang hutan karena ada tanaman di bawahnya. Ya, nanti demplot 1 hektare untuk tiga jenis tanaman, garut, kunyit, dan cabai jawa,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya