SOLOPOS.COM - Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo (kanan); Tuan rumah acara Wedangan Mas Warmin, Suwarmin (dua dari kanan); sejarawan, Heri Priyatmoko (dua dari kiri) dan Regional Manager Jogja-Solo OVO, Aristoteles Ramses (kiri) di Wedangan Latar Ombo, Kartasura, dalam acara Wedangan Mas Warmin yang disiarkan di Youtube Espos Live. (Tangkapan Layar Youtube)

Solopos.com, SOLO — Solo dikenal sebagai surga kuliner. Namun ternyata kuliner di Solo bukan sekadar mengenyangkan dan memanjakan lidah.

Kuliner yang didukung digitalisasi ternyata juga sebagai salah satu pendorong akselerasi pemulihan ekonomi di Solo.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Hal itu terungkap dalam obrolan kuliner, episode perdana siniar Wedangan Mas Warmin, yang disiarkan di Youtube Espos Live, Selasa (19/4/2022).

Bertempat di Wedangan Latar Ombo, Gg. Pisang 3, Ngadijayan RT.02/05 No. 21, Ngadijayan Utara, Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, obrolan santai itu dihadiri oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Solo, Nugroho Joko Prastowo; Regional Manager Jogja-Solo OVO, Aristoteles Ramses hingga sejarawan, Heri Priyatmoko. Ada pula beberapa pelaku usaha kuliner seperti Tiwik Widowati, Herwita Titi Sekartaji dan Whawin Lawra.

Baca Juga: Webinar RS Indriati-Solopos: Olahraga Sesuai Kondisi, Ubah Gaya Hidup Kunci Jantung Sehat

Tuan rumah acara Wedangan Mas Warmin, Suwarmin, mengulik potensi bisnis kuliner hingga tradisi keplek ilat di Solo dari para narasumber yang datang.

Dalam obrolan tersebut Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengakui Solo memiliki potensi besar di bidang kuliner. Bahkan selama bertugas di Solo, dia pun mengaku telah terlena dengan keragaman kuliner di Solo.

Namun lebih dari itu, ternyata kuliner telah memberikan dampak luar biasa terhadap perekonomian di Solo. Menurutnya salah satu yang menghidupkan ekonomi Solo adalah kulinernya.

“Sudah dikenal, orang main ke Solo, ya makan. Ini kemudian menumbuhkan gairah orang datang ke Solo hingga akhirnya menggerakkan ekonomi Solo,” kata dia dalam acara yang diselenggarakan oleh Solopos Media Group (SMG) dan didukung oleh OVO tersebut.

Baca Juga: Keseruan Tim Ekspedisi Surga Kuliner Solo Saat Ngeprank Whawin Laura

Selama pandemi Covid-19, dimana aktivitas masyarakat dibatasi, telah menyebabkan orang tidak boleh kemana-mana, sehingga buntutnya, jumlah kunjungan orang ke Solo juga menurun. Hal itu pun sempat berdampak pada perekonomian di Solo. Namun dengan mulai adanya pelonggaran, secara berangsur perekonomian di Solo tumbuh. Sebab aktivitas masyarakat perlahan mulai menuju normal.

“Kini kembali menggairahkan. Kuliner bangkit, orang mulai datang, rapat-rapat, kegiatan mulai digelar. Bahkan setelah rapat atau kegiatan tidak langsung pulang, tapi keliling belanja oleh-oleh,” kata dia.

Mengenai pemulihan ekonomi ini, Joko menyebut peran sektor kuliner cukup besar. Dia mengatakan jika dilihat dari pemulihat ekonomi gara-gara pandemi, Solo memiliki geliat yang lebih cepat dari kota lain. Hal ini terlihat dari aktivitas dan kegiatan di Solo yang lebih ramai.

“Ini juga ada faktor dari Pemerintah Kota Solo. Dimana Mas Gibran [Wali Kota Solo] rajin menarik kegiatan ke Solo. Solo di 2021 tumbuhnya 4,01% untuk pertumbuhan ekonomi. Untuk Jateng hanya 3,22%. Soloraya 3,82%, nasional 3,67%. Salah satu penopangnya ya daya tarik kuliner,” lanjut dia.

Baca Juga: Tahan Suku Bunga Acuan di 3,5 Persen, Ini Alasan Bank Indonesia

Di sisi lain unsur digitalisasi di Solo juga turut mendorong percepatan pemulihan ekonomi. Digitalisasi juga membantu masyarakat untuk bisa mencukupi kebutuhannya dalam arti bisa berbelanja atau bertransaksi meski tidak keluar rumah.

Sejak 2019, BI telah mengenalkan QRIS atau Quick Response Code Indonesian Standard. Sebelum pandemi, proses pengenalan QRIS tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun dengan adanya pandemi, orang secara perlahan mulai sadar akan kebutuhan system pembayaran elektronik untuk tetap bisa bertransaksi meski tak keluar rumah. Perlahan, digitalisasi pun menjadi kebutuhan.

“Maka ketika PPKM, orang terbiasa digitalisasi, ekonomi tetap positif di triwulan III tahun lalu. Itu karena digitalisasi. Masyarakat Solo juga semakin terbiasa dengan QRIS. Secara total sampai akhir tahun lalu saja ada sekitar 290.000 warung sudah punya QRIS di Soloraya dan 60% di antaranya ada di Solo,” kata dia.

Baca Juga: Putut Gunawan Sumber Ilmu hingga Katalog Hidup Kuliner Soloraya

Regional Manager Jogja-Solo OVO, Aristoteles Ramses, mengatakan perusahaan jasa sistem pembayaran seperti OVO juga terus mendukung program-program dari BI. “Dalam hal ini untuk pedagang bisa bayar nontunai lewat QRIS. Kami membantu para merchant untuk mendaftarkan QRIS-nya,” kata dia.

Menurutnya, di masa pandemi ini mulai terlihat respons positif masyarakat. Saat ini masyarakat telah menerima adanya pembayaran nontunai. “Kami membantu tenant menggunakan QRIS. Sosialisasi dan edukasi juga terus dilakukan,” lanjut dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya