SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembakaran daging sapi yang terjangkit antraks. (Dok. Solopos.com)

Solopos.com, GUNUNGKIDUL — Sebanyak 10 orang warga Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, diduga terjangkit antraks. Sampel dari 10 warga itu pun saat ini telah diuji di laboratorium.

Lurah Hargomulyo, Sumaryanta, membenarkan informasi terkait indikasi warganya terjangkit antraks. Dugaan itu muncul setelah 10 warga itu mengonsumsi sapi yang mati karena terserang penyakit.

Promosi Timnas Garuda Luar Biasa! Tunggu Kami di Piala Asia 2027

Peristiwa itu, lanjut Sumaryanta terjadi pada Kamis (19/1/2022). Kala itu, ada sapi milik warga yang mati mendadak. Kemudian, warga desa pun menggalang donasi atau iuran masing-masing Rp100.000 untuk diberikan kepada pemilik sapi, sebagai ganti rugi.

Baca juga: Keterlaluan! Pemuda Gunungkidul Bikin Video Porno Anak di Bawah Umur

Setelah itu, daging sapi yang mati itu pun dibagikan kepada warga yang membayar iuran. “Istilahnya dibrandu, yakni memberikan uang kepada pemilik sebagai pengganti. Kemudian, daging sapi dibagikan ke warga yang ikut iuran,” kata Sumaryanta.

Menurut dia, ada 30 warga yang telah mengonsumsi daging sapi yang terjangkit penyakit itu. Dari jumlah tersebut, 10 orang di antaranya mengalami gejala seperti penyakit antraks mulai dari meriang hingga bagian tangan melepuh karena luka.

“Sudah diberikan penanganan dan sudah diambil sampel untuk kepastian penyakit yang diderita,” katanya.

Selain pengambilan sampel untuk uji laboratorium, sisa daging yang belum diolah juga sudah dimusnahkan dengan cara dibakar. “Kami berharap kepada warga yang mengalami gejala segera ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan,” katanya.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan, dan Kesehatan Gunungkidul, Retno Widyastuti, membenarkan adanya dugaan wabah antraks yang menyerang warga di Kapanewon Gedangsari. Meski demikian, hingga saat ini belum bisa dipastikan karena masih menunggu hasil uji laboratorium.

“Hasil pengujian sampel belum keluar,” katanya.

Baca juga: 300 Sapi di Gondangrejo Karanganyar Divaksin Antraks, Wilayah Lain Kapan?

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Gunungkidul, Abdul Azis, mengatakan penanganan kasus tersebut sudah dilakukan dengan memberikan obat-obatan kepada warga yang bergejala. Selain itu, pihaknya juga telah melakukan pelacakan kasus untuk mengurangi risiko persebaran penyakit diduga antraks tersebut.

“Memang untuk kepastian masih menunggu hasil uji laboratorium. Tapi, upaya penanggulangan juga sudah dilakukan,” katanya.

Azis mengatakan kasus antraks sudah berulangkali muncul di Gunungkidul. Kasus serupa pernah muncul di Kapanewon Bejiharjo, Karangmojo, Gombang, dan Ponjong. Azis mengungkapkan, dugaan kasus di Hargomulyo hampir sama dengan penyebaran di Kalurahan Gombang. Yakni, adanya tradisi brandu yang masih berkembang di masyarakat.

Menurut dia, tradisi brandu sangat berbahaya karena berpotensi menularkan penyakit hewan ke manusia. “Seharusnya hewan mati mendadak harus dikubur dan bukan dibagi-bagikan ke warga. Dalam agama juga sudah jelas, ada larangan memakan bangkai hewan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya