SOLOPOS.COM - Kondisi minibus yang terguling di Dusun Kepuh Kidul, RT 02/RW 03, Desa Bumiharjo, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri pada Senin (21/11/2022) malam. Sejumlah warga tampak mendatangi lokasi kejadian, Selasa (22/11/2022) pagi. (Solopos.com/Luthfi Sobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI — Satu unit Minibus Panca Tunggal terguling di Dusun Kepuh Kulon RT 002/RW 003, Desa Bumiharjo, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri, Senin (11/22/2022). Sebanyak delapan penumpang meninggal dunia dalam kecelakaan tunggal tersebut.

Penumpang minibus merupakan rombongan penjenguk warga yang baru saja melahirkan bayi di Dusun Kepuh Kulon. Selepas Isya, rombongan beranjak pulang.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sebelum rombongan beranjak pulang, beberapa warga mengingatkan sopir agar tidak melewati jalan yang menurun sekaligus menanjak itu. Sebab jalan bercorak beton itu berlumut, licin, terlebih saat itu kondisi jalan masih basah setelah terkena hujan.

Warga sudah menyarankan agar minibus melewati jalan lain, yaitu jalan yang sebelumnya dilalui minibus saat menuju ke rumah warga yang dijenguk. Namun demikian, sopir tidak mengindahkan saran warga dan memaksakan melewati jalan seluas sekitar lima meter itu.

Salah seorang warga di Kepuh Kulon, Ratno, mengungkapkan jalan tersebut memang sangat berbahaya untuk dilalui. Warga berani melintasi jalan itu saat jalan kaki dan menggunakan sepeda motor saja. Sementara mobil jarang sekali yang berani melintas.

Baca Juga: Mitos Larangan Pengantin Melintasi Gunung Pegat Wonogiri dalam Hukum Islam

“Sopir sudah diingatkan untuk tidak melintasi jalan itu. Tapi tetap ngeyel. Sopir sudah diarahkan melewati jalan lain, yaitu gang yang berada di sebelah selatan. Lha wong warga kalau naik mobil saja enggak berani lewat jalan sini kok,” kata Ratno, saat ditemui Solopos.com, di lokasi kejadian, Selasa (22/11/2022).

Warga Kepuh Kulon lainnya, Jaimin, 60, mengatakan total penumpang Minibus Panca Tunggal 43 orang. Saat terguling, terdapat 30-an penumpang di dalam minibus.

“Saat terguling, penumpangnya tumpuk-tumpukan [saling bertumpuk] di dalam bus. Yang paling kasihan, karena ada airnya. Mungkin tidak bisa bernafas. Ada 30-an orang yang di dalam bus itu waktu bus terguling,” kata Jaimin

Jaimin tidak mengetahui jelas mengapa sopir itu tetap memaksakan jalan tersebut. Padahal waktu berangkat dari Desa Kulurejo minibus itu melewati jalan yang jauh lebih aman.

Baca Juga: Sopir Minibus Telah Diamankan, Kapolres Wonogiri Pimpin Olah TKP

“Mungkin dia berpikir karena jarak rumah dan jalan raya tidak jauh jika melewati jalan ini. Makanya memilih jalan itu walaupun berbahaya. Padahal kalau dihitung, jalan ini dengan dengan jalan yang aman itu perbandingannya enggak jauh. Kalau lewat jalan yang aman itu enggak sampai lima menit sudah sampai jalan raya,” jelasnya.

Saat kejadian, Jaimin berada tidak jauh dari lokasi. Dia sontak kaget ketika mengetahui minibus itu terguling.



“Suaranya keras terdengar. Keadaan kacau, banyak yang teriak-teriak,” ujar Jaimin.

Kapolres Wonogiri, AKBP Dydit Dwi Susanto, melalui Kasubsi Penmas Humas Polres Wonogiri, Aiptu Iwan Sumarsono mengatakan sopir minibus, WTO, telah diamankan di Satlantas Polres Wonogiri untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Baca Juga: Asal Usul Gunung Pegat Wonogiri, Dibelah untuk Jalan dan Menyimpan Misteri

“Setelah laporan masuk, Kapolres bersama anggota Satlantas Polres Wonogiri melaksanakan olah TKP [tempat kejadian perkara] dan mencatat keterangan saksi-saksi di sekitar TKP. Pengemudi dan dan barang bukti sudah diamankan di Satlantas Polres Wonogiri,” kata Aiptu Iwan kepada Solopos.com, Selasa.

Selain meninjau lokasi kejadian kecelakaan tunggal, imbuh dia, Kapolres Wonogiri AKBP Dydit Dwi Susanto juga meninjau kondisi korban yang dibawa ke Rumah Sakit Hermina Wonogiri.

“Kapolres turun langsung memimpin penanganan kecelakaan,” ucap Aiptu Iwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng

Lirik Lagu Tak Selalu Memiliki - Lyodra

Lirik Lagu Tak Selalu Memiliki - Lyodra
author
Nugroho Meidinata Sabtu, 27 April 2024 - 08:06 WIB
share
SOLOPOS.COM - Lyodra Ginting. (Instagram/@lyodraofficial)

Solopos.com, SOLO – Di Youtube, penyanyi ternama Lyodra baru saja merilis single terbarunya berjudul Tak Selalu Memiliki, yang lirik lagunya bikin penasaran publik.

Lagu yang diciptakan oleh Yovie Widianto ini pertama kali dirilis di kanal Youtube Lyodra Official pada Jumat, 26 April 2024.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Walaupun baru hitungan hari tayang, Tak Selalu Memiliki telah ditonton lebih dari 370.000 kali dan menjadi salah satu video trending musik di platform Youtube

Bagi yang penasaran dengan lirik lagu Tak Selalu Memiliki dari Lyodra, kamu bisa menyimak di bawah ini.

Koran Solopos

Lirik Lagu Tak Selalu Memiliki

Mungkin aku telah salah
Memilih hati yang tak sungguh sejalan
Rintangan yang ada nanti
Kan datang melaju, dari sekitar kita

Biarkan hatiku, yakinkan diri
Bila nantinya tak akan bersama

Chorus :
Aku tak bisa memilih cinta
Bila semesta pisahkan kita
Aku tak mampu memaksa kita
Pabila restu tak pernah ada
Tuhan tolonglah, benar aku inginkan dirinya

Emagazine Solopos

Meski kau katakan bisa
Tapi hatimu tampaknya tak bisa

Biarkan hatiku yakinkan diri
Bahwa cinta tak selalu miliki

Aku tak bisa memilih cinta
Bila semesta pisahkan kita
Aku tak mampu memaksa kita
Pabila restu tak pernah ada
Tuhan tolonglah, benar aku inginkan dirinya

Interaktif Solopos

Mungkinkah ini terjadi
Kaulah suratan untukku
Takdir aku untukmu
Oohh
Mungkinkah tercipta untukku oooh

Tuhan tolonglah, benar aku inginkan dirinya
(Aku tak mampu memaksa kita)
Pabila restu tak pernah ada
Tuhan tolonglah, benar aku inginkan dirinya
Benar aku inginkan dirinya

Hatiku hanya inginkan dirinya.



Selain Tak Selalu Memiliki, untuk lirik lagu lainnya bisa dilihat di sini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Istana Putri Duyung

Istana Putri Duyung
author
Ayu Prawitasari Sabtu, 27 April 2024 - 08:04 WIB
share
SOLOPOS.COM - Ilustrasi Cerpen "Istana Putri Duyung" (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO—Leli suka membayangkan dia lahir sebagai ikan duyung. Putri duyung yang manis. Seperti di komik. Dia ingin dan merasakan berenang tanpa bantuan. Berenang bebas seperti teman-teman di klub renang.

Sampai suatu hari ia pergi ke laut.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Bentangkan kedua tanganmu,” kata orang itu.

Cahaya matahari membuat wajah itu seperti malaikat. Oh, tidak ada malaikat. Leli dengar malaikat bersayap seperti burung dan terbang di malam hari mencari anak-anak baik. Di sini, di laut, putri duyunglah yang berkuasa.

“Bentangkan tanganmu.”

Leli membentangkan tangan. Begini rasanya? Anak itu bertahan dan tidak merasa kakinya terbenam. Itulah yang membuat dia tidak bisa berenang. Sepasang kaki yang dipasangi entah apa oleh dokter supaya bisa jalan—dan belum terbukti ia bisa berjalan sampai hari ini—sering membuatnya terbenam. Kini, kedua kakinya mengambang.

Koran Solopos

Seandainya Bunda di sini. Seandainya teman-teman juga. Matanya merekam detail: wajah tirus dan rambut pirang. Panjang dan lebat rambut itu sehingga ketika kambang serupa selendang jatuh dari kapal.

Leli tidak tenggelam. Meski belum terbiasa, ia tahu rasa mengambang tanpa harus ada Bunda di sampingnya. Biasanya Bunda sedih dan menangis diam-diam sekeluar dari kolam. Anak itu tahu, tapi tak bicara kepada siapa-siapa, kecuali ke boneka kesayangannya.

“Kamu siapa?” tanya Leli setelah menikmati keajaiban laut ini. Ia tidak tahu ia di mana dan bagaimana bisa ada di sini. Sepasang kakinya ringan mendorong sehingga ia berenang persis ikan duyung.

“Tidak perlu kamu tahu siapa aku,” jawab perempuan itu.

Leli menatap mata indah si perempuan. Seperti Bunda, tetapi ada yang beda. Penuh cinta, tetapi juga tanya. Dan ia tidak henti bertanya dalam hati sepanjang si perempuan membimbing dan memberi arahan.

Jangan melewati batas, katanya. Nanti ditangkap bajak laut dan ditahan seratus tahun. Kamu tidak bisa lagi berenang selama itu. Mau?

Si perempuan—ia Putri Duyung, hanya saja Leli belum menyadari—tinggal tidak jauh dari sini. Di dasar laut dalam. Tempat itu dirahasiakan dari yang tidak percaya pada Putri Duyung atau yang setengah percaya. Barangsiapa percaya, bersiaplah ke sana dengan cara yang tak terduga. Sang putri menyimpan pengetahuan ini buat nanti, apabila Leli sudah menguasai kemampuan yang ia berikan.

***

“Duduk saja! Bikin repot!” kata Ayah.

Emagazine Solopos

Leli mengemasi baju renang yang belum basah. Tak pernah baju renang basah jika Bunda tidak mengantar. Ayah mengantar, sama dengan tidak ada basah-basahan. Tidak ada Bunda. Tidak ada teman-teman. Tidak ada air.

Leli tidak berharap punya Ayah bajak laut. Ia bayangkan seperti di komik, bajak laut membenci putri duyung. Mereka penjajah laut yang suka menembak putri duyung dan membunuh warga laut.

Bagaimana mungkin ia lahir dari seseorang yang membenci putri duyung?

Leli senang membayangkan ia lahir sebagai putri duyung di suatu istana di bawah laut. Dia dibesarkan raja laut bermahkota dan bertubuh setengah ikan. Raja itu ramah, bijak, dan tangkas memerangi bajak laut. Mereka menang hingga istana aman.

Setiap orang adalah ikan duyung dan setiap orang bisa berenang tanpa harus ada yang duduk di tepi kolam. Kita tahu, tidak ada ikan jalan-jalan di pantai. Maka tidak ada ikan yang harus terkucilkan karena hanya bisa melihat ikan-ikan lain berjalan di atas pasir, sementara dirinya tidak berkaki!

Leli merasa Ayah tidak senang padanya. Teman-teman punya Ayah yang baik dan sabar. Tidak seperti ayahnya, galak. Bajak laut, begitu ia memimpikan ayahnya, adalah tokoh tergalak yang merusak mimpi.

Kata Bunda, dahulu Ayah kecelakaan sehingga wajahnya buruk. Tapi Ayah orang yang baik, kata Bunda lagi. Leli tidak tahu bagaimana kecelakaan itu, tapi yang ia tahu Ayah tidak baik.

Teman-temannya tahu Ayah tidak membiarkannya renang. Ia dibentak dan disuruh duduk di tepi sampai waktu berakhir. Ia patuh dan tidak berani menangis karena Ayah terus menatapnya sampai baju renang yang diam-diam ia keluarkan dari tas kembali lagi harus terlipat.

“Awas kalau berani-beraninya renang, ya!” kata bajak laut lalu mengambil rokok dan pergi ke deretan penjual makanan.

Interaktif Solopos

Leli memandangi Ayah menjauh. Di komik, bajak laut bisa jatuh hati pada putri duyung dan mengajaknya menikah. Barangkali … Oh, tidak. Ia tidak berpikir jauh. Tetapi, masa? Kalau Bunda adalah sosok putri duyung, harusnya aku juga bisa menjadi putri duyung kecil dan berenang dengan baik?

***

“Senang?” Perempuan itu bertanya.

Leli mengangguk girang. Seluruh wajah dan badannya basah kuyup dan ia puas. Seharian ia berenang ke sana kemari tanpa Ayah, tanpa Bunda, dan tanpa pelampung. Tak ada yang menyuruhnya pulang. Tak ada tatapan iba. Setelah beberapa lama, mereka beristirahat di puncak sebongkah karang di tengah laut.

“Siapa kamu?” Leli lagi-lagi bertanya. Ia merayapi karang dan jatuh ke pelukan si perempuan. Aroma tubuhnya begitu terasa. Ia merasa berbaring di pelukan Bunda saja.

Putri Duyung mengelus-elus rambut Leli dan memandanginya. “Jangan kaget ya.”

Ia mengedipkan mata dan mencolek hidung Leli. “Ini aku, Nira si Putri Duyung.”

Leli melongo kemudian melompat dan memeluk Nira. Ia meresapi aroma amis, namun menawan dari tubuh licin sang putri. Terus saja Leli memeluk Nira dan bicara bahwa ia selama ini berharap ingin lahir sebagai putri duyung.

Saat mereka berpelukan, setengah tubuh bawah sang putri menjelma ekor ikan. Leli bahagia. Tapi, jawaban ini yang keluar: “Oh, tidak. Aku tidak yakin.”



Leli memandangi Ayah menjauh. Di komik, bajak laut bisa jatuh hati pada putri duyung dan mengajaknya menikah. Barangkali … Oh, tidak. Ia tidak berpikir jauh. Tetapi, masa? Kalau Bunda adalah sosok putri duyung, harusnya aku juga bisa menjadi putri duyung kecil dan berenang dengan baik?

***

“Senang?” Perempuan itu bertanya.

Leli mengangguk girang. Seluruh wajah dan badannya basah kuyup dan ia puas. Seharian ia berenang ke sana kemari tanpa Ayah, tanpa Bunda, dan tanpa pelampung. Tak ada yang menyuruhnya pulang. Tak ada tatapan iba. Setelah beberapa lama, mereka beristirahat di puncak sebongkah karang di tengah laut.

“Siapa kamu?” Leli lagi-lagi bertanya. Ia merayapi karang dan jatuh ke pelukan si perempuan. Aroma tubuhnya begitu terasa. Ia merasa berbaring di pelukan Bunda saja.

Putri Duyung mengelus-elus rambut Leli dan memandanginya. “Jangan kaget ya.”

Ia mengedipkan mata dan mencolek hidung Leli. “Ini aku, Nira si Putri Duyung.”

Leli melongo kemudian melompat dan memeluk Nira. Ia meresapi aroma amis, namun menawan dari tubuh licin sang putri. Terus saja Leli memeluk Nira dan bicara bahwa ia selama ini berharap ingin lahir sebagai putri duyung.

Saat mereka berpelukan, setengah tubuh bawah sang putri menjelma ekor ikan. Leli bahagia. Tapi, jawaban ini yang keluar: “Oh, tidak. Aku tidak yakin.”



Nira memalingkan wajah karena tak bisa mengabulkan sesuatu yang muluk-muluk. Leli memohon padanya agar mimpinya terwujud, menjadi putri duyung dan kalau bisa mengajak bundanya kemari.

“Bunda itu siapa?” tanya Nira.

“Bunda itu ibuku.”

“Ibu?”

“Iya. Ibumu di mana?”

Nira berpikir. Wajahnya terlihat sedih. Oh, Leli, seandainya kamu tahu aku tidak punya ibu, pikir si putri. Tetapi, karena ia tidak mau mengenang masa lalu, putri duyung ini mengalihkan perhatian Leli ke soal lain.

“Aku yakin kamu tidak sanggup jadi putri duyung.”

Leli tidak mengerti. Apa susahnya jadi putri duyung? Ia senang bisa berenang setiap hari tanpa dimarahi dan tanpa membuat Bunda menangis. Bahkan, Leli yakin kalau Ayah tahu ia bisa renang, mungkin saja bajak laut itu luluh dan tidak lagi menyuruhnya duduk di tepi kolam.

“Ayolah. Tolong aku!”



Nira lalu mengajak Leli berenang ke barat. Matahari tinggal separuh. Leli ingat kue ulang tahun yang dirusak seorang sepupu setahun lalu, persis di ulang tahun keenamnya.

Waktu itu, kuenya tinggal separuh dan matahari itu membuat Leli ingat kue yang sama, ingat Bunda, ingat rumah, ingat teman-teman, dan tentu saja ingat Ayah.

Apa Bunda dan Ayah tahu aku di sini?

***

Leli tidak yakin Bunda tahu Ayah lagi-lagi melarangnya ikut berenang. Nanti kalau waktunya klub selesai, bajak laut mengambil baju renang dan merendam baju itu di kolam sebelum akhirnya menyuruh Leli memasukkan lagi ke tas.

Itu sering terjadi dan Bunda tidak pernah tahu.

Ayah baik? Leli tidak percaya. Kenapa Bunda bohong? Ia tahu wanita itu baik dan percaya dahulu kala Bunda adalah putri duyung yang diculik dan ditawan bajak laut. Itulah kenapa Bunda bohong karena sampai hari ini takut menghadapi si bajak laut dengan senjata-senjatanya.

Leli tahu betapa besar pengaruh Ayah, terutama soal peraturan yang harus ditaati. Di depan Ayah, Bunda diam. Di kolam ini, jika Ayah tidak mengantar, Bunda mengajak Leli berenang walau tetap sama: anak itu tidak bertahan lebih dari lima menit.

Selama itu, ia diam di tempat tanpa bisa melakukan apa-apa. Kedua kaki terbenam dan Leli sering kali menyembunyikan air mata dengan membasuh wajahnya dengan air.



Ayah belum kembali. Dia belum makan sehingga butuh waktu banyak. Sebatang rokok habis dalam tiga menit di tangan Ayah. Itu di luar waktu makan. Kadang, bajak laut saat makan suka bicara dan bercanda lewat telepon. Ayah memang kasar dan seenaknya. Karena itulah Leli punya kesempatan.

Di tangannya sebuah boneka meringkuk lesu. Boneka yang telah kusut dan hampir lepas salah satu bola matanya.

***

Akhirnya Istana Putri Duyung mereka capai. Nira mengajak Leli menyelam hingga beberapa ratus meter ke dalam lautan setelah matahari benar-benar tumbang. Leli kira ia akan sulit bernapas karena kata bu guru, manusia tidak bisa bernapas di air.

“Kita bukan ikan!”

Aku jadi ikan sekarang karena sudah bisa berenang, katanya sendiri. Dan memang dia ikan, walau masih bertangan dan berhidung. Leli merasa ada perubahan di kakinya. Semakin lama berenang semakin kedua kakinya terasa gatal. Begitu Leli memandang bawah, ia tidak lagi melihat sepasang kaki yang dipasangi entah apa oleh dokter jelek. Yang ia lihat ekor bersisik sebagaimana yang ia temukan di tubuh Nira.

“Ya, ampun!”

“Selamat datang di Istana Putri Duyung. Sekarang kamu bagian dari kami.”

Nira mengajak Leli memasuki istana yang indah. Anak itu yakin harus mengajak Bunda kemari. Ini tempat asal Bunda. Lelai makin yakin, apalagi semenjak ia menjadi putri duyung, kalau Bunda bukan putri duyung, bagaimana mungkin dia putri duyung?



Nira membesarkan hati anak itu. Ditatapnya mata Leli lembut seperti cara Bunda menatap matanya. Seperti cara boneka ikan kesayangan menerima curahan hati. Mata yang sama-sama penuh cinta walau sunyi.

Demikianlah, Leli menyelam, berharap menemukan kehidupan baru di dasar laut yang tidak dikenal. Tanpa Bunda, tanpa teman-teman di klub renang, tanpa pelampung, dan tentu saja tanpa Ayah.

***

Esok harinya, Bunda bukan dijemput putri duyung ke rumah. Bunda mendapat telepon, tapi bukan dari raja laut yang ramah dan bijaksana, melainkan dari rumah sakit. Rumah sakit mengabarkan sang suami dalam kondisi kritis, sementara sang putri tidak bisa diselamatkan.

Bunda menangis. Sebenarnya beliau tahu bajak laut itu tidak suka Leli berenang karena memang berbahaya. Tapi, anak itu keras kepala. Bunda tidak tega. Bunda tahu Leli selamanya tidak mungkin berenang kecuali mengambang di pelukan pelampung dengan boneka ikan yang hampir copot matanya.

Hari itu, si anak diam-diam terjun sementara ayahnya membeli makan.

Seandainya Bunda tahu sebelum ke Istana Putri Duyung anaknya itu menangis. Tuhan tidak memberikan boneka nyawa sehingga boneka itu ditemukan kambang di tengah kolam,setelah semua anggota klub menangis memandangi tubuh lemah Leli digotong ke dalam ambulans.

 

Gempol, 2016-2024

 

Ken Hanggara, lahir di Sidoarjo, 21 Juni 1991. Menulis cerpen, puisi, esai, novel, dan skenario FTV. Karyanya terbit di berbagai media. Bukunya Museum Anomali (2016), Babi-Babi Tak Bisa Memanjat (2017), Negeri yang Dilanda Huru-Hara (2018), Dosa di Hutan Terlarang (2018), Buku Panduan Mati (2022), dan Pengetahuan Baru Umat Manusia (2024).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru di Kasus Timah, Ini Peran Masing-masing

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru di Kasus Timah, Ini Peran Masing-masing
author
Mariyana Ricky P.D Sabtu, 27 April 2024 - 08:01 WIB
share
SOLOPOS.COM - Ilustrasi PT Timah. (PT Timah Tbk)

Solopos.com, JAKARTA — Kejaksaan Agung (Kejagung) menjelaskan peran kelima tersangka baru di kasus dugaan korupsi komoditas timah di wilayah IUP PT Timah Tbk (TINS) periode 2015-2022.

Kelima tersangka yang ditetapkan Kejagung yaitu HL selaku beneficiary owner dan FL marketing PT PT Tinindo Internusa (TIN).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kemudian, SW Kepala Dinas ESDM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada 2015 hingga awal Maret 2019.

Selanjutnya, BN sebagai Plt Kadis ESDM Bangka Belitung pada 2019 dan AS selaku Plt Kadis ESDM Bangka Belitung. Dirdik Jampidsus Kejagung RI, Kuntadi menyampaikan SW, BN dan AS dengan sengaja menerbitkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) lima perusahaan smelter yakni PT Refined Bangka Tin (RBT) hingga CV Venus Inti Perkasa (VIP).

Koran Solopos

“SW, BN, AS masing-masing selaku Kadis dan Plt Kadis ESDM Provinsi Babel, telah dengan sengaja menerbitkan dan menyetujui RKAB dari perusahaan smelter PT RBT, PT Sariwiguna Bina Sentosa, PT Stanindo Inti Perkasa (SIP), PT TIN dan CV VIP,” tuturnya di Kejagung, Jumat (26/4/2024), dilansir Bisnis.com.

Padahal, kata Kuntadi, penerbitan RKAB tersebut tidak memenuhi syarat yang berlaku untuk melakukan kegiatan penambangan.

Pasalnya, ketiga tersangka ini menerbitkan RKAB untuk melegalkan aktivitas perdagangan timah diperoleh secara ilegal di IUP PT Timah.

Emagazine Solopos

Sementara itu, untuk HL dan FL berperan untuk pengondisian pembiayaan kerja sama penyewaan alat peleburan timah. Terlebih, agar seolah-olah ilegal, keduanya membentuk dua perusahaan boneka.

“HL dan FL keduanya turut serta dalam pengondisian pembuatan kerja sama penyewaan peralatan processing peleburan timah sebagai bungkus aktivitas kegiatan pengambilan timah dari IUP PT Timah, dimana keduanya membentuk perusahaan boneka yaitu CV BPR dan CV SMS,” tambahnya.

Akibat perbuatan, kelima tersangka melanggar ketentuan Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 3 UU Jo Pasal 18 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 Ayat 1 ke -1 KUHP.

Interaktif Solopos

 

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Ini Peran 5 Tersangka Baru di Kasus Timah”



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Memuat Berita lainnya ....
Solopos Stories