SOLOPOS.COM - Mantan pejabat Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Rafael Alun Trisambodo (tengah) berjalan menghindari wartawan usai menjalani pemeriksaan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Jumat (24/3/2023). Pemeriksaan tersebut dilakukan terkait dugaan korupsi yang dilakukan Rafael. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.

Solopos.com, JAKARTA — Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan mendalami informasi soal artis berinisial R yang diduga terlibat dalam kasus dugaan penerimaan gratifikasi mantan pejabat Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Rafael Alun Trisambodo.

“Inisial R itu siapa? Ini sedang kami dalami. Apakah R itu huruf depannya atau itu ada di tengah atau ada di ujung. Itu yang sedang kita dalami. Yang jelas ada R-nya,” kata Direktur Penyidikan KPK Asep Guntur di Jakarta, Kamis, (30/3/2023), mengutip Antara.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Pada kesempatan terpisah, Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri mengatakan KPK akan terlebih dulu soal laporan salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) soal dugaan keterlibatan artis inisial R tersebut.

“Kami nanti akan komunikasikan dan koordinasikan apakah betul ada laporan dimaksud, tapi tiap laporan masyarakat yang mendukung upaya penegakan hukum termasuk proses yang kami lakukan ini tentu kami akan dalami lebih lanjut,” kata Ali.

Ali juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak sungkan untuk memberikan informasi yang relevan dengan proses penyidikan lembaga antirasuah tersebut. “Kami berharap masyarakat yang punya data dan informasi terkait dengan perkara yang sedang kami tangani, silakan disampaikan,” ujarnya.

Ihwal artis berinisial R yang diduga terlibat pencucian uang Rafael Alun Sambodo, Akademisi Rhenald Kasali turut menyampaikan pandangan mengenai ciri artis yang berbisnis dari money laundry atau pencucian uang, di akun Youtubenya @Prof.Rhenald Kasali, Jumat (31/3/2023).

“Siapa tersangkanya, bisa dicari sendiri, tapi saya mengutip ucapan Presiden Meksiko, Enrique Pena Nieto, pencucian uang memberikan oksigan bagi pelaku kriminal terorganisasi. Ciri-cirinya itu ada 10,” ungkap Rhenald. 

Pertama, tiba-tiba usaha menjadi sangat besar. “Dan besarnya membuat Anda terkagum-kagum,” imbuhnya. Kedua, easy money “Seakan-akan mudah sekali. Pinjam uang dari bank, Anda tidak dapat uang sekaligus blek, Anda tidak bisa bangun secepat itu, harus presentasi hadapi pimpinan bank, laporan keuangan audit, bank tak akan sembarangan,” ujar Rhenald.

Hal ini berbeda dengan easy money. “Kalau gunakan easy money it so easy, tidak perlu laporan keuangan, audit, profit yang penting topline, yang penting heboh, bisnis cepat, tujuan di situ nitip uang, asetnya kelihatan masih di situ. Dan akhirnya orang-orang dapat easy money berharta glamour. Beli Ferrari, beli sesuatu pakai nama orang lain,” ucap Rhenald.

Ketiga, selalu punya alibi. “Oh ini dari hasil usaha. Padahal kita hitung tidak beli Ferrari. Terlebih beli pesawat jet. Ini lucu-lucuan, semua didapat dari investasi baru, pekerjaannya tak bisa hasilkan itu,” kata dia. Keempat, membangun kerajaan, bukan bangun usaha, tetapi bangun new empire.

“Kerajaan baru sangat besar, kenapa bisa begitu? Karena satu orang titip lama-lama-lama banyak orang juga nitip. Nitip DNA sama muncul orang kaya dan berpangkat yang juga ingin mendapatkan kue di sini, kemudian orang ini dikenal, jangan-jangan kita bisa percaya yang penting uang kita aman, tidak ada di rekening dan brankas kita,” ujar dia.

Kelima, mengaku modal dari warisan atau dari kepintaran-kepintaran yang orang lain tidak pahami dan bisnis yang sulit dipahami umum “Misalkan mereka katakan trading, saya pikirkan trading itu ekspor impor, tahunya trading itu pakai judi online, algoritma, kripto, dan bisnis properti. Tidak mudah dipahami dan orang tidak tahu value create luar biasa,” ujar dia.

Keenam, ada sosok tersembungi di belakang mereka. “Susah juga, siapa di belakang mereka, rasanya enggak mungkin sendirian, ada orang lain,” kata dia. Ketujuh, bisnis tumbuh besar tetapi tak punya keahliaan bisnis. “Karena ada orang lain jauh lebih pandai dari mereka. Orang-orang ini tidak mengerti strategi, planning, financial, marketing. Mereka tahunya ngomong dan tampil di publik.” 

Kedelapan, dikelilingi oleh media komunikasi. “Ini agak rancu, karena semua orang jadi pembuat konten, ada orang bawa kamera,” ujar dia. Kesembilan, mereka generous, terlihat murah hati bagi-bagi uang. Dan kesepuluh, tiba-tiba banyak masalah yang muncul karena dikeliling orang yang tak punya value. “Titipan dari orang-orang yang punya duit tadi, mereka enggak punya value.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya