SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Ivan Indrakesuma)

Solopos.com, KLATEN—Bangunan di wilayah Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Klaten, tak bisa berumur panjang. Kondisi itu diduga terjadi lantaran struktur tanah di wilayah Jarum yang labil.

Berdasarkan pantauan, kondisi infrastruktur yang rusak itu seperti ruas jalan dari Desa Banyuripan menuju ke Desa Jarum. Ruas jalan cor yang dilapisi aspal tersebut merekah di berbagai lokasi.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sekretaris Desa Jarum, Suyanto, mengatakan kondisi struktur tanah labil merata di wilayah Jarum. Dia mencontohkan ketika pengaspalan atau pembangunan jalan tanpa dilakukan penanganan khusus seperti tanpa diawali dengan pembuatan makadam, ruas jalan dijamin cepat rusak.

Baca Juga: Pemdes Gatak Klaten Peduli Disabilitas, Cairkan Belasan Juta Tiap Tahun

“Seperti di selatan kawasan Joglo Mojo Arum itu lumayan awet karena sebelumnya dilakukan pengecoran meski ada beberapa bagian jalan yang kini sudah merekah. Ada juga beberapa lokasi yang tanpa penanganan khusus akhirnya sekarang kondisi jalannya merekah lebar,” kata Suyanto saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (27/10/2021).

Suyanto mengatakan ketika ruas jalan dibangun diawali dengan pengecoran, jalan masih layak dilintasi hingga 10 tahun. “Tetapi 1 tahun atau 1,5 tahun permukaan jalan sudah ada yang mletek [retak],” kata dia.

Tak hanya jalan, Suyanto mengatakan kondisi tanah yang labil berpengaruh pada kondisi bangunan. Retakan biasa ditemui pada dinding atau lantai tak lama setelah bangunan rampung dibangun.

Baca Juga: 94 SD di Wonogiri Belum Gelar PTM Terbatas Tahap I, Ini Alasannya

“Bangunan yang menggunakan cakar ayam pun bentet. Ada gerakan gempa walau sedikit saja itu pasti retakan pada bangunan akan semakin melebar atau memanjang. Kalau ada bagian bangunan yang merekah, warga di wilayah kami itu sudah terbiasa menemui. Kalau bangunan yang awet itu justru bangunan dari kayu seperti kandang sapi atau rumah limasan,” kata Suyanto.

Suyanto mengatakan selama ini belum ada peneliti yang mengecek struktur tanah di wilayah Desa Jarum. “Belum pernah diteliti. Entah tanahnya itu lempung hitam atau apa kami juga tidak tahu. Yang jelas itu tanah di sini kalau tidak hujan, tanah merekah sementara kalau hujan rekahannya menutup,” jelas dia.

Kepala Desa Jarum, Iswanta, mengatakan agar kondisi bangunan lebih awet, warga harus mengeluarkan biaya dua kali lipat jika dibandingkan di daerah lain ketika membangun rumah.

Baca Juga: Peringati Sumpah Pemuda, 93 Karya Barang Bekas Dipajang di Art Klat

“Kalau kondisi bangunan kerap direnovasi itu sudah biasa karena memang struktur tanah di wilayah kami labil. Kalau mau membangun, harus ada penguatan tulangan bangunan. Sampai saat ini memang belum ada penelitian terkait struktur tanah di wilayah kami serta solusi agar bangunan bisa tetap awet. Kalau dari masyarakat itu pemahamannya semakin kuat tulangannya kondisi bangunan semaki kuat meski harus mengeluarkan biaya cukup besar,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya