Solopos.com, JOGJA — Bukan hanya gaul di Malang, Jawa Timur, bahasa walikan juga ada di Jogja, DI Yogyakarta.
Hingga saat ini, bahasa walikan menjadi ciri khas warga Malang. Contohnya saja, Ngalam yang artinya adalah Malang. Kemudian sam yang berarti mas, tamales yang artinya selamat, tangames yang maksudnya semangat, hingga oyi untuk menyatakan iyo atau iya.
Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian
Bahkan, dalam sebuah film berjudul Yowis Ben, bahasa walikan ini menjadi dialog yang kerap diucapkan oleh para pemainnya.
Tetapi, selain gaul di Malang, bahasa walikan juga di Jogja. Dikutip dari Harianjogja.com, bahasa walikan di Jogja mulai populer pada akhir 1980-an. Berbeda dengan bahasa walikan Malang, bahasa walikan Jogja menggunakan rumus membalikkan huruf dengan dasar aksara Jawa Hanacaraka atau sistem abjad orang Jawa.
Baca Juga: Orang Malang Suka Membalik Kata, Ternyata Ini Awal Mulanya
Dalam aksara Jawa, baris pertama terdiri dari ha, na, ca, ra, ka; baris kedua da, ta, sa, wa, la; baris ketiga pa, dha, ja, ya, nya; baris keempat ma, ga, ba, tha, nga.
Dengan demikian, setiap aksara punya pasangan masing-masing untuk bisa saling ditukar, yakni ha-pa, na-dha, ca-ja, ra-ya, ka-nya, da-ma, ta-ga, sa-ba, wa-tha, dan la-nga.
Baca Juga: Cara Kirim Chat WhatsApp Tanpa Menyimpan Nomor, Ternyata Gampang Hlo!
Ada beberapa bahasa walikan Jogja yang masih gaul hingga sekarang. Tetapi, ada pula yang tidak lagi populer. Berikut ini daftar bahasa walikan dari Jogja.
Bahasa Walikan dari Jogja
-
Dagadu
Bahasa walikan yang digunakan sebagai salah merek fesyen asal Jogja ini memiliki arti matamu. Hal ini sesuai dengan lambang Dagadu yang menjadi simbol merek fesyen ternama di Jogja tersebut.
-
Dab
Dab berarti mas. Biasa dituturkan oleh laki-laki kepada teman sebaya mereka. Dab masih eksis sampai sekarang, bahkan kemudian sering dipakai dengan menambahkan artinya, yakni masdab.
Jape methe
Jape methe dipakai untuk menyebut orang yang berada di lingkaran atau circle kita. Jape methe berarti cahe dewe atau teman kita sendiri.
Baca Juga: Sederet Keistimewaan Solo Baru, Kota Mandiri Pertama di Jawa Tengah
Poya haha
Poya haha adalah frasa dalam basa walikan yang biasa diucapkan seseorang untuk menyatakan dirinya baik-baik saja. Poya haha artinya ora papa atau tidak apa-apa.
Pisu
Pisu adalah pasangan bapak, artinya ibu. Sahany dan pisu banyak dipakai anak muda Jogja ketika membicarakan ayah dan ibu mereka.
Baca Juga: Cara Mengetahui TV Sudah Digital atau Masih Analog, Mudah Kok Lur!
Lodse
Lodse berarti ngombe atau minum. Lodse biasanya diucapkan orang saat haus, namun lebih sering diucapkan sebagai eufemisme atau ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yakni minum minuman keras.
Daladh
Daladh adalah kata yang berarti makan.
Sahany
Sahany, biasa diucapkan dengan sahan, artinya bapak.
Baca Juga: Kumpulan Bahasa Gaul di Solo yang Wajib Kamu Tahu
-
Dasun
Dasun erat kaitannya dengan lodse karena setelah lodse, biasanya orang menjadi dasun alias mabuk.
Dugap
Dugap juga menjadi turunan kata lodse dan dasun. Jika kebanyakan menenggak minuman beralkohol alias dasun berat, kita akan dugap atau muntah.
Baca Juga: Spesifikasi Masjid Raya Sheikh Zayed di Solo: Punya 82 Kubah Bergaya Maroko