SOLOPOS.COM - Halaman Depan Harian Umum Solopos edisi Kamis, 23 Juli 2015

Solopos hari ini memberitakan tentang belum menyatunya KSB dalam Pilkada Solo hingga perdamaian di Tolikara.

Solopos.com, SOLO — Calon wali kota (cawali) yang diusung Koalisi Solo Bersama (KSB), Anung Indro Susanto, mengemukakan soal belum adanya persatuan di antara sejumlah pimpinan KSB. Berita ini menjadi headline di Harian Umum Solopos, Kamis (23/7/2015).

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Selain itu, ada pula kabar tentang perdamaian di antara para pemuka agama di Tolikara setelah insiden kerusuhan antarwarga saat pelaksanaan Salat Id, Jumat (17/7/2015).

Sementara itu, empat hari menjelang waktu pendaftaran, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP dikabarkan belum merilis nama-nama calon bupati (cabup) dan calon wakil bupati (cawabup) di tiga kabupaten di Soloraya.

Simak rangkuman berita utama Harian Umum Solopos edisi Kamis, 23 Juli 2015;

PILKADA SOLO: KSB Belum Satu Suara
Sejumlah pimpinan Koalisi Solo Bersama (KSB) belum satu suara terkait pemilihan G.R.Ay. Koes Indriyah sebagai calon wakil wali kota (cawawali) pendamping Anung Indro Susanto. Hal itu dikemukakan calon wali kota (cawali) yang diusung KSB, Anung Indro Susanto, kepada Espos, Rabu (22/7).

Hingga saat ini, Anung mengaku belum menjalin kesepakatan dengan Koes Indriyah. Dia menilai pimpinan parpol KSB juga belum satu suara terkait penetapan Indriyah sebagai pendampingnya.

Baca selengkapnya:  epaper.solopos.com

[Baca juga: Cawali KSB Pinang Putri Keraton?Inilah Lukman Hakim, Figur Cawawali Alternatif]

PERDAMAIAN TOLIKARA: Pendeta dan Ustaz Berpelukan
Perdamaian digelar di Tolikara, Papua. Ketua Klasis Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Toli, Pendeta Yunus Wenda dan tokoh muslim Tolikara Ustaz H. Ali Muktar bersalaman dan berpelukan. Acara perdamaian digelar pada Rabu (22/7) di Lapangan Koramil Tolikara.

Setelah menyampaikan permohonan maaf, kedua wakil umat itu bersalaman dan berpelukan. Hal itu disaksikan Bupati Tolikara, Usman G. Wanimbo, dan unsur muspida.

“Kami minta maaf telah menyakiti hati saudara-saudara kami kaum muslim. Ini karena kekhilafan, untuk itu mohon permasalahan ini cukup di sini saja. Kita harus bersatu kembali seperti yang lalu,” kata Yunus Wenda.

Ucapan itu disambut baik Ali Muktar. Dia juga memohon maaf atas kejadian itu dan berharap insiden itu tidak terjadi lagi di Tolikara.

“Mari kita bersama-sama membangun kerukunan seperti yang selama ini terjadi di Tolikara ini,” ujar Ali.

Anggota Tim Komunikasi Presiden, Teten Masuki, mengatakan Presiden Jokowi akan berdialog dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat Papua.

Baca selengkapnya:  epaper.solopos.com

[Baca juga: Pelaku Penembakan Tolikara Belum TerungkapInsiden Tolikara Jadi Penyebab Chris Brown Batalkan KonserMUI Bentuk Tim Investigasi Insiden Tolikara]

CALON BUPATI PDIP: Rekomendasi Belum Turun, Isu Bergulir Liar
Empat hari menjelang waktu pendaftaran, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP belum juga merilis nama-nama calon bupati (cabup) dan calon wakil bupati (cawabup) di tiga kabupaten di Soloraya.

Namun di lapangan, isu pa sangan penerima rekomendasi terus berkembang. Di Klaten, gambar pasangan Sri Hartini-Djoko Karyono menjadi display picture (DP) blackberry messenger (BBM) sejumlah pengurus DPC PDIP Klaten, Rabu (22/7) sore.

Di Sragen, muncul nama Sugiyamto-Joko Saptono dan Agus Fatchur Rahman-Bambang Samekto. Sedangkan di Wonogiri, sumber Espos di internal DPC PDIP Wonogiri menyebut penerima rekomendasi cabup adalah Joko Sutopo dengan cawabup dari Partai Golkar.

Namun Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto menegaskan rekomendasi baru akan dibacakan Kamis (23/7) ini.

Baca selengkapnya:  epaper.solopos.com

[Baca juga: PDIP Rekomendasikan Sri Sumarni Sebagai Bakal Calon Bupati Grobogan]

KISAH PEMUDIK: Bisowarno Sukses Populerkan Pangsit Pengging ke Papua
Pangsit pentol alias mi ayam khas Pengging Banyudono, Boyolali, mendulang sukses di ujung timur Indonesia, Papua. Pelopornya Bisowarno, warga Pengging. Berikut laporan wartawan Solopos, Kharisma Dhita Retnosari.



Bermodal nekat, Bisowarno, 55, dan istri, Slamet Mulyati, 65, mengadu nasib, merantau menyeberang lautan dengan hanya bermodal Rp10.000 di dompet.

“Saya ingat betul, waktu itu berangkat Desember 1987, sampai Papua Januari 1988. Perjalanan laut kurang lebih dua pekan. Luar biasa saya jatuh bangun bahkan sampai pernah hampir gulung tikar. Tapi dengan niat kuat, saya dan istri mencoba bertahan. Hla wong sudah sejauh ini, masak menyerah,” kata Bisowarno saat diwawancarai Espos, Senin (20/7).

Baca selengkapnya:  epaper.solopos.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya