SOLOPOS.COM - Pendiri dan pimpinan Gondhez’s, Nunggal di Kepatihan Wetan, Jebres, Solo, Sabtu (15/8/2020) siang. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO – Sosok Nunggal, 53, si preman paling ditakuti di Kota Solo mungkin tidak asing bagi sejumlah orang. Selama 36 tahun terakhir, dia menjelma seperti hantu yang hadir di setiap lini kehidupan premanisme Kota Bengawan.

Lantas, siapa dan bagaimana perjalanan Nunggal di dunia preman Kota Solo? Simak laporan eksklusif Solopos.com berikut:

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Nunggal muda yang bertubuh gempal adalah pimpinan kelompok bernama Gondhez’s (GDZ’s). Kelompok ini beranggotakan ribuan orang dari Solo, Karanganyar, dan sekitarnya.

Perjalanan GDZ’s dimulai tahun 1984, kala itu Nunggal yang keluar dari sekolah menengah atas (SMA) di Jakarta, kembali ke tanah kelahirannya, di Solo. Tidak butuh waktu lama bagi dia untuk mempunyai banyak teman.

Bupati Yuni: Sragen Zona Merah Covid-19, Klaster Naker RSUD Mendominasi

GDZ’s Dibentuk

Teman-teman Nunggal kala itu berasal dari sejumlah sekolah menengah atas (SMA) seperti SMAN 1 Solo, SMAN 2 Solo, SMAN 5 Solo, SMAN 6 Solo, dan beberapa sekolah lain. Mereka lantas mendirikan GDZ’s.

“Ada Dodo, Dodot, Eko Kenthir, Welem, dan teman lainnya. Kami mendirikan Gondhez’s tahun 1984 sekitar bulan April-Mei,” ujar Nunggal saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (15/8/2020).

Sebagai geng anak muda tentu keberadaan GDZ’s tidak bisa dilepaskan dari perkelahian dengan kelompok lain. Apalagi anggota geng ini terus bertambah.

Jago Bela Diri hingga Main Burung, Ini 5 Fakta Unik Nunggal Si Preman Solo Pimpinan Gondhez’s 

Banyak anak muda Solo dan sekitarnya yang lantas menyatakan bergabung dan aktif dalam berbagai kegiatan GDZ’s seperti menongkrong atau touring menggunakan motor. Saat touring ke Pantai Parangtritis atau Tawangmangu, jumlah iring-iringan sepeda motor mereka mencapai seratusan lebih.

“Kasarannya, orang menyebut kami geng sepeda motor lah. Kami sering jalan-jalan ke Tawangmangu dan Parangtritis. Tidak hanya 10 orang pendiri, tapi ratusan motor, bareng-bareng. Saat itu anggota kami bertambah terus. Banyak sekali. Setiap hari Minggu pasti keluar Solo ramai-ramai pakai motor, sekedar jalan-jalan” imbuh dia.

Pemimpin yang Disegani

Anak keenam dari tujuh bersaudara itu mengungkapkan dirinya tipikal pemimpin yang tidak asal main perintah. Dia selalu membersamai teman-teman dan anggotanya dalam setiap aksi, baik sekadar touring atau perkelahian.

Dia mengaku sudah tidak ingat lagi berapa pertarungan fisik yang pernah dilakoni selama memimpin GDZ’s. Namun karena postur tubuhnya yang kekar, pria kelahiran Solo, 6 Juli 1967 itu selalu berhasil memenangi pertarungan itu, baik tangan kosong atau dengan senjata.

Sepak terjang Nunggal dan kawan-kawan (dkk) kala itu membuat lawan-lawannya segan. Apalagi Nunggal memiliki puluhan orang kepercayaan yang dia sebut sebagai “panglima tempur” dan selalu siap pasang badan.

Mbledos! 32 Warga Klaten Terkonfirmasi Positif Covid-19 dalam Sehari, Wonosari Terbanyak

Pertarungan

Terlebih orang-orang kepercayaan yang dia sebut sebagai panglima itu juga mempunyai “pasukan” yang loyal dan militan. Mereka rela memberikan segenap jiwa dan raga untuk menjaga harga diri kelompok maupun tokoh-tokoh yang mereka diikuti.

Namun menariknya, Nunggal tak pernah sekali pun belajar bela diri. Dia belajar secara otodidak dari perkelahian-perkelahian yang dijalani. Naluri, mental dan kemampuan berkelahi dia terus terasah dari satu pertarungan ke pertarungan yang lain. Kebetulan sejak remaja Nunggal sudah sering berkelahi.

“Saat berkelahi saya lihat lawan. Dia bawa senjata atau tidak. Kalau dia bawa senjata, saya pakai senjata juga. Kalau dia tangan kosong ya saya juga harus tangan kosong,” terang dia.

Pura-Pura Muntah, 2 Penumpang Bawa Kabur Mobil Carteran di Wonogiri

Kini di usia senja, Nunggal si preman yang paling disegani di Solo ini mengaku menikmati perannya sebagai seorang kakek dari dua cucu.

“Ya kadang-kadang main sama dua cucu saya di Mojosongo. Senang rasanya kalau bisa kumpul cucu,” kata dia.

Selain momong cucu, Nunggal juga mengisi waktunya dengan berjualan burung. Terkadang dia ikut lomba burung di Solo raya. Setiap hari dia bangun pagi untuk membersihkan dan memberi makan burung-burungnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya