SOLOPOS.COM - Kebun tanaman serat milik perusahaan serat terbesar di masa pemerintahan Hindia Belanda di Wonogiri. (Istimewa/Arsip Digital Universitas Leiden)

Solopos.com, WONOGIRI -- Onderneming Mento Toelakan yang merupakan perusahaan perkebunan serat terbesar era Hindia Belanda di Wonogiri mencapai puncak kejayaan pada 1910-1942.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com dari berbagai sumber, pada 1910 itulah Onderneming Mento Toelakan mulai membudidayakan serat nanas sebagai bahan baku tambang kapal, karung goni, dan produk lainnya.

Promosi Pegadaian Area Surabaya 2 Gelar Festival Ramadan 2024 di 2 Lokasi

Sebelumnya, perusahaan yang diperkirakan berdiri sejak sekitar 1850-1860 itu lebih banyak membudidayakan kopi dan tembakau. Dua komoditas itu ditinggalkan karena hasilnya kurang menguntungkan.

Baca Juga: Perusahaan Perkebunan Serat Terbesar Hindia Belanda Ada Di Wonogiri Loh, Ini Lokasinya

Serat nanas terbukti cocok ditanan di Wonogiri sehingga perusahaan serat swasta Hindia Belanda itu menghasilkan serat dengan kualitas terbaik. Serat-serat itu diolah menggunakan mesin hingga setengah jadi kemudian dikirim ke pabrik-pabrik tekstil di wilayah Klaten dan Surabaya.

"Barang setengah jadinya itu hanya dikirim ke Delanggu [Klaten] dan Surabaya. Yang Delanggu itu masih satu perusahaan [dengan Mento Toelakan]. Kalau di Surabaya sudah beda perusahaan," kata Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, kepada Solopos.com, Selasa (15/6/2021).

Jatuh Ke Tangan Jepang

Dennys menjadi salah satu orang yang terlibat dalam penelitian tentang Onderneming Mento Toelakan bersama anggota MSI Wonogiri. Penelitian itu tertuang dalam buku berjudul "Onderneming Mento Toelakan, Dinamika Perkebunan Serat di Pinggiran Wonogiri 1897-1996". Buku tersebut terbit pada 2021.

Baca Juga: Perusahaan Serat Terbesar Hindia Belanda Ada di Wonogiri, Begini Kondisi Lokasinya Kini

perusahaan perkebunan hindia belanda wonogiri serat terbesar
Aktivitas Perusahaan Perkebunan Serat Mento Toelakan di Wonogiri. (Istimewa/Arsip Digital Universitas Leiden)

Menurut Dennys, serat yang dikirim ke Surabaya dibuat menjadi tambang kapal. Sedangkan serat yang dikirim ke Delanggu untuk membuat karung goni.

Dalam buku Onderneming Mentoe Toelakan di mana Dennys menjadi salah satu editor disebutkan, kesuksesan Mento Toelakan menjadi perusahaan serat terbesar Hindia Belanda di Wonogiri tak lepas dari manajemen birokrasi yang baik. Juga mesin produksi, sarana, prasarana dan peralatan yang memadai.

Perusahaan perkebunan ini mulai mengalami kemunduran pada era penjajahan Jepang tahun 1942. Onderneming Mento Toelakan diambil alih oleh tentara Jepang dan sempat bertahan. Namun hasil seratnya semua dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan perang tentara Jepang.

Baca Juga: Kegiatan Keagamaan Dibatasi, Pengajian hingga TPA di Wonogiri Tak Boleh Digelar

Saat Jepang angkat kaki dari Indonesia, Onderneming Mento Toelakan diambil alih oleh Mangkunegaran. Perusahaan terbesar era Hindia Belanda di Wonogiri ini benar-benar runtuh saat terjadi revolusi kemerdekaan.

Perusahaan mengalami masalah keuangan dan hanya dapat beroperasi sampai 1951. Setelah runtuh, aset perusahaan berupa tanah dibagi-bagikan ke rakyat.

Sisa-Sisa Peninggalan Mento Toelakan

"Sebagian besar kawasan perusahaan saat ini sudah menjadi perumahan dan sawah. Sebab sejak 1945, tanah itu dibagi-bagi ke warga dengan dibuatkan surat Letter C," kata Dennys.

Baca Juga: Klaster Kudus di Wonogiri Meluas, Pemdes Ketos Bikin Tempat Isolasi Terpadu

perusahaan serat hindia belanda wonogiri peninggalan terbesar
Salah satu bangunan peninggalan perusahaan serat terbesar dan terbaik era Hindia Belanda di Dusun Mento, Wonoharjo, Wonogiri. Foto diambil Senin (14/6/2021). (Solopos/M Aris Munandar)

Saat Solopos.com mengunjungi Dusun Mento, Desa Wonoharjo, Wonogiri, yang merupakan lahan perusahaan Onderneming Mento Toelakan, Senin (14/6/2021) siang, masih terlihat sisa-sisa peninggalan perusahaan tersebut. Kolam untuk merendam serat saat ini berada di belakang rumah Ketua RT 002 Dusun Mento.

Di dekat kolam terdapat bangunan saluran irigasi yang juga diyakini peninggalan perusahaan itu karena tekstur bangunannya mirip dengan kolam. Hingga kini saluran irigasi itu masih dimanfaatkan warga sekitar.

Baca Juga: Gubernur Ganjar ke Emak-Emak Wonogiri: Kalau Belanja Maskernya Dipakai

Berjarak satu kilometer dari lokasi kolam, terdapat jembatan jalur lori di area sungai. Tepatnya berada di belakang Kolam Renang atau Kolam Keceh Belik Wonoharjo.

Badan jembatan itu sudah tidak ada lagi, hanya tersisa tiang jembatan. Tiang jembatan itu terbuat dari batu yang dicor dan terlihat sangat kokoh. Di sekitar tiang jembatan dipenuhi pohon bambu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya