SOLOPOS.COM - Para perempuan pengusaha ultra mikro di Solo saat memamerkan barang dagangannya dalam acara kick off Program Pengembangan Kapasitas Usaha holding Ultra Mikro (Umi) antara BRI, Pegadaian, dan Permodalan Nasional Madani (PNM), di Balai Kelurahan Manahan, Solo, Jumat (7/1/2022) pagi. (Solopos/Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO — PT Permodalan Nasional Madani (PNM) menyebut tingkat kredit macet di kalangan nasabah perempuan sangat rendah. Karenanya tak mengherankan jika para perempuan berusia remaja hingga ibu-ibu di bawah 60 tahun menjadi tumpuan bergeraknya roda ekonomi selama masa pandemi Covid-19.

Mereka mudah survive dengan banting setir menjadi pengusaha baru ketika badai pandemi menerjang. Hal itu dikatakan Direktur Kelembagaan dan Perencanaan PT PNM, Sunar Basuki, dalam acara kick off Program Pengembangan Kapasitas Usaha holding Ultra Mikro (Umi) antara BRI, Pegadaian, dan PNM di Balai Kelurahan Manahan, Solo, Jumat (7/1/2022).

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Sunar mengatakan 100% sasaran permodalan usaha ultra mikro adalah perempuan. PT PNM mulai fokus pada perempuan sejak 2015 lalu. Menurut penelitian internal PT PNM, perempuan lebih bisa dipercaya, bisa bertahan di semua kondisi, dan inovatif dalam hal pengembangan usaha.

Baca Juga: Anggota DPR Gus Nabil Sebut Indonesia Lebih Siap Hadapi Omicron

Menurut data survei yang ia miliki, hal itu disebabkan komitmen perempuan pada keluarga yang cukup tinggi. Data yang dimiliki PNM juga menunjukkan tingkat kredit macet pada nasabah perempuan juga sangat minim. Sampai saat ini, kata Sunar, ada 11 juta nasabah perempuan yang menjadi sasaran program pemberdayaan berbasis kelompok.

Mereka terbagi dalam 6.333 kelompok se-Indonesia. Masing-masing memiliki 15 hingga 20 anggota dengan usia 17 tahun hingga 65 tahun. Masing-masing anggota mendapatkan pinjaman modal usaha mulai dari Rp2 juta hingga Rp20 juta. Sunar mengatakan peningkatan jumlah nasabah justru terjadi saat pandemi.

Dalam kurun waktu setahun mereka mampu menaikkan jumlah sasaran permodalan dari 7,8 juta orang menjadi 11 juta orang. Sementara dana yang disalurkan mencapai Rp49,4 triliun. “Tahun ini kami menargetkan 14 juta [kredit] bisa disalurkan,” kata Sunar.

Baca Juga: Disdag Solo: Tak Ada Tambahan Batas Waktu Pindahan Pedagang Pasar Legi

Kelompok Usaha

Peluang pengembangan usaha oleh perempuan ini kemudian ditangkap oleh BRI dan Pegadaian. Bersama PMN, keduanya menggarap progam holding ultra mikro (Umi) yang dirilis di Balai Kelurahan Manahan Solo, Jumat pagi. Mereka saling berkolaborasi untuk mendukung para perempuan mengembangkan usahanya lewat sektor perdagangam.

Salah satu perempuan pengembang usaha ultra mikro adalah Nanik Haryani,50. Setiap hari ia berjualan jajanan keliling sekolah-sekolah di Solo. Omzetnya mencapai Rp600.000 dengan laba bersih sekitar Rp200.000. “Ya enggak banyak memang. Tapi lumayan cukup untuk menghidupi keluarga, untuk menyekolahkan anak-anak,” kata Nanik.

Baca Juga: Ibadah Umrah Dibuka, Jemaah asal Solo Pilih Menunda Gegara Karantina

Nanik mengatakan awalnya berjualan sendirian. Sampai akhirnya ia bertemu dengan rekan lain dan bergabung di salah satu kelompok usaha. Banyak manfaat yang dia dapatkan dari bergabung dengan grup usaha. Mulai dari permodalan hingga pengembangan strategi dengan memanfaatkan digital.

Mayoritas usaha yang digeluti para perempuan yakni bidang makanan. Selain karena keuletan, Nanik menyadari perempuan punya modal dasar berjualan yakni lewat kepiawaiannya mengolah makanan. Perempuan juga punya semangat yang tinggi untuk belajar. “Dulu hanya mengandalkan jualan dengan keliling ke sekolah-sekolah. Sekarang digabung jualan dengan HP [online],” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya