SOLOPOS.COM - Salahudin saat memimpin latihan Persis Solo. (istimewa)

Solopos.com, JOGJA - Laga PSIM Jogja melawan Persis Solo dari masa ke masa selalu membawa sejarah pilu. Selain panasnya laga di tengah lapangan, tak jarang konflik antarsuporter pecah di luar lapangan.

Padahal, di era sepak bola modern, hal semacam itu seharusnya sudah tak ada lagi. Salah satu upaya mengantisipasi pecahnya bentrok dua kubu suporter adalah melarang suporter tim tamu datang ke stadion lawan.

Promosi Kanker Bukan (Selalu) Lonceng Kematian

Pada laga PSIM melawan Persis, Senin (21/10/2019) sore WIB, para suporter Persis juga dilarang hadir. Sebelumnya, pada putaran I Liga 2 Indonesia 2019, suporter PSIM juga dilarang datang ke Stadion Wilis, Kota Madiun.

Pelatih Persis, Salahudin, mengatakan para pemainnya mungkin saja terbebani oleh laga tandang tersebut. Apalagi, laga bertajuk Derbi Mataram itu selalu berlangsung dengan panas. Namun, ia mengatakan timnya datang ke Jogja untuk sebuah niat baik. Oleh karenanya, para pemain hendaknya tidak terbebani dengan laga itu.

“Secara mental, yang penting pemain bermain dengan baik. Kami respek kepada penonton dan pemain lawan,” ujarnya dalam jumpa pers dilansir dari media officer Persis, Minggu (20/10/2019).

Ia menilai sepak bola seharusnya jadi pemersatu bangsa, bukan menjadi jurang pemisah. Menurutnya, Persis dan PSIM harus menunjukkan sepak bola sebagai pemersatu dengan bermain baik pada Senin. “Tidak harus tak ada keributan dalam sepak bola,” kata dia. (

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya