SOLOPOS.COM - Ilustrasi aktivitas stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, SOLO — Kenaikan harga BBM masih menjadi perbincangan hangat. Ternyata ada beberapa hal yang bisa dilakukan pengendara sepeda motor atau bikers untuk bisa lebih menghemat konsumsi bahan bakar. Apa saja itu?

Senior Instruktur Safety Riding Astra Motor Jateng, Oke Desiyanto, mengatakan ada dua hal yang dapat dilakukan dalam menjadikan sepeda motor lebih irit konsumsi BBM.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

“Jadi ada yang bisa dilakukan tanpa modal dan ada yang bisa dilakukan dengan menginvestasikan sesuatu supaya kinerja dari komponen maksimal sehingga energinya bisa keluar semua, tidak terbuang sia-sia,” kata dia saat dihubungi, Kamis (8/9/2022).

Untuk cara menghemat BBM tanpa modal, menurutnya bisa dilakukan dengan menyesuaikan gaya berkendara. “Sederhananya, ketika kita ingin mengegas untuk [berjalan] 50 meter, maka sebisa mungkin 50 meter itu bisa dicapai dengan seirit mungkin dan tidak terkoreksi dengan rem atau dengan banyak gerakan. Jadi ini berkaitan dengan gaya berkendara, bagaimana bisa sehalus mungkin, tidak membuang energi itu sia-sia,” jelas dia.

Meski begitu harus tetap memperhatikan faktor keselamatan atau cari aman. Berjalan terlalu pelan juga tidak berarti bisa menghemat BBM. Bahkan menurut Oke, mengendarai sepeda motor terlalu pelan justru bisa membuat mesin bekerja tidak efisien. Misalnya kalau jalannya pelan, konstan 20 km/jam bisa jadi lebih boros dengan yang jalannya sesuai kecepatan yang bisa disesuaikan dengan tingkat keiritan mesin.

“Sebab kan ada efisiensi volumetrik. Efisiensi volumetrik dicapai dalam putaran mesin tertentu. Kondisi itu pada masing-masing kendaraan berbeda. Namun pada prinsipnya pada kendaraan harian untuk perkotaan, rata-rata hampir sama,” jelas dia.

Baca Juga: BSU Pekerja bakal Cair, Perusahaan di Sukoharjo Diminta Lengkapi Persyaratan

Ada cara paling mudah untuk mengetahui posisi mesin kendaraan dalam kondisi irit bahan bakar, yakni dengan memanfaatkan indikator eco. Jika indikator eco pada kendaraan menyala, artinya mesin melaju dengan konsumsi bahan bakar yang efisien dan tidak boros. Indikator eco saat ini sudah dapat ditemui di hampir semua jenis kendaraan, terutama untuk produk dari Honda.

Untuk menjaga agar laju kendaraan dalam kondisi irit bahan bakar, bisa dilakukan dengan cara berkendara secara halus. Terutama dalam mengendalikan tuas gas.

“Terus terang yang paling boros itu ketika start. Kalau jalan macet, start harus benar-benar memanfaatkan RPM yang bergerak naik secara natural. Memang tetap mengeluarkan BBM, namun tidak separah ketika langsung buka gas untuk akselerasi,” kata dia.

Baca Juga: Bisa Ajukan Sendiri, Begini Cara Daftar BLT BBM Rp600.000

Selain itu gunakan kecepatan konstan. Selain itu cara pengereman juga dapat berpengaruh. Menurutnya, sebisa mungkin dalam hal mengurangi kecepatan, bisa manfaatkan bobot kendaraan.

Dia mencontohkan ketika saaat berkendara kemudian dalam jarak tertentu bertemu lampu lalu lintas. Anggap saat itu kecepatan kendaraan sekitar 40 km/jam.

“Kalau saya biarkan sepertinya bisa berhenti sampai lampu merah tanpa gas lagi, tanpa mengerem. Namun ketika kondisi lalu lintas tidak memungkinkan, cara mengerem bisa diatur supaya tidak tarik gas lagi. Memang agak ribet, tapi asyik kalau diterapkan. Sebab saya sendiri juga sudah menerapkan. Kita juga lebih fokus berkendara karena kita memikirkan bagaimana cara berkendaranya. Kalau kita ulang-ulang terus, lama-lama akan menjadi kebiasaan, akan menjadi refleks,” lanjut dia.

Selain cara itu, ada hal lain yang dapat dilakukan untuk menghemat konsumsi bahan bakar, namun sedikit mengeluarkan modal.

Hal yang paling sederhana dan murah adalah dengan memompa ban. Ban merupakan komponen kendaraan yang kontak dengan aspal. Semakin besar gesekannya akan semakin berat pergerakan sepeda motor. Untuk itu tekanan ban harus dijaga. Sesuaikan dengan yang dipandukan di buku pemilik sepeda motor.

Bagian selanjutnya yang diperhatikan adalah as roda. Dia menyarankan agar pengguna sepeda motor dipastikan pergerakan roda saat diputar. “Saat kendaraan berhenti, bisa dicek, as rodanya bikin berat tidak. Kalau putaran as roda berat, itu akan menjadi beban sendiri,” kata dia.

Baca Juga: Trik Ini Membuat Mobil Tua Anda Irit BBM dan Tetap Terawat Performanya

Pasokan Udara Harus Optimal

Selanjutnya adalah memastikan kinerja kampas rem. Pastikan kampas rem tidak menghambat pergerakan roda. Jika kondisi kampas rem terus menghimpit sehingga menghambat pergerakan roda, artinya piston di kaliper remnya ada yang macet.

Lalu masuk pada bagian mesin. Saat ini rata-rata mesin motor sudah mengusung teknologi injeksi. “Pastinya pembakaran akan selalu dikejar untuk bisa optimal dan mereka punya banyak sensor. Namun sensor tersebut akan melakukan penyesuaian kalau misalnya pasokan dari udara tidak optimal. Dia akan mengompensasikan dengan BBM,” jelas Oke.

Dalam kondisi ini, menurut Oke kuncinya pasokan udara harus optimal. Penyaring udara juga harus dicek. Namun penyaring udara juga tidak disarankan untuk dicopot, sebab justru akan membuat konsumsi bahan bakar menjadi boros. “Sebab udara yang masuk justru terlalu banyak, kemudian BBM akan ditingkatkan otomatis. Jadi paling irit tetap pakai saringan udara yang dipastikan kebersihannya serta kinerja yang normal,” lanjut Oke.

Hal lain yang berpengaruh adalah sistem kemudi. Sistem kemudi yang berat akan mempengaruhi cara orang mengemudikan kendaraannya. “Sebab [saat sistem kemudi berat] kompensasi untuk mencari keseimbangannya akan memainkan gas,” kata dia.

Baca Juga: Hari Pertama Salurkan BLT BBM, Kantor Pos Besar Semarang Terima 483 KPM

Terakhir, jika tidak mendesak membawa muatan, tidak perlu membawa muatan. Sebab beban yang berat juga akan berdampak pada konsumsi bahan bakar.



“Pengalaman saya pribadi, dengan memperhatikan hal-hal di atas, hasilnya lumayan [irit bahan bakar],” kata dia. Dengan sepeda motor Honda PCX 150 yang digunakan di jalan perkotaan di Semarang, dia bisa menghemat bahan bakar.

“Klaim pabrikan konsumsi BBM PCX 150 adalah 45 km/liter dengan metode ece R40 euro 3. Namun angka konsumsi/liter yang ditunjukkan di speedometer bisa mencapai 49 km/liter sampai dengan 50 km/liter [konstan], paling rendah angkanyanya 47 km/jam. Konsumsi BBM yang bisa turun ke 47 km/jam, disebabkan karena oli mesin dan gardan yang belum diganti. Setelah diganti bisa irit lagi jadi 49 km/jam sampai 50 km/jam,” kata dia.

Hasil tersebut dia dapatkan dengan pengujian konsumsi BBM dibandingkan dengan jarak tempuh. Dijelaskan, saat pertalite masih di harga Rp7.650/liter, dia mengisi kendaraanya dengan pertalite senilai Rp50.000, atau sekitar 6,535 liter. “Saya pakai berkedara dalam kota [kepadatan Kota Semarang] dari Semarang Selatan ke Semarang Tengah, bisa mendapatkan jarak tempuh 320 km hingga 325 km. Jadi isi Rp50.000 bisa untuk sekitar 300 km,” jelas dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya