SOLOPOS.COM - Upacara Adat Ngasa Masyarakat Sunda di Kampung Jalawastu (Instagram/@brebesdaily)

Solopos.com, BREBES — Upacara adat ngasa adalah tradisi sedekah bumi versi masyarakat Suku Sunda. Konsep dari tradisi ini sama, yaitu menaikan rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkah yang dilimpahkan melalui hasil pertanian. Dilansir dari kemdikbud.go.id, Rabu (9/3/2022), dalam upacara adat yang diadakan setiap Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon yang jatuh pada mangsa kesanga (bulan kesembilan) ini juga dihaturkan untuk memohon berkah untuk hasil panen di tahun selanjutnya.

Hal yang melatarbelakangi upacara tradisi ini adalah sikap masyarakat, khususnya kaum petani yang menggantungkan diri dari hasil bumi. Mereka takut jika alam tidak bersinergi dengan harapan mereka, mereka akan kehilangan sumber kehidupan mereka. Halangan itu bisa saja bencana alam, musim paceklik, kematian dan hal-hal lainnya yang mengancam kehidupan.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Oleh karena itu, tradisi ini dikukuhkan dengan seberangkat nilai-nilai yang terkandung dalam sistem religi atau kepercayaan asli mereka yang antara lain terwujud dalam upacara adat. tradisi ini dilakukan oleh masyarakat suku Sunda yang bermukim di Kampung Jalawastu, Desa Cisereuh, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.

Baca juga: Ini Dia Kampung di Brebes yang Masih Pertahankan Tradisi Sunda

Meskipun masyarakat Suku Sunda berada di kawasan yang secara administratif berada di provinsi Jawa Tengah, namun masyarakat setempat masih melaksanakan tradisi leluhur mereka, salah satunya adalah ngasa atau tradisi sedekah bumi versi masyarakat suku Sunda.

Dilansir dari brebeskab.go.id, upacara adat ini sudah diadakan secara turun temurun di Kampung Jalawastu sejak pemerintahan Bupati Brebes IX Raden Arya Candra Negara.

Baca juga: Asal Usul Kali Pemali Brebes, Berawal dari Perang Ciung Wanara

Dalam ritual ini, mereka menghaturkan ucapan syukur yang dikenal dengan sebutan ngasta. Mereka menghaturkan syukur kepada Batara Windu Buana yang dianggap sebagai pencipta alam. Batara sendiri mempunyai ajudan yang dinamakan Burian Panutus. Semasa hidupnya, konon dia tidak makan nasi dan lauk pauk yang bernyawa.

Sehari sebelum upacara adat ngasa dimulai, masyarakat Kampung Jalawastu melaksanakan ritual berupa memakan nasi jagung dan mencari lalapan berupa daun-daunan. Nasi jagung dan lalapan ini merupakan hasil bumi yang akan dihidangkan sebagai menu utama dalam pelaksanaan upacara adat ngasa.

Baca juga: Banyumas Juga Dikenal Sundanya Jawa Tengah Hlo, Ini Sejarahnya

Bahasa Sunda Dialek Ngapak

Selain melaksanakan ritual yang sudah turun-temurun dilakukan, masyarakat Kampung Jalawastu juga menggunakan Bahasa Sunda sebagai komunikasi sehari-hari, namun Bahasa Sunda yang dituturkan di kampung ini berbeda dengan bahasa Sunda baku karena sudah ada sentuhan dengan dialek yang ada di Kabupaten Brebes sehingga Bahasa Sunda yang dituturkan oleh masyarakat Kampung Jalawastu terdengar ada dialek Banyumasan yang dikenal dengan sebutan Ngapak.

Kampung Jalawastu juga dikenal masih menjunjung tinggi budaya leluhur. Selain terletak di lokasi pedesaan yang asri, masyarakat di Jalawastu juga menerapkan tradisi-tradisi yang di zaman sekarang dikenal kuno.

Baca juga: Brebes Dijuluki Sundanya Jawa Tengah, Kok Bisa?

Tradisi itu antara lain tidak boleh membangun rumah dengan semen dan beratapkan genting. Oleh karenanya, hampir seluruh rumah yang ada di Jalawastu menggunakan dinding dari kayu dan beratapkan alang-alang.

Bahkan berkat upaya melestarikan budaya dan tradisi Sunda, Kampung Jalawastu ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kategori ritus adat pada Oktober 2019 lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya