SOLOPOS.COM - Ilustrasi prostitusi (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, SOLO -- Kota Solo di masa lalu ternyata pernah kondang sebagai tujuan pelesiran esek-esek lelaki hidung belang berduit. Tren itu terjadi sejak zaman kerajaan masih berjaya.

Hal itu diungkapkan Sejarawan Solo yang juga Dosen Universitas Sanata Darma Yogyakarta, Heri Priyatmoko, 35. “Itu pada periode kerajaan sudah sering terjadi,” terang dia kepada Solopos.com, Jumat (10/7/2020).

Promosi Siap Mengakselerasi Talenta Muda, Pegadaian Lantik Pengurus BUMN Muda Pegadaian

Menurut Heri, stigma Solo sebagai kota pelesiran esek-esek muncul lantaran kebiasaan kalangan bangsawan dan priyayi saat itu mempunyai demenan (perempuan simpanan).

6 Pelaku Terkait Meninggalnya Pesilat Remaja Gatak Sukoharjo Masih Di Bawah Umur

Saat itu kehidupan bangsawan dan priyayi memang lekat dengan omben-omben (minuman memabukkan) dan wanita. Tak mengherankan jika kemudian Solo dikenal sebagai destinasi pelesiran esek-esek.

“Kebiasaan itu membuat kota ini semakin memunculkan sisi lain kehidupannya. Akhirnya kabar kehidupan lain itu didengar orang luar Solo dan membuat mereka penasaran. Mereka pun ingin mencicipi seperti apa dunia esek-esek di sini,” sambung Heri.

Dunia esek-esek Solo semakin kondang dengan munculnya istilah “Putri Solo” yang diartikan berdasar kacamata negatif. Bahkan sampai ada mitos atau anggapan, barang siapa bisa “mencicipi” Putri Solo, kekuasaan atau jabatannya bakal langgeng.

solo kota pelesiran esek-esek
Heri Priyatmoko. (Istimewa)

“Malah ada anggapan kala itu siapa yang bisa menikahi Putri Solo atau ndemeni Putri Solo kekuasaannya bisa langgeng. Itu bagian dari mitos yang berkembang masa itu. Jadi urusan ini bukan semata untuk memenuhi kebutuhan biologis,” tambah dia.

Modus

Karena stigma Solo sebagai kota pelesiran esek-esek itu akhirnya banyak orang luar yang berkunjung ke kota ini. Modusnya beraneka ragam, mulai dari kunjungan pribadi hingga kunjungan karena tugas dengan menggelar pertemuan di Solo.

“Para pejabat banyak yang mengincar Putri Solo. Di sela atau seusai rapat mereka mengisi waktu menikmati dunia hiburan Solo. Kalau ditarik mundur, munculnya anggapan kota pelesiran esek-esek ya sejak zaman kerajaan,” papar dia.

Bubar! Penyelenggara Pasar Rakyat Diberi Deadline Selasa Untuk Bongkar Wahana di Alkid Solo

Adanya stigma Solo sebagai kota pelesiran malam pada zaman dulu juga diakui warga Baluwarti Solo yang juga eks jurnalis, KP Bambang Ary Pradotonagoro.

Menurut dia, pada 1970-an terdapat beberapa tempat yang menyediakan layanan seks komersial atau pelesiran esek-esek untuk berbagai kelas konsumen di Solo. “Solo masa itu dikenal kota pelesiran malam. Ada yang kelas bawah, menengah hingga kelas atas,” ujar dia, Jumat (10/7/2020).

Secara tempat, menurut Bambang, ada dua kategori penyedia layanan seks komersial, yaitu tertutup dan terbuka. Tempat-tempat yang dikategorikan terbuka seperti Alun-alun Kidul (Alkid) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Manahan, dan Sriwedari.

Suami Istri Asal Mojosongo Solo Positif Covid-19, Ada Riwayat Ke Surabaya

Tiga tempat itu menjadi primadona pelanggan yang secara ekonomi terbilang kelas bawah atau pas-pasan. Tempat yang juga masuk kategori kelas bawah yaitu Silir di Kelurahan Semanggi, Pasar Kliwon. Tempat ini berada di pinggir Sungai Bengawan Solo.

Silir Yang Fenomenal

Sedangkan tempat pelesiran esek-esek yang biasa didatangi pelanggan kelas menengah di Solo berada di kawasan sekitar Kestalan “Silir terbilang fenomenal, seperti Sunan Kuning Semarang, Sanggrahan Jogja, atau Dolly Surabaya. Tapi Silir ini termasuk kelas bawah,” urai dia.

Namun seiring ditutupnya Silir oleh Wali Kota Solo, Imam Sutopo, tempat itu berubah menjadi permukiman warga. Sebagian lagi dibangun Pemkot Solo menjadi Pasar Klithikan Notoharjo yang berisi para pedagang dari sekitar Monumen 45 Banjarsari.

Strategi Paslon Independen Bajo di Pilkada Solo: Sekasur Sedapur Sesumur, Apa Sih Artinya?

“Lokasinya persis di depan RSUD Bung Karno Semanggi sampai yang sekarang jadi Pasar Klitikan. Jadi ya cukup luas. Di situ dulu kondisinya sepi karena memang daerah pinggiran kota dan dekat dengan Sungai Bengawan Solo. Sekarang sudah ramai,” imbuh dia.

Untuk pelanggan kelas atas, menurut Bambang, lokasi pelesiran esek-esek itu ada di pinggir Jl Slamet Riyadi dan wilayah Mangkubumen, Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya