SOLOPOS.COM - Psikolog Politik UNS Solo, Abdul Hakim. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO—Psikolog Politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Moh Abdul Hakim, menilai sikap warga Kota Solo yang masih enggan ditinggalkan atau gondheli Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, sebagai hal yang wajar.

Menurut dia, sikap warga Solo tersebut dikarenakan masih eman-eman atau sayang dengan Gibran yang notabene baru dua tahun memimpin Solo.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Gibran ini kan baru dua tahun, sehingga masyarakat masih eman-eman. Masuk akal bila mereka setujunya bila Gibran di Jawa Tengah [Jateng] saja. Dengan di Jateng, Gibran masih punya kewajiban urusi Solo,” ujar dia, Selasa (28/2/2023) siang..

Abdul Hakim mengatakan dengan Gibran masih di Jateng, tentu warga Solo bisa menagih janji-janji dan komitmennya. Situasi yang dihadapi Gibran saat ini menurut dia berbeda dengan yang dihadapi Joko Widodo (Jokowi).

Saat Jokowi akan maju di Pilkada DKI Jakarta, menurut Abdul Hakim, pada 2012, ayahanda dari Gibran itu sudah menjabat Wali Kota Solo di periode kedua. Warga Solo merasa sudah saatnya Jokowi meniti karier.

“Kalau Pak Jokowi kan hampir menyelesaikan dua periode, sehingga masyarakat merasa memang Pak Jokowi tempatnya tidak di Solo lagi, dan masyarakat merasa sudah puas dengan yang diberikan Pak Jokowi,” urai dia.

Sebelumnya, mayoritas warga Kota Solo kurang rela, tidak rela, dan sangat tidak rela, bila Gibran Rakabuming Raka maju sebagai calon Gubernur DKI Jakarta.

Hal itu diketahui dari hasil Survei Persepsi Masyarakat (SPM) Karir Politik Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa di 2024, oleh Prodi Magister Administrasi Publik (MAP) Program Pascasarjana Unisri Solo kurun Februari 2023 kepada 560 responden.

Dari survei itu diketahui mayoritas warga Solo tidak rela bila Gibran maju Pilkada DKI Jakarta, dibandingkan bila maju Pilkada Jateng. Bila Gibran akan meniti karier lebih tinggi pada 2024, warga Solo lebih rela bila yang bersangkutan maju di Pilkada Jateng.

Tingkat kerelaan warga Solo bila Gibran maju Pilkada DKI Jakarta di angka 45,2%. Warga yang kurang rela Gibran ke Jakarta 38%, tidak rela 13,2%, dan sangat tidak rela 1,3%. Dan 2,5% responden tidak tahu dan tidak menjawab.

Sedangkan tingkat kerelaan warga Solo bila Gibran maju ke Pilkada Jateng mencapai 68%. Warga yang kurang rela Gibran maju Pilkada Jateng 28%, tidak rela 2,7%, dan sangat tidak rela 0,2%. Dan 1,3% tidak tahu/tidak jawab.

Banyaknya warga Solo yang tak rela Gibran ke Ibu Kota diduga karena menghadapi persaingan yang lebih keras bila dibandingkan di Jateng. “Warga Solo lebih merelakan Gibran maju Pilkada Jateng,” ungkap Suwardi, Ketua Prodi MAP Unisri, Senin (27/2/2023).

Di sisi lain ada lima nama atau sosok yang berpotensi menjadi Wali Kota Solo menggantikan Gibran Rakabuming Raka bila jadi maju sebagai calon Gubernur Jateng atau DKI Jakarta. Lima nama itu muncul berdasarkan hasil survei Unisri.

Survei dilakukan menggunakan instrumen data berupa kuesioner tertutup, serta wawancara langsung atau face to face. Dari survei tersebut terjaring lima nama yang berpotensi menggantikan Gibran dalam memimpin Solo.

Kelima sosok itu berturut-turut Teguh Prakosa, Kaesang Pangarep, Budi Prasetyo, Achmad Purnomo dan Ahyani. Teguh yang menjabat Wakil Wali Kota Solo mendapat dukungan di angka 17 %, disusul Kaesang di angka lima persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya