SOLOPOS.COM - Ilustrasi korban kekerasan seksual (freepik.com).

Solopos.com, SOLO — Penting bagi orang tua untuk mendidik anaknya agar bisa menjaga diri. Hal itu perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan atau pelecehan seksual terhadap anak.

Menurut Psikolog Rumah Sakit (RS) JIH Solo, Arida Nuralita S.Psi., M.A. Psikolog, kekerasan maupun pelecehan seksual tidak hanya dialami oleh anak perempuan, namun bisa juga anak laki-laki.

Bentuk kekerasan seksual pada anak yang sering terjadi, yakni adanya aktivitas yang berorientasi seksual yang itu dilakukan terhadap anak-anak. Hal itu bisa menyebabkan munculnya luka secara fisik maupun psikis.

Sedangkan pelecehan seksual, mungkin tidak sampai menimbulkan luka fisik. Namun lebih pada tindakan yang bernuansa seksual, misalnya pencabulan, bicara jorok, atau modus tertentu seperti memegang, memeluk, mencium dan sebagainya.

Belakangan juga muncul yang Namanya seksual grooming. Dimana hal tersebut menyasar anak-anak usia remaja. Menurut Arida, seksual grooming memiliki pola seperti mengelabuhi. “Pelakunya akan tampak baik di awal, Sehingga anak [korban] yang melihat akan terpesona dulu, sebab awalnya terlihat baik. Misalnya senang denger curhatan, seperti punya jiwa melindungi dan sebagainya,” kata dia dalam acara Health Talk.

Namun sebenarnya pelaku memiliki tujuan seksual tertentu terhadap target. Ketika pelaku sudah mendapat kepercayaan dari korban, baru akan memunculkan tuntutan seksual. Dengan begitu korban yang sudah merasa percaya dengan pelaku akan melakukannya tanpa sadar.

Pola terbaru, tindakan tersebut muncul dengan berbasis online. Kita tahu sekarang dunia tidak lepas dari internet. Anak-anak pun sudah tidak kesulitan mengakses internat. Namun hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah ketika anak yang ingin lebih diperhatikan, kemudian menggunakan media sosial secara kebablasan.

“Tanpa disadari mengakses situs yang tidak sesuai untuknya. Bertemu orang di media siasial atau aplikasi game online dan sebagainya,” lanjut dia.

Dalam hal ini orang tua perlu memberikan pengawasan karena kekerasan juga bisa dilakukan secara online. Misalnya dengan video call, kemudian tanpa sepengetahuan korban, tampilan gambarnya direkam lalu diunggah di internet dan sebagainya.

Dia pun memberikan beberapa tips untuk terhindar dari kekerasan atau pelecehan seksual tersebut.

Pertama harus meningkatkan literasi. Penting untuk anak remaja bisa membuat benteng untuk diri sendiri. Termasuk membatasi apa yang pantas di tonton atau yang tidak. Memiliki kepekaan untuk bisa menyeleksi orang yang dikenal di media sosial. Intinya ada batasan yang harus dijaga secara norma.

Untuk mencegahnya juga perlu tahu penyebabnya. Penyebab itu bisa datang dari sisi orang dewasa atau orang tua, maupun dari lingkungan. “Ketika ada anak bermasalah, kita juga perlu lihat orang tua bagaimana, keluarga bagaimana, kerentanan lingkungan seperti apa dan sebagainya,” jelas dia. Faktor abai dari orang tua atau masyarakat juga bisa menjad penyebab.

Faktor hukum juga diperlukan untuk mengatasi tindakan atau pelecehan seksual. Dimana hukum yang ditegakkan mestinya bisa memberikan efek jera pada pelaku. Di sisi lain, masih banyak ditemui bahwa orang yang mengalami kekerasan seksual akan malu melapor karena hal itu dianggap aib. Di sisi lain, ketika korban tidak mau melapor, pelaku akan merajarela karena merasa aman. “Belum lagi kalau sifatnya pelecehan seksual yang sulit dibuktikan secara visum,” lanjut dia.

Untuk itu menurutnya sangat penting mengajarkan pada anak untuk bisa menjaga dirinya sendiri. Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan kesehatan reproduksi sejak dini. Dimana anak juga dikenalkan bagian tubuh mana saja yang harus dilindungi secara pribadi dan tidak boleh disentuh siapapun.

Rekomendasi
Berita Lainnya