SOLOPOS.COM - Ki Gondho Wartoyo, dalang asal Boyolali, menggelar pertunjukkan wayang di tengah kebun wilayah Nogosari, Boyolali, belum lama ini. (Istimewa/Ki Gondho Wartoyo)

Solopos.com, BOYOLALI -- Seniman Boyolali, Ki Gondho Wartoyo, menggelar pertunjukan wayang unik di tengah sawah, Minggu (4/10/2020). Aksi itu sengaja ia gelar untuk menyindir dan mengkritik kebijakan pemerintah dalam penanganan wabah yang membelenggu kebebasan seniman berekspresi.

Pantauan Solopos.com, dalang dari Boyolali itu duduk bersila di area perkebunan kenikir sekitar rumahnya, Bulu, Desa Tegalgiri, Nogosari, Boyolali. Dia mengenakan busana warna hitam serta ikat kepala yang juga warna hitam.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Di hadapannya, batang pisang terpasang pada perancah kayu. Empat wayang tertancap pada batang pisang itu. Dua berupa gunungan yang tertancap di sisi kiri dan kanan.

Awas Hoaks: Covid-19 Bukan Konspirasi dan Bukan Penyakit Biasa

Sedangkan di antara gunungan itu ada wayang tokoh Semar dan Gatotkaca dari Kerajaan Pringgondani. Suara gender yang dimainkan seorang pria di sisi Ki Dalang sayup-sayup terdengar mengiringi pertunjukan wayang seniman Boyolali itu.

Aksi wayangan di tengah sawah atau kebun itu direkam kemudian diunggah di akun Youtube Dalange Wartoyo. Pertunjukan dengan latar belakang tanaman kenikir dan singkong itu berisi dialog antara Semar dan Gatotkaca.

Dalam pertunjukan itu, Semar lebih banyak berbicara, menyampaikan unek-unek mengenai kebijakan pemerintah dalam menangani wabah penyakit. Sebab Semar menilai pemerintahan Pringgondani belum bisa adil memperhatikan jeritan rakyatnya, terutama yang bekerja pada jalur seni budaya.

Protes Pengesahan Omnibus Law, Aktivis Mahasiswa Solo Dukung Mogok Kerja Nasional

Pupus Harapan

"Jangan gampang pupus habis harapan ndoroku Pringgondani, den! Hidup itu terus berjalan bersamaan dengan waktu yang bisa membawa hidupmu," begitu Semar membuka percakapan dalam bahasa Jawa pada pertunjukan wayang seniman Boyolali itu.

Semar lalu bertanya kepada Gatotkaca, yang seolah-olah hanya diam melihat situasi yang terjadi. Perbincangan Semar dan Gatotkaca juga digambarkan terjadi tengah sawah.

"Diamnya Anda itu apa tidak tahu dengan keadaan apa Anda sebenarnya tahu tapi anda hanya diam tanpa berpikir?" tanya Semar.

Kisah Mengharukan Remaja Sragen Bertemu Orang Tuanya Setelah 10 Tahun Hilang

Gatotkaca mencoba mengajak Semar untuk berdiskusi ke tempat lain, bukan di persawahan. Namun ajakan itu ditolak keras Semar. Dia beralasan kalau pun di tempat yang bersih atau bahkan di panggung, ketika nanti ada pejabat-pejabat Pringgondani yang datang, toh nanti akan membubarkannya.

"Sakit hati saya, sakit hati. Semar ini dosanya apa? Semar ini salahnya apa? Hanya untuk menyandarkan badan di Pringgondani saja susah, serba keliru, serba salah. Semar ini pekerjaannya hanya nyemar. Saya ini pekerjaannya hanya nyemar. Ketika nyemar di mana-mana dibubarkan, dibatalkan job-nya Semar Bodronoyo," lanjut Semar pada pertunjukan wayang seniman Boyolali yang tanpa penonton itu.

Semar sakit hati karena tidak bisa menjalankan pekerjaan yang sesuai bidangnya. Menurut Semar, pemerintah mestinya menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan dan keselamatan warganya.

Kasus Positif Virus Corona Solo Terus Bertambah, Satgas: Semua Nakes Sudah Lelah!

Tumpang Tindih

Tapi kebijakan pemerintah Pringgondani seakan-akan tidak adil dan tidak memiliki aturan yang jelas. Semar sebagai pelaku seni mengaku tidak mendapatkan solusi atas kebebasannya dalam berusaha dan mencari penghasilan dari pekerjaannya.

"Di Pringgondani, tempat wisata, pasar, mal, tempat karaoke, tempat prostitusi masih diberi izin. Sebenarnya Pringgondani itu kebijakannya bagaimana? Jangan tumpang tindih, jangan tebang pilih. Keadilan untuk rakyatmu yang ditunggu," tegas Semar.

Masih banyak lagi unek-unek yang Semar sampaikan kepada Gatotkaca pada pertunjukan wayang seniman Boyolali itu. Sampai akhirnya Semar pun menangis di depan Gatotkaca.

Tambah Lagi 11 Warga Klaten Yang Terpapar Virus Corona, Total Jadi 671 Orang

Ia sampaikan apa yang ia lakukan saat itu, yakni mengkritik pemerintahan Pringgondani karena dia sangat cinta kepada pemerintahan Pringgondani.

Sementara itu, sang dalang Wartoyo mengatakan pertunjukan wayang yang digelar di sawah saat itu juga sebagai sarananya untuk menyampaikan unek-uneknya kepada pemerintah pusat. Sepuluh hari lalu, ia mendapat pengalaman yang sangat menyakitkan.

Belum Ada Solusi Untuk Pekerja Seni

Pertunjukan wayang yang akan ia gelar di Semarang harus batal karena ketidakjelasan aturan dari pemerintah. "Pihak yang punya hajat sudah izin ke polsek, camat, koramil, hingga satgas. Sudah sepakat semua walau tidak tertulis. Tapi saat sudah persiapan bahkan saya juga sudah sampai lokasi tiba-tiba dibatalkan. Maksudnya apa? Apa harus begitu? Kenapa tidak saat proses izin saja dicegah? Sudah keluar banyak uang, tiba-tiba batal," katanya kepada Solopos.com, Senin (5/10/2020).

303 Ibu Hamil Klaten Ikuti Tes Swab, 2 Orang Terkonfirmasi Positif Covid-19



Ia menyesalkan sampai sekarang belum ada solusi untuk pekerja seni, termasuk untuk hajatan. "Kasihan teman-teman sudah tidak bisa makan. Tidak ada solusi. Setiap ada pertunjukkan dibubarkan. Apakah kita harus wayangan di tengah sawah tanpa dibayar, yang melihat sebangsa kupu-kupu, semut, jangkrik?" tuturnya.

Dia pun berharap ketidakjelasan aturan, ketidakberpihakan pemerintah kepada rakyatnya, hanya ada di negeri Pringgondani dalam kisah Semar tadi, bukan di negara ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya