SOLOPOS.COM - Warga Dukuh Kebak RT 001/RW 013, Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Purwanto (kiri), 40, saat menjelaskan proses daur ulang sampah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM), Rabu (28/9/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri ).

Solopos.com, SOLO — Terus menumpuknya sampah plastik yang butuh ratusan tahun untuk diurai menjadi ancaman serius bagi kelestarian lingkungan. Oleh karenanya, konversi sampah plastik menjadi komoditas yang bermanfaat seperti bahan bakar minyak (BBM) perlu dilakukan.

Keberhasilan Purwanto, 40, warga Dukuh Kebak RT 001/RW 013, Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, dalam mengolah sampah menjadi BBM perlu diapresiasi. Ia tidak hanya menciptakan solusi atas masalah sampah plastik yang mencemari lingkungan, tetapi juga turut meringankan beban masyarakat yang terdampak kenaikan harga BBM akhir-akhir ini.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Berawal dari keprihatinan melihat banyak sampah plastik di sungai sekitar desanya, Purwanto menciptakan inovasi. Ia mendaur ulang sampah plastik menjadi BBM dengan proses pembakaran. Purwanto mulai mendaur ulang sampah plastik menjadi BBM sejak Maret 2018 dengan bermodalkan tutorial dari YouTube. Ulasan lengkap mengenai konversi sampah plastik menjadi BBM oleh warga Sukoharjo ini bisa dibaca dalam artikel Konversi Plastik jadi BBM, Wong Sukoharjo Selesaikan 2 Masalah dengan 1 Solusi.

Berita menarik lain yang disajikan secara premium di kanal Espos Plus terkait perdebatan narasi penjajah Belanda selama 350 tahun. Belanda diperkirakan menjajah Indonesia hingga ratusan tahun, namun mengapa tak banyak masyarakat Indonesia yang fasih berbahasa Belanda? Menurut Presiden Soekarno, Indonesia berada dalam cengkeraman kolonialisme selama 350 tahun, namun pendapat itu kini dibantah karena penelitian menyebut rentang itu terlalu panjang.

Hasan Sadeli dalam telaahnya di Kantor Berita Antara, Kamis (4/8/2022), menyebut sejarawan Universitas Indonesia (UI) keturunan Belanda, G.J Resink, melalui bukunya Bukan 350 Tahun Dijajah menilai narasi 350 tahun dijajah tidak lebih dari propaganda.

Baca Juga: Malam Mencekam di Bumi Sukowati, Berondongan Tembakan Akhiri Hidup Orang PKI 

Karena kenyataannya Indonesia tidak dijajah selama itu. Resink menguatkan karyanya melalui pendekatan hukum yang ditunjang dengan dokumen-dokumen perjanjian. Ia sampai pada kesimpulan bahwa ketika hegemoni kolonial bertahta, ternyata masih terdapat banyak otoritas lokal yang berdaulat. Ulasan lengkap mengenai kontroversi ini bisa dibaca dalam artikel Dijajah Belanda, Tapi Tak Bisa Berbahasa Belanda.

Berita menarik lain yang bisa dibaca di kanal Espos Plus terkait penangkapan pimpinan Yayasan Ayah Seribu Anak asal Bogor terkait kasus jual beli bayi. Seorang pria bernama Suhendra, 32, asal Bogor pernah viral di media sosial. Suhendra sempat mendapat julukan sebagai “Ayah Sejuta Anak” karena menampung 55 bayi yang kelahirannya di dunia tidak diinginkan orang tuanya.

Belakangan terungkap bila aksi Suhendra tersebut hanya kedok untuk mengambil keuntungan pribadi. Kini, Suhendra harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan aparat penegak hukum setelah terlibat kasus jual beli bayi. Suhendra yang dulu dianggap sebagai pahlawan mendadak menjadi musuh bersama. Kedoknya sebagai serigala berbulu domba terbongkar. Ungkapan from hero to zero tepat untuk menggambarkan kisahnya.

Baca Juga: Reog Ponorogo Media Dakwah Islam dari Riyokun, Husnul Khatimah

Karier Suhendra sebagai sukarelawan penampung bayi terbuang pun tamat. Sebelum ditangkap aparat, Suhendra mengaku menampung puluhan bayi itu secara ikhlas. Ia mengklaim mengeluarkan kantong pribadi untuk membiayai perlengkapan bayi-bayi terbuang itu. Aksinya tersebut dilatarbelakangi keprihatinan akan meningkatnya kasus pembuangan bayi. Ulasan lengkap mengenai penangkapan bos yayasan ini bisa dibaca dalam artikel Akhir Petualangan Serigala Berbulu Domba, Ayah Sejuta Anak yang Menjual Anak.

Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan sudut pandang khas dan pembahasan mendalam dengan basis jurnalisme presisi. Membaca konten premium akan mendapatkan pemahaman komprehensif tentang suatu topik dengan dukungan data yang lengkap. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium di kanal Espos Plus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya