SOLOPOS.COM - Owner, Torega Atmaja Dewi, menunjukkan menu masakan baru saat jumpa pers grand opening rumah makan Gurameh Brongot di Jl. Honggowongso, Solo, Kamis (15/9/2016). Rumah makan Gurameh Brongot yang mulai dibuka Jumat (16/9/2016) menyajikan beragam menu olahan dari bahan gurameh, bebek, lele, dan kerang. (Ivanovich Aldino/JIBISolopos)

Solopos.com, SUKOHARJO — Tingkat konsumsi ikan di Sukoharjo masih tergolong rendah yakni 22,23 kilogram per kapita per tahun.

Angka tersebut masih jauh di bawah provinsi yakni 36,85 kilogram per kapita per tahun dan nasional yaitu 56,65 kilogram per kapita per tahun.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Dinas Pertanian dan Perikanan (DPP) Sukoharjo, Sri Widayati, mengatakan rendahnya angka konsumsi ikan dipengaruhi budaya sehari-hari dan infrastruktur distribusi ikan.

Masyarakat berpenghasilan rendah cenderung lebih fokus memenuhi kebutuhan karbohidrat sebagai sumber tenaga. “Jika pun membeli lauk cenderung daging ayam. Budaya keseharian ini harus diubah dengan mengonsumsi ikan segar sebagai lauk makan,” kata dia, saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela kegiatan penebaran benih ikan di Waduk Mulur, Kecamatan Bendosari, Senin (4/10/2021).

Baca Juga: Konsumsi Ikan di Jateng Rendah, Ini Penyebabnya…

Pemerintah gencar melakukan safari kegiatan gemar makan ikan di sekolah dan desa/kelurahan. Target sasaran kegiatan adalah generasi muda yang diajak mengonsumsi ikan secara rutin. Ikan mengandung asam lemak tak jenuh seperti omega, yodium zat besi hingga magnesium. Selan itu, kandungan omega 3 pada ikan jauh lebih tinggi dibanding sumber protein hewani lainnya.

Tingginya kandungan gizi pada ikan dinilai membantu menekan angka stunting pada anak.

“Upaya mengedukasi masyarakat untuk gemar makan ikan terus digencarkan lewat beragam kegiatan dan pertemuan. Kami juga menggandeng sekolah agar para siswa memahami pentingnya makan ikan untuk pertumbuhan dan gizi,” ujar dia.

Baca Juga: Hanya 14% Warga Kota Madiun yang Konsumsi Ikan

Sementara tingkat produksi ikan di Sukoharjo pada 2020 mencapai 13.874 ton. Perinciannya, produksi ikan di kolam mencapai 13.486 ton dan ikan tangkap sebanyak 288 ton.

Selain kolam, pengembangan budidaya ikan dilakukan di beberapa embung yang tersebar di Kabupaten Jamu. Misalnya, Embung Juron di Kecamatan Nguter, Gentan di Kecamatan Bulu dan Menuran di Kecamatan Baki.

Wanita yang akrab disapa Widayati itu menambahkan potensi perikanan di Sukoharjo tak kalah dengan daerah lain di Soloraya. “Sukoharjo memiliki waduk dan beberapa embung yang bisa doptimalkan sebagai pusat pengembangan budidaya ikan air tawar,” ujar dia.

Baca Juga: Pasar Carikan Sukoharjo Beroperasi 24 Jam, Malam Jadi Pusat Kuliner

Kepala DPP Sukoharjo, Bagas Windaryatno, mengatakan pemerintah menggandeng kelompok tani ikan untuk menebar 26.000 ekor benih ikan nila dan gurami di Waduk Mulur.

Sebelumnya, kegiatan serupa juga dilakukan di beberapa embung di Sukoharjo. Sehingga populasi ikan air tawar meningkat.

Selain itu, penebaran benih ikan bertujuan menjaga ekosistem Waduk Mulur sebagai sumber air strategis di Sukoharjo.

Baca Juga: Konsumsi Ikan Warga Kota Madiun di Bawah Standar Ideal

“Budidaya ikan keramba jaring apung di Waduk Mulur berjalan sejak puluhan tahun lalu. Perlu dioptimalkan agar ikan hasil panen bisa diolah menjadi makanan seperti abon dan keripik kulit ikan,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya