SOLOPOS.COM - Politikus Edy Mulyadi mengkritik perpindahan Ibu Kota baru. (Instagram/@fakta.indo)

Solopos.com, JAKARTA — Pernyataan wartawan senior sekaligus seorang Youtuber, Edy Mulyadi soal Kalimantan sebagai tempat jin membuang anak, di videonya, Minggu (23/1/2022), berbuntut panjang.

Wartawan yang tenar saat melakukan reportase kasus tewasnya enam anggota FPI di KM 50 Tol Jakarta-Cikampek beberapa bulan lalu itu dilaporkan ke Polda Kalimantan Timur atas tuduhan berbuat rasisme.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Edy Mulyadi langsung mengunggah permintaan maaf di kanal Youtube-nya, Bang Edy Channel, Senin (24/1/2022).

Edy yang didampingi sejumlah warga Kalimantan menyatakan dirinya tidak bermaksud menghina masyarakat Borneo atas ucapannya soal “tempat jin membuang anak” tersebut.

“Saya meminta maaf bahwa saya dianggap menyalahi, ternyata ucapan saya itu membuat kesalahpahaman. Tapi saya ingin menjelaskan bahwa maksud perkataan tempat jin membuang anak itu untuk menggambarkan betapa jauh jaraknya,” katanya seperti dikutip Solopos.com.

Baca Juga: Dilaporkan ke Polisi, Edy Mulyadi Minta Maaf Terkait Jin Buang Anak

Ia menyatakan ucapan seperti itu menjadi ungkapan yang biasa terjadi di Jakarta. Karenanya, saat mengucapkan kata itu tidak ada niat dalam dirinya untuk menghina suku lain.

“Buat contoh, Monas pun disebut sebagai tempat jin buang anak. Serpong, Bintaro dan BSO itu tahun 1980-1990-an disebut tempat jin membuang anak. Jadi saya tidak ada pretensi ingin menghina, ndak ada. Tapi tetap saya meminta maaf,” ujarnya.

Sulaiman Halim yang disebut tokoh pemuda Kalimantan dan mendampingi Edy Mulyadi meminta rekan-rekannya di Bumi Borneo untuk menyudahi polemik tersebut.

“Pernyataan beliau tidak sejahat yang kita bayangkan. Beliau tidak bermaksud untuk menghina saat mengucapkan itu. Kepada Bang Edy tetap suarakan yang benar itu benar, yang salah itu salah. Saya orang Kalimantan, tidak merasa tersinggung dengan ucapan itu,” ucapnya.

Baca Juga: Pemeriksaan Wartawan Edy Mulyadi oleh Bareskrim Polri Dihentikan

Dosen FISIP Universitas Islam Kalimantan, Dr. Muhammad Uhaib As’Ad yang juga tampil di Youtube Edy Mulyadi mengatakan ucapan Edy termasuk biasa untuk menggambarkan lokasi yang jauh.

Justru menurut dia, subtansi yang ingin disampaikan Edy soal pemindahan ibu kota negara yang dinilai minim persiapan jadi kabur akibat ramainya kasus jin buang anak tersebut.

“Sekarang isu politik jadi hangat dan trending. Apapun ucapan diintepretasikan dengan berbagai cara. Ini fenomena kelucuan politik, tinggal di-framing dari pihak mana. Justru soal pemindahan ibu kota yang timing-nya tidak pas, duitnya, malah kabur. Ini kepentingan oligarkhi, kebijakan yang dipaksakan, rakyat susah akibat Covid-19, masih banyak yang susah sekolah, kemiskinan di mana-mana, itu lebih urgen daripada memaksakan pemindahan ibu kota,” katanya.

Baca Juga: 6 Laskar FPI Tewas di Ujung Pelor Polisi, Wartawan Edy Mulyadi Dipanggil Polisi

Seperti diketahui, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) memproses laporan terkait dengan pencemaran nama baik yang terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur, oleh wartawan senior yang juga seorang Youtuber Edy Mulyadi.

Dalam salah satu tayangan di videonya, Edy Mulyadi memprotes pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan dengan menyebut wilayah baru tersebut sebagai tempat membuang jin.

Salah satu kutipan Edy Mulyadi yang diduga menghina Kaltim di konferensi persnya berbunyi, “Ini ada sebuah tempat elite, punya sendiri yang harganya mahal, punya gedung sendiri, lalu dijual, pindah ke tempat jin buang anak (IKN baru).”

“Pelaporan terhadap Saudara EM terkait dengan pencemaran nama baik yang terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam hal ini pihak Polda Kaltim telah menerima laporan masyarakat,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Ahmad Ramadhan dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (24/1/2022).

Menurut Ramadhan, laporan polisi LP/B/21/2022/SPKT/Polda Kaltim tanggal 24 Januari 2022 dengan pelapor berinisial STR berasal dari Persatuan Pemuda Dayak.

“Pelapor dan teman-teman terdiri atas pemuda lintas agama yang berasal dari GP Ansor, GMKI, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, dan Pemuda Hindu di Provinsi Kalimantan Timur,” kata Ramadhan seperti dikutip Solopos.com dari Antara.

Ucapan Edy memang langsung membuat heboh. Aksi pernyataan protes bermunculan di sejumlah tempat di Kalimantan.

Warga Kalimantan menuntut Edy Mulyadi meminta maaf, menjalani sidang adat dan diproses sesuai hukum yang berlaku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya