SOLOPOS.COM - Ancillasura Marina Sudjiwo, kakak Mangkunagoro X. Foto diambil Selasa (29/3/2022) saat hari ulang tahun Bhre dan Sura. (Solopos/Afifa Enggar Wulandari)

Solopos.com, SOLO — Festival Payung Indonesia (Fespin) 2022 bakal digelar di Pura Mangkunegaran Solo selama tiga hari pada Jumat-Minggu (2-4/9/2022). Untuk kali pertama, sebanyak 20 payung bercorak khas Mangkunegaran ditampilkan dalam event tersebut.

Event Fespin kali terkahir digelar di Pura Mangkunegaran pada 2017. Lima tahun berselang, Pura Mangkunegaran kembali terpilih sebagai lokasi penyelenggaraan Fespin. Menariknya, puluhan payung corak Mangkunegaran bakal dipajang di sejumlah lokasi dalam Fespin 2022.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Payung-payung corak Mangkunegaran belum pernah ditampilkan dalam event sebelumnya. Kakak dari KGPAA Mangkunagoro X, GRA Ancillasura Marina Sudjiwo, mengungkapkan telah melakukan riset atau penelitian dari pustaka Mangkunegaran mengenai payung tersebut.

“Jadi tidak sembarangan, payung-payung ini dipajang untuk menggambarkan perjalanan sejarah Mangkunegaran,” ujar perempuan yang akrab disapa Gusti Sura saat ditemui Solopos.com di Mondropuro kompleks Pura Mangkunegaran, Kamis (1/9/2022).

Sura menyampaikan payung-payung bercorak Mangkunegaran Solo yang akan ditampilkan di Festival Payung (Fespin) 2022 nanti bamerupakan payung yang kerap digunakan para raja atau penguasa Mangkunegaran.

Baca Juga: Digelar di Pura Mangkunegaran Solo, Ini Persiapan Festival Payung Indonesia

Hal ini sesuai tema yang diangkat dalam Fespin 2022 yakni Kingdom and Umbrella. Payung menjadi simbol pelindung dan pendamping manusia sejak dilahirkan di bumi hingga saat dipanggil Sang Khalik.

Saat bayi lahir, ari-ari atau plasenta dikubur di tanah. Payung kecil bakal ditancapkan di tanah untuk melindungi ari-ari. Begitu pula saat meninggal dan dimakamkan di pemakaman. Ada payung yang melindungi gundukan tanah makam.

Simbol Pelindung

Payung juga simbol pelindung bagi para raja yang memimpin kerajaan nusantara di Tanah Air. Saat siang hari, para raja membawa payung untuk melindungi dari sengatan sinar matahari.

Baca Juga: Sip, Festival Payung Indonesia Masuk Top 10 KEN Kemenparekraf Lur

Sedangkan saat musim penghujan, payung digunakan untuk melindungi dari derasnya  air hujan. “Payung itu memiliki filosofi yang menarik. Payung dan manusia beriringan bersama. Termasuk payung corak Mangkunegaran yang juga dipakai para Adipati Mangkunagoro,” ujarnya.

Sementara itu, Tim Ahli KGPAA Mangkunagoro X, R Christopher S Lebe, menyatakan beragam event seni dan budaya yang digelar di Pura Mangkunegaran Solo seperti Festival Payung merupakan bagian dari penggalian, pelestarian, dan pengembangan seni dan budaya.

Ketiga hal itu menjadi landasan revitalisasi Pura Mangkunegaran. Event Fespin 2022 juga bagian dari upaya penggalian dan pelestarian seni dan budaya, serta sejarah Mangkunegaran. Sehingga, masyarakat memahami perjalanan sejarah serta potensi budaya Mangkunegaran.

Baca Juga: Festival Payung di Balekambang Solo, Cantik Sekaligus Sarat Makna

“Kami terus berupaya melakukan penggalian, pelestarian, dan pengembangan. Termasuk Festival Payung Indonesia yang digelar di Pura Mangkunegaran, ini potensi sejarah, seni dan budaya serta wisata,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya