SOLOPOS.COM - Pengunjung memadati kawasan Bukit Sidoguro, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Minggu (1/11/2020). Bukit SIdoguro dibuka lagi setelah tutup selama hampir delapan bulan. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Objek wisata Bukit Sidoguro, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat dibuka lagi untuk pengunjung setelah tutup selama hampir delapan bulan karena pandemi Covid-19.

Pembukaan kembali Bukit Sidoguro untuk umum itu dilakukan pada Minggu (1/11/2020). Jam operasional salah satu objek wisata yang dikelola pemkab itu dimulai pukul 06.00 WIB hingga 15.00 WIB. Waktu buka tersebut lebih singkat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 dari pukul 06.00 WIB hingga 16.00 WIB.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kasi Pengelolaan dan Pengembangan Daya Tarik Sarana Wisata Disparbudpora Klaten, Ahmad Susanto, memastikan pembukaan Bukit Sidoguro untuk wisatawan tak dilakukan saban hari. “Bukit Sidoguro sementara ini buka tipis-tipis pada Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional. Selain hari-hari tersebut libur [tutup],” kata Ahmad saat ditemui wartawan di Bukit Sidoguro, Minggu.

KSPN Berharap Penentuan UMK Boyolali Ikuti Langkah Gubernur

Ahmad memastikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 diterapkan di Bukit Sidoguro. Selain mewajibkan semua pengunjung dan pengelola melaksanakan 3M (mengenakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan menggunakan sabun), ada screening kesehatan dengan mengisi lembar self assessment atau penilaian mandiri. Pengisian itu juga bisa dilakukan secara online menggunakan aplikasi google form.

Ahmad juga memaparkan ada petugas yang disebar ke sejumlah lokasi untuk memngingatkan pengunjung tak berkerumun. Protokol lain yang diterapkan yakni ada pembatasan jumlah pengunjung setiap harinya.

“Maksimal dalam satu hari 1.000 pengunjung. Kalau belum sampai jam tutup sudah mencapai 1.000 pengunjung, kami tidak lagi menerima kunjungan dalam hari itu,” jelas Ahmad.

Harga Tiket

Terkait harga tiket masuk, Ahmad menuturkan harga tiket yang diterapkan yakni Rp15.000 untuk dewasa serta Rp5.000 untuk edukasi (pelajar). Harga tiket itu naik dibandingkan sebelum pandemi yakni Rp5.000.

Penerapan harga tiket itu berdasarkan Perda No 2/2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten tentang Retribusi Jasa Usaha. Pada perda itu, tarif retribusi masuk objek wisata dibagi dalam tiga kelas yakni kelas I Rp15.000, kelas II Rp7.500, dan kelas III Rp5.000. “Kami terapkan tarif pada batas atas itu menyesuaikan keadaan,” kata dia.

Ahmad juga menjelaskan penerapan tarif tertinggi pada tiket masuk Bukit Sidoguro juga dimaksudkan untuk menyaring wisatawan yang memiliki minat tinggi berkunjung ke Sidoguro. Selain itu, kapasitas bukit yang berdekatan dengan Rawa Jombor tersebut terbatas.

“Kami pernah coba untuk dimaksimalkan jumlah pengunjung dan dalam sehari itu bisa mencapai 3.000 orang. Tetapi kondisinya itu justru jalan macet, kemudian spot selfie juga tidak nyaman untuk pengunjung. Oleh karena itu, salah satu tujuan kami adalah wisata yang berkelanjutan. Bukit ini harus dijaga kelestariannya dan biar bisa dinikmati lebih lama lagi,” urai dia.

Klaster Keluarga Dominasi Kasus Positif Covid-19 di Sukoharjo

Disinggung pengunjung Bukit Sidoguro pada hari pertama, Ahmad mengatakan hingga pukul 10.00 WIB ada sekitar 200 pengunjung. “Pengunjung sudah teredukasi menerapkan protokol kesehatan. Soal tarif tiket masuk Rp15.000, sejauh ini juga belum ada komplain,” jelas dia.

Lebih lanjut, Ahmad mengatakan meski tak buka saban hari, ada target pendapatan asli daerah (PAD) yang bisa diperoleh selama dua bulan mendatang. Pendapatan yang diperoleh dari tiket masuk Bukit Sidoguro ditargetkan bisa mencapai Rp400 juta.

Salah satu pengunjung, Heri, 42, mengatakan Bukit Sidoguro menawarkan panorama alam Rawa Jombor, persawahan, hingga deretan perbukitan selainspot selfie. Dia menilai tarif masuk ke Bukit Sidoguro senilai Rp15.000/orang masih bisa terjangkau dan sepadan dengan pemandangan yang ditawarkan. “Saya baru kali pertama ini datang. Kalau dulu bukit ini merupakan perbukitan kering. Sekarang sudah diubah menjadi objek wisata menurut saya sudah bagus,” kata warga Gunungkidul itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya