SOLOPOS.COM - Ilustrasi berniat puasa. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Manusia tak luput dari lupa dan dosa, termasuk lupa membaca niat puasa Ramadan di malam hari, lalu bagaimana hukumnya dalam Islam?

Puasa Ramadan merupakan kewajiban setiap muslim yang telah mencukupi syarat dan rukun. Sahnya puasa Ramadan tidak terlepas dari adanya niat malam hari dari tenggelamnya matahari sampai sebelum terbitnya fajar. Hal ini sesuai dengan hadis berikut ini.

Promosi Simak! 5 Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran Tahun Ini

“Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari maka tak ada puasa baginya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah; lihat Hasan Sulaiman Nuri dan Alwi Abas al-Maliki).

Namun adakalanya, umat muslim lupa membaca niat puasa Ramadan di malam harinya. Padahal mereka akan melakukan puasa di keesokan harinya. Lalu, bagaimana hukumnya jika lupa membaca niat puasa Ramadan di malam hari?

Nahdlatul Ulama dalam laman resminya, NU online, bagi umat Islam yang bermazhab Syafi’i, umat muslim yang lupa baca niat puasa Ramadan di malam hari disunahkan untuk berniat di pagi harinya.

“Disunahkan (bagi yang lupa niat di malam hari) berniat puasa Ramadan di pagi harinya. Karena yang demikian itu mencukupi menurut Imam Abu Hanifah, maka diambil langkah kehati-hatian dengan berniat.” (Yahya bin Syaraf An-Nawawi dalam kitab Al-Majmuu’ Syarhul Muhadzdzab).

Meski hukumnya diperbolehkan membaca niat puasa Ramadan di pagi hari, perlu diketahui bahwa niat yang umat muslim lakukan pada pagi hari itu juga mesti dipahami dan diniati sebagai sikap taqlid atau mengikuti dengan apa yang diajarkan oleh Imam Abu Hanifah.

Niatan taqlid seperti ini perlu. Hal ini  umat muslim Indonesia adalah pengikut mazhab Syafi’i yang dalam aturannya mengharuskan niat di malam hari, tidak boleh niat di pagi hari (seteleh terbit fajar).

“Dalam kitab Al-Majmuu disebutkan, disunahkan bagi orang yang lupa berniat puasa di bulan Ramadan untuk berniat pada pagi hari karena bagi Imam Abu Hanifah hal itu sudah mencukupi, maka diambil langkah kehati-hatian dengan niat. Niat yang demikian itu mengikuti (taqlid) Imam Abu Hanifah. Bila tidak diniati taqlid maka ia telah mencampurkan satu ibadah yang rusak dalam keyakinannya dan hal itu haram hukumnya,” demikian penjelasan Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab Al-Fataawaa Al-Fiqhiyyah Al-Kubraa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya