SOLOPOS.COM - Kepala Desa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Gunawan Budi Utomo, menunjukkan pengelolaan sampah organik di Posyantekdes Wicaksana, Senin (10/1/2022). (Solopos.com/ Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATENDesa Kranggan, Kecamatan Polanharjo, Klaten, menggulirkan sejumlah program untuk mengatasi persoalan sampah di desa setempat. Sampah organik dikelola untuk ketahanan pangan, sementara sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomi dikelola melalui bank sampah online.

Pengelolaan sampah organik di Kranggan saat ini dilakukan melalui Pos Pelayanan Teknologi Tepat Guna Desa (Posyantekdes) Wicaksana. Di tempat itu, sampah organik dari limbah rumah tangga di salah satu RW diangkut dan dijadikan untuk pengembangan maggot, larva dari lalat tentara hitam atau black soldier fly (BSF). Maggot yang diproduksi digunakan untuk pakan ayam petelur dan lele.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Kepala Desa Kranggan, Gunawan Budi Utomo, menjelaskan Posyantekdes mulai dioperasikan sejak Januari 2021 dan dibangun menggunakan gelontoran dana desa pada lahan kas desa yang sebelumnya lahan tidur. Posyantekdes bakal menjadi pusat penelitian dan pengembangan teknologi pedesaan di Kranggan.

Baca Juga: Melejit, Vaksinasi Anak 6-11 Tahun di Klaten Capai 87 Persen

Pengelolaan sampah organik yang saat ini dilakukan di Posyantekdes menjadi percontohan bagi warga Kranggan. Rencananya, pengelolaan sampah organik bakal dilakukan di masing-masing rumah tangga.

“Posyantekdes menjadi tempat untuk pelatihan warga,” kata Gunawan saat ditemui di Kantor Desa Kranggan, Senin (10/1/2022).

Perwakilan warga dari masing-masing RT bakal dilatih tentang budidaya maggot memanfaatkan limbah organik dari masing-masing rumah tangga. Maggot yang diproduksi dijadikan pakan ternak terutama ayam petelur.

Baca Juga: Klaten Targetkan 4 Kali Panen Padi Setahun lewat Program IP 400

Setelah warga menerima pelatihan, pemerintah desa bakal menggulirkan bantuan stimulan berupa ayam petelur yang bisa diternakkan warga dengan memanfaatkan maggot yang dibudidayakan di masing-masing rumah tangga.

Telur yang diproduksi dari ayam-ayam itu kemudian disetorkan ke badan usaha milik desa (BUM desa) sebagai tabungan warga yang hasil penjualannya bisa digunakan untuk membayar pajak listrik, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.

“Pada 2022 ini kami akan jalankan program itu. Dari 14 RT, nanti setiap RT ada dua keluarga yang menjadi sasaran pelatihan [maggot] dan penerima bantuan ayam petelur. Sehingga total sasaran ada 28 keluarga,” kata Gunawan.

Baca Juga: Inovatif, Kecamatan Girimarto Juara Wonogiri Inovation Award 2021

Selain menjadi model mengelola sampah organik rumah tangga, program tersebut menjadi salah satu cara untuk menggulirkan program ketahanan pangan.

 

Bank Sampah

Sementara itu, pengelolaan sampah anorganik bakal dilakukan melalui bank sampah. Pemerintah desa setempat sudah membentuk bank sampah melalui pendampingan dari PT Tirta Investama dan LSM SHIND Jogja. Bank sampah itu diluncurkan pada Desember 2021. Saat ini, sudah ada sekitar 25 nasabah bank sampah tersebut.

Rencananya, bank sampah bakal dijalankan secara online. Saat ini, pemerintah desa didampingi LSM SHIND menyiapkan aplikasi terkait pengelolaan bank sampah secara online. “Dari aplikasi itu nanti bisa diketahui transaksinya berapa dan tabungannya berapa. Selain itu, bank sampah akan kerja sama dengan toko atau outlet. Ketika berbelanja tinggal menggesek saja dari uang tabungan di bank sampah,” jelas dia.

Baca Juga: Tingkat Pengangguran Terbuka Wonogiri 2021 Terendah se-Jateng

Gunawan menuturkan program-program tersebut digulirkan untuk mengatasi persoalan sampah yang sebelumnya dibuang sembarangan. “Harapan kami persoalan sampah bisa selesai di tingkat rumah tangga dan masyarakat memiliki nilai tambah dari pengelolaan sampah,” kata dia.

Salah satu pengelola Posyantekdes Wicaksana, Mardi Utomo, 30, mengatakan selama sampah organik yang dikelola di Posyantekdes sebanyak 50 kg. Sampah itu dikumpulkan dari limbah rumah tangga di satu RW.

“Sampah dikelola untuk pakan maggot dan hasil maggot itu dijadikan untuk pakan ternak. selama ini warga sudah mulai memilah sampah antara organik dan anorganik,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya