SOLOPOS.COM - Sejumlah pejabat di Klaten melakukan panen perdana padi varietas Rojolele Srinuk di Desa Demakijo, Kecamatan Karangnongko, Selasa (23/11/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Padi varietas Rojolele Srinuk yang ditanam pada lahan seluas 6,5 hektare (ha) di Desa Demakijo, Kecamatan Karangnongko, Klaten, memasuki masa panen. Hasil panen varietas padi itu dinilai memuaskan dengan produkitivitas padi per ha mencapai 10,4 ton.

Panen perdana padi Rojolele Srinuk di Demakijo digelar, Selasa (23/11/2021). Tradisi wiwitan mengawali proses panen tersebut.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sebagai informasi, Rojolele Srinuk merupakan varietas padi lokal asli Klaten hasil pengembangan Pemkab Klaten bekerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) mulai 2013. Kerja sama tersebut bertujuan melakukan riset mempersingkat usia panen serta ketinggian tanaman rojolele yang menjadi penyebab petani Klaten enggan menanam padi penghasil beras kelas premium itu.

Baca Juga: UMK Boyolali Diusulkan Naik Sekitar Rp10.000

Riset dilakukan dengan melakukan rekayasa genetika melalui teknologi nuklir. Setelah dilakukan serangkaian pengujian, dua calon varietas lolos sidang pelepasan dari Kementerian Pertanian dan diberi nama Rojolele Srinuk dan Srinar pada 2019. Dua varietas itu menjadi varietas unggulan asli Klaten.

Keunggulan kedua varietas itu dibandingkan dengan rojolele indukan yakni umur lebih pendek kurang dari 120 hari. Sementara, rata-rata usia tanam hingga panen rojolele indukan bisa mencapai 155 hari.

Selain itu, tinggi tanaman kedua varietas itu lebih pendek dengan sekitar 105 sentimeter. Sementara, tinggi tanaman rojolele indukan sekitar 146 sentimeter hingga 155 sentimeter. Namun, ciri khas rojolele masih ada pada Rojolele Srinuk dan Srinar yakni pulen dan wangi.

Baca Juga: Regenerasi Petani, Pemdes Demakijo Bentuk Kelompok Petani Milenial

Kepala Desa Demakijo, Ery Karyatno, mengatakan padi Rojolele Srinuk ditanam pada 6 ha lahan kas desa serta 0,5 ha lahan milik petani. “Untuk kali pertama memang belum banyak melibatkan lahan milik petani. Tujuan kami membuat demplot di 6,5 ha tersebut agar petani bisa melihat secara langsung hasilnya,” kata Ery saat ditemui wartawan seusai panen perdana.

Setelah melihat penanaman dan hasil panen, banyak petani Demakijo tertarik untuk tanam varietas padi tersebut. “Kami tidak mengajak. Tetapi kami menyosialisasikan dengan fakta yang ada. Petani mulai tertarik untuk menanam Rojolele Srinuk,” jelas dia.

Produkvitas Rojolele Srinuk yang ditanam di Demakijo per ha sebesar 10,4 ton gabah kering panen. Alhasil, potensi panen pada lahan seluas 6,5 ha sebanyak 67,6 ton. Produktivitas itu disebut-sebut menjadi produktivitas tertinggi pada lahan yang ditanami Rojolele Srinuk di Klaten.

Baca Juga: Gugatan Tol Solo-Jogja, PN Klaten Gelar 2 Kali Sidang Sepekan

Ery menjelaskan selain produktivitas tinggi, alasan tertarik menanam varietas Rojolele Srinuk lantaran pasarnya jelas terutama para ASN di Klaten. “Kemudian ada kemitraan kerja sama antara kelompok tani, penggilingan padi, Perusda,” ungkap dia.

Ery menuturkan harga gabah kering panen untuk Rojolele Srinuk dibeli Rp5.000 per kg dengan harga gabah kering giling Rp6.000 per kg. Jika dihitung pendapatan yang diterima petani per patok sawah, Ery menjelaskan hasil jual panen varietas Rojolele Srinuk bisa dua kali lipat jika dibandingkan hasil jual varietas lainnya.

“Pada MT [masa tanam] 1 seperti saat ini petani sangat mengeluh berkaitan dengan banyak curah hujan. rata-rata varietas lain itu harganya Rp2 juta hingga Rp3 juta per patok [2.200-2.300 meter persegi]. Pada MT 2 hasilnya bisa Rp3 juta sampai Rp4 juta per patok sementara MT 3 hasilnya rata-rata Rp5 juta-Rp6 juta per patok. Sementara, kalau dengan Rojolele Srinuk ini hasilnya pada MT 1 bisa sampai Rp5 juta-Rp6 juta, MT 2 Rp8 juta, dan MT 3 bisa di atas Rp10 juta,” ungkap dia.

Baca Juga: Tidak Semua Warga Klaten Terdampak Tol Solo-Jogja Merasa Gembira

Ery mengatakan dengan peluang pendapatan yang diperoleh bisa lebih besar, dia yakin lahan ditanami Rojolele Srinuk terutama di Demakijo semakin luas. Di Demakijo, total luas lahan pertanian sebesar 78 ha.

 

Pemasaran Srinuk

Bupati Klaten, Sri Mulyani, menjelaskan Demakijo menjadi salah satu wilayah yang mulai menanam Rojolele Srinuk. Dia berharap penanaman Rojolele Srinuk bisa dikembangkan di seluruh wilayah Klaten.

“Saat ini, produk pertanian yang sedang dipromosikan yakni Rojolele Srinuk sebagai produk unggulan hasil pertanian Klaten,” kata Mulyani.

Baca Juga: OKB karena Tol Solo-Jogja Diminta Tak Konsumtif agar Tidak “Jamila”

Mulyani mengatakan salah satu untuk mendukung pemasaran beras Rojolele Srinuk dan Srinar melalui Instruksi Bupati Klaten No. 1/2021 agar ASN ikut memasyarakat Rojolele Srinuk dan Srinar milik petani. ASN diminta membeli beras tersebut yang penyalurannya melalui salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Klaten yakni PT Aneka Usaha Klaten.

“ASN ada tunjangan beras kami harapkan bisa dibelikan beras Rojolele Srinuk. Tujuannya memasyarakatkan Srinuk serta mengembangkan Perusda [PT Aneka Usaha Klaten]. Hasil pengembangan Perusda itu untungnya menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang kemudian bisa dimanfaatkan salah satunya untuk perbaikan infrastruktur di Klaten,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya