SOLOPOS.COM - Seorang warga memasukkan beras ke gondolo untuk diseberangkan ke Dukuh Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Rabu (10/11/2020). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Dukuh Girpasang, Desa Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang, Klaten merupakan perkampungan terpencil di lereng Gunung Merapi. Kampung itu berada di punggung bukit dan terpisahkan sepasang jurang dengan perkampungan lainnya di Tegalmulyo.

Akses utama menuju Girpasang melalui anak tangga yang meliuk-liuk di tepian jurang. Untuk memudahkan aktivitas warga mengangkut barang, gondola dibangun sekitar 2017 lalu melintasi jurang berkedalaman 150 meter pada seling baja sepanjang 137 meter. Gondola itu terhubung dari Dukuh Ngringin.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Girpasang berada di sisi timur Gunung Merapi. Ditarik garis lurus, Girpasang berjarak 4-5 km dari puncak gunung tersebut. Meski berjarak sekitar 5 km dari puncak Merapi, warga di kampung itu belum mendapatkan rekomendasi untuk mengungsi seiring kenaikan status Merapi ke level siaga.

Pulang dari Jogja dan Solo, 2 Warga Kota Madiun Terpapar Covid-19

Mboten angsal rekomendasi mengungsi, dadose masuk daerah aman [tidak mendapatkan rekomendasi untuk mengungsi, masuk daerah aman],” kata salah satu warga Girpasang, Giyanto, saat dihubungi Solopos.com, Kamis (12/11/2020).

Selain tak berada pada kawasan yang tepat mengarah pada bukaan kawah Merapi, Girpasang terlindungi deretan bukit yang dikenal dengan nama Gunung Bibi. Bukit itu pula yang melindungi Girpasang dari terjangan awan panas saat erupsi Merapi 2010 yang disebut-sebut sebagai erupsi yang terbesar selama 100 tahun terakhir.

“Gunung Bibi itu di atas Girpasang [diantara Gunung Merapi dengan Dukuh Girpasang] agak ke samping dan sisi baratnya ada Merapi. Di depannya ada jurang yang dalam,” kata Giyanto.

Saat erupsi Merapi 2010 lalu, warga Girpasang mengungsi di Desa Dompol, Kecamatan Kemalang dan pindah ke Pemkab Klaten sebelum balik lagi ke kampung mereka. “Girpasang mengungsinya saat itu paling terakhir [di wilayah Tegalmulyo],” kata Giyanto.

Giyanto mengatakan Dukuh Girpasang kini dihuni 12 keluarga terdiri dari 34 jiwa. Diantara mereka, ada tujuh lansia serta enam anak-anak. Mereka pun kini masih beraktivitas seperti biasa seperti berkebun dan beternak sapi.

Meski beraktivitas normal, warga tetap meningkatkan kewaspadaan mereka. Saban malam, warga ronda memantau perkembangan aktivitas Merapi. Warga juga rutin memperhatikan arah angin. Ketika angin mengarah ke kampung atau ke timur Merapi, warga meningkatkan kewaspadaan mereka, antisipasi jika sewaktu-waktu ada erupsi yang dampaknya berpotensi mengarah ke wilayah Tegalmulyo termasuk Girpasang. “Kalau arah angin ke barat, kami menanggapi dengan tenang,” kata Giyanto.

Amankan Barang Berharga

Surat-surat berharga juga sudah mereka simpan dalam satu tas agar tak menyulitkan ketika harus melakukan evakuasi. Warga juga secara rutin berkomunikasi dengan pemerintah desa serta BPPTKG. “Mangke suatu saat nak misale ken turun nggih turun nak mboten nggih mboten [nanti kalau misalnya diminta turun untuk evakuasi ya kami evakuasi. Kalau tidak ya kami tidak],” jelas Giyanto.

Soal akses warga ketika harus melakukan evakuasi, Giyanto mengatakan tetap melewati akses utama berupa jalan setapak di tepian bukit menuju ke perkampungan di sebelahnya. Gondola tak bisa menjadi akses utama lantaran fungsi alat itu untuk mengangkut barang.

Ingkang piyayi sepuh niku nggih mboten wantun lewat seling. Dadine tetep turun jurang [orang tua tidak berani menumpang gondola. Jadinya tetap harus turun jurang],” jelas dia.

Salah satu pelajar asal Girpasang, Siti, 15, mengaku tetap tenang dan bisa belajar seperti biasanya meskipun status Merapi naik level ke siaga. “Masih belajar daring seperti biasa,” kata pelajar kelas 9 SMPN 2 Kemalang itu.

HKN 2020, Dinas Kesehatan Klaten Upacara Virtual Dipimpin Menkes

Kepala Desa Tegalmulyo, Sutarno, mengatakan ada tiga dukuh di wilayah Tegalmulyo yang masuk kawasan rawan bahaya erupsi lantaran berada pada radius 5 km dari puncak Merapi. Ketiga dukuh itu yakni Dukuh Pajegan, Canguk, serta Sumur. Kelompok rentan dari ketiga dukuh juga saban malam mulai menginap di kantor desa yang dijadikan tempat evakuasi sementara pasca status Merapi dinaikkan ke level siaga.

Terkait Dukuh Girpasang, Sutarno mengatakan tak masuk dalam radius daerah rawan bahaya. Selain itu, perkampungan terpencil tersebut terlindungi Gunung Bibi. “Girpasang terlindungi Gunung Bibi berlapis-lapis. Tetapi, setiap saat kami memantau kondisi warga di wilayah sana,” kata Sutarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya