SOLOPOS.COM - Petugas menunjukkan gong di dasar mata air panas Bayanan, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen. (Istimewa/Disdikbud Sragen).

Solopos.com, SRAGEN — Air dari mata air panas di Bayanan di Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen, diyakini warga berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit. Lokasi sumber air panas itu menjadi destinasi wisata alternatif di Sragen.

Khasiat air dari mata air Bayanan tersebut masih diyakini sejumlah wisatawan yang datang. Seperti yang diungkapkan oleh Pengelola Objek Wisata Bayanan, Yanuar, saat berbincang dengan Solopos.com, beberapa waktu lalu.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sragen Johny Adhi Aryawan menyampaikan keyakinan atas khasiat air dari sumber air Bayanan muncul karena pengaruh toponimi yang melekat dalam asal-usul Bayanan tersebut.

Johny menyebut terdapat kaitan antara sosok ulama Pondok Gebang Tinatar Ponogoro dengan umbul Bayanan.

Ia menjelaskan sebagaimana ditulis di koran Belanda pada 1890, Bataviaasch Nieuwsblad, mengulas bahwa sumber air panas Bayanan yang diberitakan tersebut telah ditemukan beberapa dekade sekitar 20-30 tahun sebelumnya, sekitar 1860-1870.

Pada periode itu pula, Kyai Khasan Anom I mememimpin Pondok Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari Ponorogo. Maka, Patut diduga Kyai Khasan dari Ponorogo yang selama ini tersiar dalam cerita rakyat Bayanan tak lain adalah Kyai Khasan Anom I, pemimpin dan ulama dari Pondok Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari Ponorogo.

Johny melanjutkan dahulu di daerah Bayanan, sosok Ki Bekel datang dari perkampungan terpencil lereng Gunung Lawu sedang dirisaukan oleh sebuah umbul air panas yang tiba-tiba muncul di wilayahnya.

“Kabar tentang kemunculan umbul air panas ini akhirnya terdengar oleh Mister Praul, seorang saudagar Belanda. Ia tertarik melihat dari dekat dan ingin memanfaatkan umbul itu untuk dijadikan tempat tetirah [istirahat],” ujar Johny saat ditemui Solopos.com di kantornya pada Kamis (5/1/2023).

Mister Praull sepakat dengan Ki Bekel untuk meminta bantuan Kyai Khasan Anom. Kyai Khasan Anom mengajak Ki Bekel bersama-sama warga desa melaksanakan doa dan kenduren.

Kyai Khasan Anom pun menyampaikan kepada Ki Bekel tentang tata cara dan uba rampe-nya, antara lain sebuah gong besar, beberapa bende, sepasang ayam jago, sebuah gunungan hasil bumi, dan alat dapur. Di samping itu, rangkaian upacara tersebut diiringi oleh tujuh gadis penari dalam keadaan bersih.

Kyai Khasan Anom berjanji akan datang ke Desa Ki Bekel untuk melaksanakan doa dan kenduri tersebut pada Jumat Legi pada bulan Sura. Singkat cerita, Kyai Khasan Anom membenamkan gong besar untuk menyumbat mata air tersebut.

Dia menghendaki agar air panas tersebut dapat dinikmati oleh sebanyak mungkin warga desa. Karena Kyai Khasan Anom mengetahui bahwa air panas tersebut mengandung belerang yang berkhasiat baik bagi kesehatan maupun berbagai manfaat lainnya. Kemudian dia menamainya dengan nama Tirta Nirmala.

Tradisi membersihkan sumber air panas Bayanan setiap Jumat Legi pada Sura atau setiap 1 Sura masih dilestarikan oleh warga setempat sesuai wasiat Kyai Khasan Anom.

“Sementara itu, gong sebagai alat musik gamelan jawa juga memiliki makna keagungan dan kebesaran Allah SWT. Tidak ada peristiwa yang terjadi tanpa seizin Allah SWT. Sedangkan, bayan dalam bahasa Arab artinya terang. Sehingga, Kyai Khasan menamakan gong tersebut sebagai Gong Bayan sebagai sarana dakwah kultural dengan menggunakan perlambangan simbolik sebagai ciri khas ulama waktu itu yang menyebarkan agama Islam tanpa meninggalkan keberadaan seni budaya lokal,” terang Johny.

Sementara itu, Johny mengutip dari DR. Goenadi, M.Hum. Arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta dalam diskusi di ruang Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada Jumat (11/12/2020). Di masa lalu pemuka masyarakat sering menggunakan gong sebagai sarana menutup mata air.

Beberapa alasan tersebut antara lain, praktis karena gong bentuknya besar dan meluas, sehingga bisa langsung mencakup titik semburan air yang akan ditutup tanpa mematikan air. Air masih bisa merembes disela sela dinding gong. Jadi fungsi gong untuk mengendalikan debit air. Alasan lainnya karena faktor kepercayaan setempat, di mana gong dianggap memiliki nilai spiritual yang tinggi dibanding alat gamelan yang lain.

Selain itu, material gong yang terbuat dari logam, khususnya perunggu, ketika terpapar air mengandung belerang dalam waktu yang lama justru tidak akan korosi. Sehingga, cocok digunakan untuk mengendalikan mata air panas belerang.

“Gongnya masih ada hingga saat ini [di bawah bangunan persegi penampung air panas] ukuran gongnya besar, dengan diameter lebih kurang 80 cm-100 cm. Sekarang logamnya keras kalau dipukul, seperti badan kereta,” tambah Johny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya