SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang membaca Alquran. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Di bawah ini terdapat contoh kultum singkat dan menginspirasi tentang rasa syukur selama puasa Ramadan.

Selama Ramadan, umat muslim kerap mendengarkan kultum, baik di siaran televisi maupun radio. Selain itu, kultum juga menjadi hal yang identik dengan salat tarawih.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Nah, kultum berikut ini bisa Anda baca saat menjadi khatib salat tarawih maupun salat Jumat saat Ramadan.

Baca Juga: Apakah Menelan Ludah Bisa Bikin Batal Puasa? Begini Hukumnya!

Sebagaimana dikutip NU Online, berikut ini adalah contoh kultum puasa Ramadan singkat dan menginspirasi tentang pentingnya rasa syukur.

Contoh Kultum Ramadan Singkat

Ramadan merupakan ruang madrasah atau belajar yang harus dimasuki manusia. Ruang didik yang harus diduduki manusia. Di dalamnya, terdapat banyak pelajaran tentang perbaikan diri; tentang pengembangan rasa, dan tentang peluasan persepsi. Dengan menyelaminya, manusia bisa memasuki reaktualisasi diri, yang akan menyegarkan sekaligus membarukan cara kerja jiwanya selama ini.

Hal-hal yang kita sepelekan atau abaikan, tiba-tiba menjadi begitu berharga di bulan penuh berkah ini. Level apresiasi kita bertambah dan meningkat. Hanya saja, peningkatan itu terjadi sesaat dan cenderung tidak dikenali. Setelah berbuka, atau setelah Ramadan berlalu, peningkatan itu akan terlupakan begitu saja, seperti yang sudah-sudah. Untuk lebih jelas, mari kita bahas bersama.

Karena itu, puasa harus dijadikan titik ulang untuk menyemai kembali rasa syukur kita akan segala sesuatu. Diawali dengan kebutuhan pokok (makanan dan minuman), kemudian berlanjut ke berbagai hal. Tapi sebelum itu, kita harus memahami terlebih dahulu, apa itu “syukur”.

Baca Juga:  Lebih Irit Mana Listrik Prabayar Pulsa atau Pascabayar?

Dalam kitab Bashaa’ir Dzawii al-Tamyiiz fî Lathaaif al-Kitaab al-‘Aziiz, Imam Majduddin Muhammad bin Ya’qub al-Fairuzabadi membagi syukur dalam tiga kategori. Dia mengatakan:

“Syukur terdiri dari tiga tipe: (1) syukur dengan hati, yaitu pembayangan (atau penggambaran) nikmat (dalam hati), (2) syukur dengan lisan, yaitu pujian kepada pemberi nikmat, dan (3) syukur dengan anggota tubuh lainnya, yaitu membalas kenikmatan dengan kadar (atau derajat) yang pantas (didapatkan tubuh).”

Itu artinya, syukur harus dilatih dan dihadirkan. Dan puasa adalah aktivitas pelatihan yang tepat untuk itu. Seperti yang disebutkan di atas, dengan puasa, tanpa sadar kita mulai mengapresiasi hal-hal yang seharusnya diapresiasi, seperti air minum, makanan dan lain sebagainya, yang sebelumnya sering kita abaikan nilainya.

Karena itu, kita harus mulai mengambil inisiatif untuk aktif bersyukur. Melatihnya dari yang paling ringan, bersyukur dengan hati dan lisan, kemudian meningkat ke arah bersyukur dengan seluruh anggota badan.

Baca Juga: Masjid Tertua di Indonesia Ternyata di Banyumas, Ada Sebelum Wali Songo

Bersyukur bisa dengan hati dan lisan. Bersyukur dengan hati adalah aktivitas visualisasi nikmat yang kita dapatkan. Sementara itu, syukur dengan lisan, yaitu apresiasi dalam bentuk ucapan (pujian). Bisa dengan tahmîd, tasbîh, tahlîl dan lain sebagainya. Bersyukur dengan lisan berkaitan erat dengan bersyukur dengan hati. Sebab, setelah melakukan proses visualisasi nikmat, kita pasti tersadar bahwa pujian setinggi dan sebesar apapun tidak akan menyetarai segala nikmat yang diberikan Allah kepada kita.

Berikutnya adalah syukur dengan anggota tubuh lainnya, yaitu membalas nikmat dengan perbuatan dan derajat yang pantas didapatkan tubuh. Maksudnya adalah, memenuhi hak-hak tubuh, baik jasmani maupun ruhani. Hak-hak jasmani seperti menjaga kesehatan, memenuhinya dengan nutrisi, gizi, makanan halal, dan lain sebagainya. Hak-hak ruhani seperti menjaga mata, telinga, lidah, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya dari hal-hal buruk, dan mengarahkannya untuk melihat, mendengar, melakukan, dan berjalan kepada kebaikan, pengetahuan dan keberkahan.

Karena itu, Sayyidina Muhammad bin Ka’b al-Qurdhi, mengatakan,

“Syukur adalah bertakwa kepada Allah dan (melakukan) amal saleh.”

Baca Juga:  Hukum Potong Kuku saat Puasa Ramadan, Boleh Enggak ya?

Bertakwa menjauhi larangan-Nya, mengerjakan perintah-Nya, dan beramal saleh karena-Nya, merupakan bentuk syukur kepada Allah. Dengan kata lain, anugerah Allah berupa seluruh anggota tubuh, dimanfaatkan dan digunakan sesuai dengan kehendak-Nya, yaitu kebaikan dan tidak berbuat kerusakan.

Maka dari itu, bulan Ramadhan merupakan saat terbaik untuk menghadirkan “syukur” secara nyata, merasai dan melekatkannya dalam kehidupan kita. Karena pada dasarnya, jika penjiwaan syukur telah tertanam, segala hal akan dikerjakan sebagai ungkapan syukur atas nikmat-nikmat-Nya,

Pertanyaannya, siapkah kita memulainya?

Baca Juga:  Rekomendasi Tempat Ngabuburit Terbaru di Solo, Yakin Gak Mau ke Sini?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya