SOLOPOS.COM - Makam misterius di trotoar Jl Tanjung Anom, Grogol, Sukoharjo, Rabu (27/10/2021). (Solopos/Candra Putra Mantovani)

Solopos.com, SOLO — Sejumlah makam di Soloraya terbilang unik karena berada di tempat yang tak biasa. Jika biasanya makam identik dengan kawasan permakaman yang sunyi, enam makam di Soloraya ini berada tepi jalan, pertigaan jalan, di rumah maupun di emperan rumah warga.

Masing-masing makam menyimpan cerita yang kadang bikin merinding. Berikut cerita di balik enam makam unik di Soloraya.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

1. Makan di Trotoar Solo Baru

makam misterius solo baru sukoharjo
Makam misterius di trotoar Jl Tanjung Anom, Grogol, Sukoharjo, Rabu (27/10/2021). (Solopos/Candra Putra Mantovani)

Makam misterius di trotoar jalan utama Solo Baru tak jauh dari bundaran Patung Bung Karno, Tanjung Anom, Grogol, Sukoharjo, diyakini merupakan makam hewan klangenan milik Raja Keraton Solo Paku Buwono (PB) X.

Hewan itu berjenis kucing candramawa. Dimintai tanggapannya mengenai hal tersebut, canggah dalem Paku Buwono X, KRMT L Nuky Mahendranata, membenarkan makam di trotoar Solo Baru tersebut merupakan makam kucing jenis candramawa.

Kucing itu diyakini berwarna hitam dan bernama Nyai Tembong. Menurutnya, kucing itu merupakan salah satu hewan kesayangan Paku Buwono X saat itu. Ceritanya tersebut dikuatkan dengan tulisan yang terdapat pada kijing makam.

Baca Juga: Makam Misterius di Solo Baru Ternyata Ada Hubungan dengan Keraton Solo

“Dulu di kawasan tersebut tempat pemakaman klangenan dalem. Di sebelah patung Bung Karno itu juga dulu sejarahnya tempat memandikan kerbau dan gajah milik Keraton,” bebernya mengenai makam misterius di Solo Baru tersebut kepada Solopos.com, Rabu (27/10/2021).

Nuky menambahkan fakta bahwa dulu kawasan itu merupakan makam klangenan dalem PB X juga dibuktikan dengan banyaknya penemuan kerangka hewan saat warga setempat hendak membangun rumah.

2. Empat Makam Kuno Mangkunegaran

Dalam kegiatan jelajah sejarah, 2018 lalu, komunitas anak muda penyuka dan pemerhati sejarah, Solo Societeit, melakukan jelajah ke empat makam kuno di rumah warga di Solo. Makam itu berada di salah satu bangunan di Jl. Sutan Syahrir, dekat dengan Rumah Deret Ketelan.

Dari empat makam tersebut yang diketahui identitasnya hanya satu makam, yakni makam milik Raden Ayu (RA) Supartinah. Dia adalah putri Mangkunegaran.

Baca Juga: Bikin Merinding! Ini Daftar dan Cerita Makam-Makam Unik Di Solo

“Salah satu makam tersebut adalah makam RA Supartinah, putri Mangkunagoro IV. Ya itu kata leluhur Saya. Saya sendiri tidak tahu pastinya, yang jelas memang di salah satu makam terdapat tulisan Supartinah dalam aksara Jawa,” kata pemilik rumah itu, Ny. Sutardi, saat diwawancarai Solopos.com.

Ny. Sutardi menambahkan tidak tahu cerita tiga makam lainnya. “Sedangkan yang lainnya tidak ada [tulisan]. Kemudian setiap kali ruwah, makam sini masih sering didatangi banyak abdi dalem.”

Makam di dalam rumah di Jl. Sutan Syahrir, Solo. (dokumen Solopos)

3. Makam Kiai Precet

(Espos/Nicolous Irawan)

Makam unik di Solo ini terletak di pinggir jalan ini tepatnya di Jl. Abiyoso, Kampung Teposanan, Kelurahan Sriwedari, Laweyan, Solo. Makam terletak di badan jalan yang lebarnya sekitar tiga meter, berbatasan dengan Gelanggang Olahraga (GOR) Sritex di sisi barat.

Menurut cerita, dahulu lokasi itu ialah permakaman. Tahun 1980-an hampir semua makam dipindah. Namun, hanya makam Kiai Precet yang tidak di pindah berdasarkan pesan Kiai Precet.

Ketua RT 002/RW 002 Kampung Teposanan, Kardi, 46, mengungkapkan, makam unik itu milik tokoh bernama Kiai Precet. Makam di Solo itu tidak dipindah berdasarkan pesan dari Kiai Precet. “Sesuai pesan terakhir sebelum meninggal, Mbah Precet ingin dimakamkan di sini,” kisah dia.

Kiai Precet ialah seorang bromocorah atau penjahat yang dihukum mati. “[Kiai Precet] yang dihukum mati kemudian dimakamkan di situ. Pada zaman dahulu di sekitar lokasi itu sangat angker,” ungkap Ketua Komunitas Solo Societeit, Dhani Saptono.

Pernah suatu ketika ada pengendara motor melintas di sekitar makam Kiai Precet tiba-tiba menabrak tiang karena menghindari seseorang di lokasi itu.

“Ketika ditolong bilangnya menghindari orang berdiri di dekat situ, padahal di dekat situ sepi nggak ada orang lain,” imbuh Kardi, dikabarkan Detik.com, Rabu (1/7/2020).

4. Tiga Makam Kecil Tanpa Nama

 

(Istimewa/Okezone)

Makam unik di Solo selanjutnya adalah tiga pusara kecil tak beridentitas di pertigaan jalan kampung RT 003/RW 002 Kelurahan Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo. Ternyata makam berusia sekitar 100-an tahun itu milik tiga bayi.

Hingga kini, makam itu masih terawat dan banyak warga yang datang pada malam jumat untuk berziarah.

Menurut Wulastri, warga sekitar makam, tiga bayi yang dimakamkan di pertigaan jalan tersebut meninggal karena tenggelam karena hanyut di sungai. Mereka tidak ditemukan bersamaan.

Baca Juga: Kisah Mistis di 3 Makam Tanpa Nama Baluwarti Solo, Warga Ngaku Pernah Diboncengi Sosok Ini

Tiga bayi itu bernama Nggoro kasih, Den Bagus Kintir, dan Mbok Roro Setu. Sebelum didirikan pusara, makam itu rata dengan tanah. Oleh warga sekitar, tiga makam itu selanjutnya dibangunkan kijing.

Kijing pusara itu dibangun sekitar tahun 1966 oleh warga sekitar. Dengan alasan mengganggu jalan, warga sekitar sempat ingin memindahkan pusara itu, namun batal karena khawatir terjadi sesuatu yang tidak baik.

5. Makam di Tepi Jl. Sukowati Sragen

makam kuno sragen berita terpopuler
Pengguna jalan melintasi simpang empat RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, Kamis (1/7/2021). Di jalan beton itu sebelumnya berdiri Monumen Generasi Muda Asri yang dibangun di atas makam van Nispen, pemilik pertama PG Mojo Sragen. (Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Pada era 1980-an, permakaman bong dan kerkhof di Sragen Wetan sudah dipindah. Sebagian makam warga Tionghoa konon dipindah ke makam Gunung Banyak di Katelan, Tangen, Sragen. Terdapat salah satu makam kerkhof yang konon tidak mau dipindah.

Itu adalah makam Willibald Dagobert van Nispen. Lokasi makam itu konon berada tepat di pojokan Jl. Raya Sukowati dan Jl. Perintis Kemerdekaan. Pada awalnya, di atas makam itu dibangun Monumen Generasi Muda Asri.

Berdasar pantauan Solopos.com, Kamis (1/7/2021), monumen itu kini sudah dibongkar menjadi jalan berlapis beton. “Menurut catatan arsip koran Belanda, van Nispen meninggal dunia pada 21 Juni 1914 dan dimakamkan pada 23 Juni 2014 di kerkhof yang terletak di sebelah barat RSUD Sragen. Karena konon tidak mau dipindah, makam itu sempat dibangun monumen. Namun, monumen itu akhirnya dibongkar hingga jadi jalan raya,” terang Johny Adhi Aryawan, pegiat Sragen Tempo Doeloe (Stedo), kepada Solopos.com.

Baca Juga: Londo Sakti! Van Nispen Pemilik Pertama PG Mojo Sragen Bisa Setop Kereta Lewat Lambaian Tangan



Willibald Dagobert van Nispen dikenal sebagai pengusaha kaya yang menguasai ratusan hektare tanah perkebunan di Sragen. Dagobert van Nispen dulunya tinggal di sebuah rumah besar yang kini masuk di wilayah Bener, Kecamatan Ngrampal, Sragen, yang berada tak jauh dari Stasiun Kebonromo. Bangunan utama rumah van Nispen kini digunakan sebagai kantor guru SDN 1 Bener,” jelas Johny.

Nama Van Nispen terselip di sebuah arsip milik Pabrik Gula (PG) Mojo Sragen. Dokumen yang dicetak pada 1985 itu merupakan hasil terjemahan atas arsip Proefstation Oost Java (POJ) terbitan 1920. Di dalam arsip ini disebutkan bahwa van Nispen merupakan pemilik pertama Suikerfabriek (Pabrik Gula) Mojo Sragen.

Peletakan batu pertama PG Mojo dilaksanakan pada 1883 dan beroperasional 12 tahun kemudian yakni 1895. Nama lain dari van Nispen adalah Walanda Dhugdeng yang terkenal dari Desa Bener.

Baca Juga: Sosok Van Nispen, Pemilik PG Mojo Sragen & Makam Kuno di Jl Raya Sukowati yang Tertutup Beton

Koran De Nieuwe Vorstenlanden edisi 22 Juni 1914 menyebut Van Nispen sebelumnya terlibat dalam perselislihan tak kunjung usai dengan koleganya di De Vereeniging van Solosche Landhuurders atau Asosiasi Penyewa Tanah Solo. Nispen akhirnya menyerah. Ia memutuskan melepas jabatan presiden di organisasi yang telah didirikan dan dibesarkannya,” jelas Johny.

Semenjak itu Nispen menepi dari pusara kekuasaan Vorstenlanden dan lebih banyak beraktivitas di Kebonromo. Ia lebih tertarik mendalami budaya Jawa dan menjadi teman bagi penduduk lokal, kemudian menua bersama istrinya yang tak lain warga pribumi.

6. Makam di Teras Rumah Warga Sragen

Kuburan Massal Terduga PKI Sragen
(Espos/Moh. Khodiq Duhri)

Sebuah kuburan massal tempat makam para terduga anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) berlokasi tepat di emperan rumah Darmin, 60, warga Dusun Dukuh RT 07, Desa Tenggak, Sidoharjo, Sragen.

Kuburan massal itu awalnya berupa gundukan tanah. Pihak ahli waris kemudian membangun fondasi beton berbentuk persegi panjang pada 3 Juli 1993. Di bagian permukaan beton itu terdapat tulisan Bong-Tomo-DKK-11. Bong atau Bung Tomo merupakan sebutan dari salah satu tokoh penting yang turut dieksekusi. DKK merupakan kependekan dari dan kawan-kawan. Sementara angka 11 merujuk pada jumlah warga terduga anggota PKI yang dieksekusi mati di lokasi tersebut.

Baca Juga: Jejak Terakhir Mantan Perdana Menteri Berhaluan PKI di Karanganyar



Di lokasi inilah, 11 warga yang diperkirakan sebagai anggota PKI dieksekusi mati dengan cara diberondong tembakan. Eksekusi mati terduga PKI itu dilaksanakan pada malam hari. Saat eksekusi berlangsung, semua warga diminta tidak keluar rumah. Setelah dieksekusi mati, mereka lalu dikubur di satu lubang.

“Jadi dulu di sini itu tanah lapang dekat makam. Lalu dibuatkan satu lubang untuk mengubur mereka setelah dieksekusi. Saya juga tidak tahu persis ceritanya bagaimana. Saya hanya mendapat sedikit cerita dari orang tua dulu,” ujar Sugi Atmojo, 78, sesepuh warga setempat kala berbincang dengan Solopos.com di lokasi, Sabtu (25/9/2021).





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya