SOLOPOS.COM - Suasana saat rekonstruksi kasus pembunuhan dua orang di salah satu rumah kontrakan di Banyuanyar, Banjarsari, Solo, Kamis (14/5/2020). (Solopos/Ichsan Kholif Rahman)

Solopos.com, SOLO -- Berkas kasus pembunuhan dua pria-wanita, SN, 49, warga Ciledug, Tangerang, dan TR, 36, warga Ngadirojo, Wonogiri, di Banyuanyar, Banjarsari, Solo, sudah diserahkan ke Kejaksaan Negeri.

Tahap selanjutnya kepolisian menunggu hasil penelitian penyidik Kejari Solo sebelum disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Solo. Kasatreskrim Polresta Solo AKP Purbo Adjar Waskito kepada Solopos.com, Selasa (26/5/2020), mengatakan berkas kasus diserahkan ke Kejari beberapa waktu lalu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Tersangka dalam kasus pembunuhan ini hanya satu orang yakni AMC alias C alias G warga Gilingan, Banjarsari, Solo. "Tinggal menunggu penelitian dari kejaksaan untuk ke tahap selanjutnya," papar dia mewakili Kapolresta Solo Kombes Pol Andy Rifai.

Balon Udara Jatuh di Atap Rumah Warga Nusukan Solo, Apinya Masih Menyala

Sebelumnya, Polresta Solo telah menggelar rekonstruksi kasus pembunuhan pria-wanita di Banyuanyar itu pada Kamis (14/5/2020). Tersangka memeragakan 38 adegan rekonstruksi di tempat kejadian perkara yakni rumah kontrakan korban.

Rekonstruksi juga dilakukan di sekitar Pasar Depok tempat tersangka membeli racun tikus yang kemudian dimasukkan ke minuman buah. Rekonstruksi dihadiri penyidik Kejaksaan Negeri Solo dan Penasihat Hukum tersangka.

Rekonstruksi

Dalam rekonstruksi tidak mengungkapkan fakta baru. Seluruh adegan sesuai Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Ia menambahkan dalam rekonstruksi itu kepolisian melibatkan empat orang saksi yakni saksi yang berpapasan dengan tersangka dan saksi pertama yang melihat korban meninggal dunia.

27 dan 28 Mei 2020 Matahari di Atas Ka'bah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Kasatreskrim menambahkan tidak ada adegan yang dibantah pelaku maupun saksi kasus pembunuhan pria-wanita di Banyuanyar, Solo, itu. Rekonstruksi itu digelar untuk memperjelas fakta yang sebenarnya terjadi lalu dicocokkan dengan BAP.

"Setelah rekonstruksi tahap selanjutnya nanti pelimpahan ke Kejaksaan Negeri Solo," papar Kasatreskrim beberapa waktu lalu.

Berdasarkan hasil uji Laboratorium Forensik (Labfor) Polda Jateng terhadap sampel minuman yang diminum para korban ditemukan kandungan sianida. Diduga kuat kandungan sianida itu yang mengakibatkan SN, warga Ciledug, Tangerang, dan TR, warga Ngadirojo, Wonogiri, meninggal dunia.

1 Warga Positif Covid-19, DKK Sragen Terjunkan Tim Tracing ke Pringanom Masaran

Setelah kedua korban meninggal, tersangka mengambil uang milik korban lelaki sebanyak Rp725 juta. "Kalau hasil laboratorium sianida itu sesuai dengan komposisi racun tikus.



Racun tikus itu bereaksi sangat cepat hingga mengakibatkan tubuh korban panas hingga meninggal dunia," imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng

Lirik Lagu Tak Selalu Memiliki - Lyodra

Lirik Lagu Tak Selalu Memiliki - Lyodra
author
Nugroho Meidinata Sabtu, 27 April 2024 - 08:06 WIB
share
SOLOPOS.COM - Lyodra Ginting. (Instagram/@lyodraofficial)

Solopos.com, SOLO – Di Youtube, penyanyi ternama Lyodra baru saja merilis single terbarunya berjudul Tak Selalu Memiliki, yang lirik lagunya bikin penasaran publik.

Lagu yang diciptakan oleh Yovie Widianto ini pertama kali dirilis di kanal Youtube Lyodra Official pada Jumat, 26 April 2024.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Walaupun baru hitungan hari tayang, Tak Selalu Memiliki telah ditonton lebih dari 370.000 kali dan menjadi salah satu video trending musik di platform Youtube

Bagi yang penasaran dengan lirik lagu Tak Selalu Memiliki dari Lyodra, kamu bisa menyimak di bawah ini.

Koran Solopos

Lirik Lagu Tak Selalu Memiliki

Mungkin aku telah salah
Memilih hati yang tak sungguh sejalan
Rintangan yang ada nanti
Kan datang melaju, dari sekitar kita

Biarkan hatiku, yakinkan diri
Bila nantinya tak akan bersama

Chorus :
Aku tak bisa memilih cinta
Bila semesta pisahkan kita
Aku tak mampu memaksa kita
Pabila restu tak pernah ada
Tuhan tolonglah, benar aku inginkan dirinya

Emagazine Solopos

Meski kau katakan bisa
Tapi hatimu tampaknya tak bisa

Biarkan hatiku yakinkan diri
Bahwa cinta tak selalu miliki

Aku tak bisa memilih cinta
Bila semesta pisahkan kita
Aku tak mampu memaksa kita
Pabila restu tak pernah ada
Tuhan tolonglah, benar aku inginkan dirinya

Interaktif Solopos

Mungkinkah ini terjadi
Kaulah suratan untukku
Takdir aku untukmu
Oohh
Mungkinkah tercipta untukku oooh

Tuhan tolonglah, benar aku inginkan dirinya
(Aku tak mampu memaksa kita)
Pabila restu tak pernah ada
Tuhan tolonglah, benar aku inginkan dirinya
Benar aku inginkan dirinya

Hatiku hanya inginkan dirinya.



Selain Tak Selalu Memiliki, untuk lirik lagu lainnya bisa dilihat di sini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Istana Putri Duyung

Istana Putri Duyung
author
Ayu Prawitasari Sabtu, 27 April 2024 - 08:04 WIB
share
SOLOPOS.COM - Ilustrasi Cerpen "Istana Putri Duyung" (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO—Leli suka membayangkan dia lahir sebagai ikan duyung. Putri duyung yang manis. Seperti di komik. Dia ingin dan merasakan berenang tanpa bantuan. Berenang bebas seperti teman-teman di klub renang.

Sampai suatu hari ia pergi ke laut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Bentangkan kedua tanganmu,” kata orang itu.

Cahaya matahari membuat wajah itu seperti malaikat. Oh, tidak ada malaikat. Leli dengar malaikat bersayap seperti burung dan terbang di malam hari mencari anak-anak baik. Di sini, di laut, putri duyunglah yang berkuasa.

“Bentangkan tanganmu.”

Leli membentangkan tangan. Begini rasanya? Anak itu bertahan dan tidak merasa kakinya terbenam. Itulah yang membuat dia tidak bisa berenang. Sepasang kaki yang dipasangi entah apa oleh dokter supaya bisa jalan—dan belum terbukti ia bisa berjalan sampai hari ini—sering membuatnya terbenam. Kini, kedua kakinya mengambang.

Koran Solopos

Seandainya Bunda di sini. Seandainya teman-teman juga. Matanya merekam detail: wajah tirus dan rambut pirang. Panjang dan lebat rambut itu sehingga ketika kambang serupa selendang jatuh dari kapal.

Leli tidak tenggelam. Meski belum terbiasa, ia tahu rasa mengambang tanpa harus ada Bunda di sampingnya. Biasanya Bunda sedih dan menangis diam-diam sekeluar dari kolam. Anak itu tahu, tapi tak bicara kepada siapa-siapa, kecuali ke boneka kesayangannya.

“Kamu siapa?” tanya Leli setelah menikmati keajaiban laut ini. Ia tidak tahu ia di mana dan bagaimana bisa ada di sini. Sepasang kakinya ringan mendorong sehingga ia berenang persis ikan duyung.

“Tidak perlu kamu tahu siapa aku,” jawab perempuan itu.

Leli menatap mata indah si perempuan. Seperti Bunda, tetapi ada yang beda. Penuh cinta, tetapi juga tanya. Dan ia tidak henti bertanya dalam hati sepanjang si perempuan membimbing dan memberi arahan.

Jangan melewati batas, katanya. Nanti ditangkap bajak laut dan ditahan seratus tahun. Kamu tidak bisa lagi berenang selama itu. Mau?

Si perempuan—ia Putri Duyung, hanya saja Leli belum menyadari—tinggal tidak jauh dari sini. Di dasar laut dalam. Tempat itu dirahasiakan dari yang tidak percaya pada Putri Duyung atau yang setengah percaya. Barangsiapa percaya, bersiaplah ke sana dengan cara yang tak terduga. Sang putri menyimpan pengetahuan ini buat nanti, apabila Leli sudah menguasai kemampuan yang ia berikan.

***

“Duduk saja! Bikin repot!” kata Ayah.

Emagazine Solopos

Leli mengemasi baju renang yang belum basah. Tak pernah baju renang basah jika Bunda tidak mengantar. Ayah mengantar, sama dengan tidak ada basah-basahan. Tidak ada Bunda. Tidak ada teman-teman. Tidak ada air.

Leli tidak berharap punya Ayah bajak laut. Ia bayangkan seperti di komik, bajak laut membenci putri duyung. Mereka penjajah laut yang suka menembak putri duyung dan membunuh warga laut.

Bagaimana mungkin ia lahir dari seseorang yang membenci putri duyung?

Leli senang membayangkan ia lahir sebagai putri duyung di suatu istana di bawah laut. Dia dibesarkan raja laut bermahkota dan bertubuh setengah ikan. Raja itu ramah, bijak, dan tangkas memerangi bajak laut. Mereka menang hingga istana aman.

Setiap orang adalah ikan duyung dan setiap orang bisa berenang tanpa harus ada yang duduk di tepi kolam. Kita tahu, tidak ada ikan jalan-jalan di pantai. Maka tidak ada ikan yang harus terkucilkan karena hanya bisa melihat ikan-ikan lain berjalan di atas pasir, sementara dirinya tidak berkaki!

Leli merasa Ayah tidak senang padanya. Teman-teman punya Ayah yang baik dan sabar. Tidak seperti ayahnya, galak. Bajak laut, begitu ia memimpikan ayahnya, adalah tokoh tergalak yang merusak mimpi.

Kata Bunda, dahulu Ayah kecelakaan sehingga wajahnya buruk. Tapi Ayah orang yang baik, kata Bunda lagi. Leli tidak tahu bagaimana kecelakaan itu, tapi yang ia tahu Ayah tidak baik.

Teman-temannya tahu Ayah tidak membiarkannya renang. Ia dibentak dan disuruh duduk di tepi sampai waktu berakhir. Ia patuh dan tidak berani menangis karena Ayah terus menatapnya sampai baju renang yang diam-diam ia keluarkan dari tas kembali lagi harus terlipat.

“Awas kalau berani-beraninya renang, ya!” kata bajak laut lalu mengambil rokok dan pergi ke deretan penjual makanan.

Interaktif Solopos

Leli memandangi Ayah menjauh. Di komik, bajak laut bisa jatuh hati pada putri duyung dan mengajaknya menikah. Barangkali … Oh, tidak. Ia tidak berpikir jauh. Tetapi, masa? Kalau Bunda adalah sosok putri duyung, harusnya aku juga bisa menjadi putri duyung kecil dan berenang dengan baik?

***

“Senang?” Perempuan itu bertanya.

Leli mengangguk girang. Seluruh wajah dan badannya basah kuyup dan ia puas. Seharian ia berenang ke sana kemari tanpa Ayah, tanpa Bunda, dan tanpa pelampung. Tak ada yang menyuruhnya pulang. Tak ada tatapan iba. Setelah beberapa lama, mereka beristirahat di puncak sebongkah karang di tengah laut.

“Siapa kamu?” Leli lagi-lagi bertanya. Ia merayapi karang dan jatuh ke pelukan si perempuan. Aroma tubuhnya begitu terasa. Ia merasa berbaring di pelukan Bunda saja.

Putri Duyung mengelus-elus rambut Leli dan memandanginya. “Jangan kaget ya.”

Ia mengedipkan mata dan mencolek hidung Leli. “Ini aku, Nira si Putri Duyung.”

Leli melongo kemudian melompat dan memeluk Nira. Ia meresapi aroma amis, namun menawan dari tubuh licin sang putri. Terus saja Leli memeluk Nira dan bicara bahwa ia selama ini berharap ingin lahir sebagai putri duyung.

Saat mereka berpelukan, setengah tubuh bawah sang putri menjelma ekor ikan. Leli bahagia. Tapi, jawaban ini yang keluar: “Oh, tidak. Aku tidak yakin.”



Leli memandangi Ayah menjauh. Di komik, bajak laut bisa jatuh hati pada putri duyung dan mengajaknya menikah. Barangkali … Oh, tidak. Ia tidak berpikir jauh. Tetapi, masa? Kalau Bunda adalah sosok putri duyung, harusnya aku juga bisa menjadi putri duyung kecil dan berenang dengan baik?

***

“Senang?” Perempuan itu bertanya.

Leli mengangguk girang. Seluruh wajah dan badannya basah kuyup dan ia puas. Seharian ia berenang ke sana kemari tanpa Ayah, tanpa Bunda, dan tanpa pelampung. Tak ada yang menyuruhnya pulang. Tak ada tatapan iba. Setelah beberapa lama, mereka beristirahat di puncak sebongkah karang di tengah laut.

“Siapa kamu?” Leli lagi-lagi bertanya. Ia merayapi karang dan jatuh ke pelukan si perempuan. Aroma tubuhnya begitu terasa. Ia merasa berbaring di pelukan Bunda saja.

Putri Duyung mengelus-elus rambut Leli dan memandanginya. “Jangan kaget ya.”

Ia mengedipkan mata dan mencolek hidung Leli. “Ini aku, Nira si Putri Duyung.”

Leli melongo kemudian melompat dan memeluk Nira. Ia meresapi aroma amis, namun menawan dari tubuh licin sang putri. Terus saja Leli memeluk Nira dan bicara bahwa ia selama ini berharap ingin lahir sebagai putri duyung.

Saat mereka berpelukan, setengah tubuh bawah sang putri menjelma ekor ikan. Leli bahagia. Tapi, jawaban ini yang keluar: “Oh, tidak. Aku tidak yakin.”



Nira memalingkan wajah karena tak bisa mengabulkan sesuatu yang muluk-muluk. Leli memohon padanya agar mimpinya terwujud, menjadi putri duyung dan kalau bisa mengajak bundanya kemari.

“Bunda itu siapa?” tanya Nira.

“Bunda itu ibuku.”

“Ibu?”

“Iya. Ibumu di mana?”

Nira berpikir. Wajahnya terlihat sedih. Oh, Leli, seandainya kamu tahu aku tidak punya ibu, pikir si putri. Tetapi, karena ia tidak mau mengenang masa lalu, putri duyung ini mengalihkan perhatian Leli ke soal lain.

“Aku yakin kamu tidak sanggup jadi putri duyung.”

Leli tidak mengerti. Apa susahnya jadi putri duyung? Ia senang bisa berenang setiap hari tanpa dimarahi dan tanpa membuat Bunda menangis. Bahkan, Leli yakin kalau Ayah tahu ia bisa renang, mungkin saja bajak laut itu luluh dan tidak lagi menyuruhnya duduk di tepi kolam.

“Ayolah. Tolong aku!”



Nira lalu mengajak Leli berenang ke barat. Matahari tinggal separuh. Leli ingat kue ulang tahun yang dirusak seorang sepupu setahun lalu, persis di ulang tahun keenamnya.

Waktu itu, kuenya tinggal separuh dan matahari itu membuat Leli ingat kue yang sama, ingat Bunda, ingat rumah, ingat teman-teman, dan tentu saja ingat Ayah.

Apa Bunda dan Ayah tahu aku di sini?

***

Leli tidak yakin Bunda tahu Ayah lagi-lagi melarangnya ikut berenang. Nanti kalau waktunya klub selesai, bajak laut mengambil baju renang dan merendam baju itu di kolam sebelum akhirnya menyuruh Leli memasukkan lagi ke tas.

Itu sering terjadi dan Bunda tidak pernah tahu.

Ayah baik? Leli tidak percaya. Kenapa Bunda bohong? Ia tahu wanita itu baik dan percaya dahulu kala Bunda adalah putri duyung yang diculik dan ditawan bajak laut. Itulah kenapa Bunda bohong karena sampai hari ini takut menghadapi si bajak laut dengan senjata-senjatanya.

Leli tahu betapa besar pengaruh Ayah, terutama soal peraturan yang harus ditaati. Di depan Ayah, Bunda diam. Di kolam ini, jika Ayah tidak mengantar, Bunda mengajak Leli berenang walau tetap sama: anak itu tidak bertahan lebih dari lima menit.

Selama itu, ia diam di tempat tanpa bisa melakukan apa-apa. Kedua kaki terbenam dan Leli sering kali menyembunyikan air mata dengan membasuh wajahnya dengan air.



Ayah belum kembali. Dia belum makan sehingga butuh waktu banyak. Sebatang rokok habis dalam tiga menit di tangan Ayah. Itu di luar waktu makan. Kadang, bajak laut saat makan suka bicara dan bercanda lewat telepon. Ayah memang kasar dan seenaknya. Karena itulah Leli punya kesempatan.

Di tangannya sebuah boneka meringkuk lesu. Boneka yang telah kusut dan hampir lepas salah satu bola matanya.

***

Akhirnya Istana Putri Duyung mereka capai. Nira mengajak Leli menyelam hingga beberapa ratus meter ke dalam lautan setelah matahari benar-benar tumbang. Leli kira ia akan sulit bernapas karena kata bu guru, manusia tidak bisa bernapas di air.

“Kita bukan ikan!”

Aku jadi ikan sekarang karena sudah bisa berenang, katanya sendiri. Dan memang dia ikan, walau masih bertangan dan berhidung. Leli merasa ada perubahan di kakinya. Semakin lama berenang semakin kedua kakinya terasa gatal. Begitu Leli memandang bawah, ia tidak lagi melihat sepasang kaki yang dipasangi entah apa oleh dokter jelek. Yang ia lihat ekor bersisik sebagaimana yang ia temukan di tubuh Nira.

“Ya, ampun!”

“Selamat datang di Istana Putri Duyung. Sekarang kamu bagian dari kami.”

Nira mengajak Leli memasuki istana yang indah. Anak itu yakin harus mengajak Bunda kemari. Ini tempat asal Bunda. Lelai makin yakin, apalagi semenjak ia menjadi putri duyung, kalau Bunda bukan putri duyung, bagaimana mungkin dia putri duyung?



Nira membesarkan hati anak itu. Ditatapnya mata Leli lembut seperti cara Bunda menatap matanya. Seperti cara boneka ikan kesayangan menerima curahan hati. Mata yang sama-sama penuh cinta walau sunyi.

Demikianlah, Leli menyelam, berharap menemukan kehidupan baru di dasar laut yang tidak dikenal. Tanpa Bunda, tanpa teman-teman di klub renang, tanpa pelampung, dan tentu saja tanpa Ayah.

***

Esok harinya, Bunda bukan dijemput putri duyung ke rumah. Bunda mendapat telepon, tapi bukan dari raja laut yang ramah dan bijaksana, melainkan dari rumah sakit. Rumah sakit mengabarkan sang suami dalam kondisi kritis, sementara sang putri tidak bisa diselamatkan.

Bunda menangis. Sebenarnya beliau tahu bajak laut itu tidak suka Leli berenang karena memang berbahaya. Tapi, anak itu keras kepala. Bunda tidak tega. Bunda tahu Leli selamanya tidak mungkin berenang kecuali mengambang di pelukan pelampung dengan boneka ikan yang hampir copot matanya.

Hari itu, si anak diam-diam terjun sementara ayahnya membeli makan.

Seandainya Bunda tahu sebelum ke Istana Putri Duyung anaknya itu menangis. Tuhan tidak memberikan boneka nyawa sehingga boneka itu ditemukan kambang di tengah kolam,setelah semua anggota klub menangis memandangi tubuh lemah Leli digotong ke dalam ambulans.

 

Gempol, 2016-2024

 

Ken Hanggara, lahir di Sidoarjo, 21 Juni 1991. Menulis cerpen, puisi, esai, novel, dan skenario FTV. Karyanya terbit di berbagai media. Bukunya Museum Anomali (2016), Babi-Babi Tak Bisa Memanjat (2017), Negeri yang Dilanda Huru-Hara (2018), Dosa di Hutan Terlarang (2018), Buku Panduan Mati (2022), dan Pengetahuan Baru Umat Manusia (2024).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru di Kasus Timah, Ini Peran Masing-masing

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru di Kasus Timah, Ini Peran Masing-masing
author
Mariyana Ricky P.D Sabtu, 27 April 2024 - 08:01 WIB
share
SOLOPOS.COM - Ilustrasi PT Timah. (PT Timah Tbk)

Solopos.com, JAKARTA — Kejaksaan Agung (Kejagung) menjelaskan peran kelima tersangka baru di kasus dugaan korupsi komoditas timah di wilayah IUP PT Timah Tbk (TINS) periode 2015-2022.

Kelima tersangka yang ditetapkan Kejagung yaitu HL selaku beneficiary owner dan FL marketing PT PT Tinindo Internusa (TIN).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kemudian, SW Kepala Dinas ESDM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada 2015 hingga awal Maret 2019.

Selanjutnya, BN sebagai Plt Kadis ESDM Bangka Belitung pada 2019 dan AS selaku Plt Kadis ESDM Bangka Belitung. Dirdik Jampidsus Kejagung RI, Kuntadi menyampaikan SW, BN dan AS dengan sengaja menerbitkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) lima perusahaan smelter yakni PT Refined Bangka Tin (RBT) hingga CV Venus Inti Perkasa (VIP).

Koran Solopos

“SW, BN, AS masing-masing selaku Kadis dan Plt Kadis ESDM Provinsi Babel, telah dengan sengaja menerbitkan dan menyetujui RKAB dari perusahaan smelter PT RBT, PT Sariwiguna Bina Sentosa, PT Stanindo Inti Perkasa (SIP), PT TIN dan CV VIP,” tuturnya di Kejagung, Jumat (26/4/2024), dilansir Bisnis.com.

Padahal, kata Kuntadi, penerbitan RKAB tersebut tidak memenuhi syarat yang berlaku untuk melakukan kegiatan penambangan.

Pasalnya, ketiga tersangka ini menerbitkan RKAB untuk melegalkan aktivitas perdagangan timah diperoleh secara ilegal di IUP PT Timah.

Emagazine Solopos

Sementara itu, untuk HL dan FL berperan untuk pengondisian pembiayaan kerja sama penyewaan alat peleburan timah. Terlebih, agar seolah-olah ilegal, keduanya membentuk dua perusahaan boneka.

“HL dan FL keduanya turut serta dalam pengondisian pembuatan kerja sama penyewaan peralatan processing peleburan timah sebagai bungkus aktivitas kegiatan pengambilan timah dari IUP PT Timah, dimana keduanya membentuk perusahaan boneka yaitu CV BPR dan CV SMS,” tambahnya.

Akibat perbuatan, kelima tersangka melanggar ketentuan Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 3 UU Jo Pasal 18 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 Ayat 1 ke -1 KUHP.

Interaktif Solopos

 

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Ini Peran 5 Tersangka Baru di Kasus Timah”



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Memuat Berita lainnya ....
Solopos Stories