SOLOPOS.COM - Masjid Saka Tunggal Banyumas (Instagram/@meotelpurwokerto)

Solopos.com, PURWOKERTO — Kira-kira siapa pendiri Masjid Saka Tunggal yang dipercaya sebagai masjid tertua di Indonesia?

Masjid Saka Tunggal yang berlokasi di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, Jawa Tengah, ini dibangun pada 1288 M, sebelum era penyebaran Islam oleh Wali Songo. Bahkan, masjid ini dipercaya sudah ada sebelum Kerajaan Majapahit yang berdiri pada 1294 M.

Promosi BRI Perkuat Kolaborasi Strategis dengan Microsoft Dorong Inklusi Keuangan

Meski berusia tua, Masjid Saka Tunggal ini tetap berdiri kokoh di tengah pedesaan. Pasalnya, sejak 1965, masjid ini telah mengalami dua kali pemugaran tanpa mengubah arsitektur masjid. Kayu yang disebut saka di tengah masjid juga masih berdiri kokoh.

Baca Juga:  Apakah Menelan Ludah Bisa Bikin Batal Puasa? Begini Hukumnya!

Lalu, siapa kira-kira pendiri Masjid Saka Tunggal, masjid tertua di Indonesia ini?

Berdasarkan informasi dari Duniamasjid.islamic-center.or.id, adanya masjid ini tak bisa terlepas dengan sosok tokoh penyebar Islam di Cikakak, yakni Mbah Mustolih.

Baca Juga:  Lebih Irit Mana Listrik Prabayar Pulsa atau Pascabayar?

Dahulu, Mbah Mustolih hidup di era Kasultanan Mataram Kuno. Sehingga banyak unsur Kejawen yang muncul di masjid ini. Diceritakan pada situs tersebut, dalam melakukan syiar Islam, Mbah Mustolih memang menjadikan Cikakak sebagai markasnya.

Hal ini ditandai dengan pembangunan Masjid Saka Tunggal yang bersejarah ini sehingga dikenal sebagai masjid tertua di Indonesia.

Baca Juga:  Hukum Potong Kuku saat Puasa Ramadan, Boleh Enggak ya?

Makam Mbah Mustolih sendiri berada tak jauh dari Masjid Saka Tunggal.

Keunikan Masjid Saka Tunggal

Masjid Saka Tunggal juga memiliki tradisi yang unik, yakni zikir dengan lantunan kidung Jawa.

Khusus pada Jumat, akan ada zikir dan selawat yang bernada seperti melantunkan kidung Jawa. Lantunan zikir antara Jawa dan Arab ini disebut dengan ura-ura. Khutbah salat Jumat juga disampaikan seperti sebuah kidung. Dalam KBBI kidung, diartikan sebagai syair yang dinyanyikan.

Baca Juga:  Rekomendasi Tempat Ngabuburit Terbaru di Solo, Yakin Gak Mau ke Sini?

Ada yang unik lagi dari masjid tertua di Indonesia ini. Muazin masjid ini tidak menggunakan peci layaknya umat muslim lainnya. Mereka menggunakan udeng atau pengikat kepala saat bertugas.

Di masjid terdapat ritual yang sering dilakukan oleh seluruh warga Desa Cikakak, yaitu Ritual Jaro Rajapine. Ritual ini mengganti pagar bumbu keliling Masjid Saka Tunggal yang digelar pada bulan ajab. Saat membuat pagar, ada beberapa pantangan yang harus ditaati, di antaranya: warga dilarang berbicara dengan suara keras dan tidak boleh menggunakan alas kaki.

Baca Juga:  Salat Tarawih 8 atau 20 Rakaat, Mana yang Lebih Afdal?

Tradisi Ganti Jaro Rajab ini bagi warga di sini adalah untuk memupuk kebersamaan dan dipercaya bisa menghilangkan sifat jahat dari diri manusia. Ritual ganti Jaro ini kemudian diakhiri dengan prosesi arak arakan 5 gulungan yang berisi nasi tumpeng yang kemudian diperebutkan warga karena dipercaya bisa memberikan berkah.

Sejak 1965, masjid tertua di Indonesia ini telah mengalami dua kali pemugaran tanpa mengubah arsitektur masjid. Kayu yang disebut saka di tengah masjid juga masih berdiri kokoh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya