SOLOPOS.COM - Kabut asap menyelimuti kawasan Bengkong, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (10/9/2019). (Antara-M.N. Kanwa)

Solopos.com, BATAM — Para ibu hamil dan bayi di wilayah Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, diminta tidak keluar rumah untuk sementara waktu agar terhindar dari kabut asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“Ibu hamil dan anak bayi sebaiknya tidak keluar dulu. Memang hari ini kualitas udara masih sedang, tapi sebaiknya hindari keluar rumah,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Kepulauan Riau, Didi Kusmarjadi, di Batam, Senin (23/9/2019).

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Dia menjelaskan berdasarkan data Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BPTKLPP) Kelas I Batam, kualitas udara di Batam pada Senin, masih dalam kategori sedang.

Meski begitu, menurut Didi ibu hamil dan bayi tetap tidak dianjurkan ke luar rumah. Sedangkan anak sekolah tingkat TK hingga SMP dianjurkan untuk mengenakan masker serta mengurangi kegiatan di luar ruangan.

“Kategori tidak sehat, di atas 100 juga masih sekolah. Jika mengacu pada Permen LHK [Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan], ISPU [Indeks Standar Pencemaran Udara] di atas 200 baru anak TK, SD, SMP, diliburkan,” jelas dia.

Sementara pelajar setingkat SMA dan mahasiswa diliburkan bila ISPU mencapai angka 300, atau kualitas udara memasuki kategori berbahaya.

Didi Kusmarjadi menambahkan kabut asap dapat menyebabkan iritasi lokal pada mata, selaput lendir di hidung, mulut, dan tenggorokan.

Paparan kabut asap juga bisa menyebabkan reaksi alergi, peradangan, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), hingga pneumonia atau radang paru.

“Kabut asap bisa menyebabkan kita sulit bernafas, batuk, merusak paru-paru,” kata dia.

Sementara itu, ia memperkirakan penderita ISPA di Batam meningkat hingga dua kali lipat hari-hari normal.

“Kemarin kami baru cek satu Puskesmas. Dari data internal mereka saja ada kenaikan dua kali lipat,” lanjut Didi.

Sepanjang Agustus tercatat 200 penderita. Sedangkan pada September, baru berjalan setengah bulan (tanggal 1 hingga 14) sudah tercatat angka yang sama.

“Jadi diperkirakan bisa 300 sampai 400 penderita sampai akhir bulan,” ujar Didi Kusmarjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya