SOLOPOS.COM - Ryan Jombang (kiri), Kalapas Gunung Sindur (tengah), dan Habib Bahar bin Smith (Foto: dok. Humas Ditjenpas Kemenkumham)

Solopos.com, SUKOHARJO — Pengungkapan kasus mutilasi di Sukoharjo dengan korbannya, Rohmadi, 50, warga Keprabon, Solo menambah panjang daftar kasus pembunuhan sadis di Tanah Air.

Rohmadi diduga dibunuh oleh rekan kerjanya, Suyono, 50, karena dipicu dendam dan ingin menguasai kendaraan bermotor milik korban.

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi, yang memimpin gelar kasus mutilasi di Mapolres Sukoharjo, Selasa (30/5/2023), sempat mengungkap adanya cinta segitita antara korban dan pelaku dalam kasus mutilasi tersebut.

Namun pengusutan lebih lanjut tentang dugaan cinta segitiga itu masih dalam proses.

Berdasarkan dokumentasi Solopos.com, ada sejumlah kasus mutilasi yang menggegerkan dunia sejak tahun 1930-an.

Dari sejumlah kasus tersebut, mutilasi yang dilakukan Ryan Jombang pada tahun 2008 silam masuk kategori paling sadis.

Berikut dokumentasi Solopos.com yang diurai kembali, Selasa (30/5/2023):

1. Ryan Jombang

Publik Tanah Air tidak akan asing dengan nama Ryan Jombang atau yang bernama asli Very Idham Henyanysyah.

Ryan Jombang divonis mati setelah terbukti membunuh 11 orang di Jakarta dan Jombang pada 2006 hingga 2008.

Beberapa korban pembunuhan Ryan Jombang dimutilasi.

Motif tindakan sadis Ryan Jombang adalah faktor ekonomi dan cemburu cinta sejenis.

Belakangan terungkap, aksi keji Ryan Jombang juga dipicu trauma masa kecil.

Ia kerap menjadi korban kekerasan ibunya. Kebencian terhadap sang ibu itu lantas disalurkan Ryan dengan membunuh orang-orang yang mengecewakan dirinya.

Ryan Jombang divonis mati pada oleh Majelis Hakim PN Depok, Jawa Barat dalam sidang putusan pada Senin 6 April 2009.

Meski divonis mati hingga kini ia belum menjalani eksekusi.

Namanya sempat kembali viral setelah terlibat kasus dengan Habib Bahar bin Smith di LP Gunung Sindur, Jawa Barat pada bulan Agustus 2021.

Mukanya terlihat lebam akibat dipukuli Habib Bahar.

Persoalan keduanya terkait utang piutang. Namun kasus tersebut berakhir damai.

2. Granny the Ripper

Seorang nenek asal Rusia, Tamara Samsonova, divonis mati karena menjadi pelaku pembunuhan berantai.

Tak main-main, aksi sadisnya berlangsung selama 15 tahun sebelum akhirnya terungkap ke publik.

Salah satu korban pembunuhan Tamara, yang dijuluki Granny Ripper dan Baba Yaga adalah Valentina Ulanova, teman satu unit di apartemen.

Pemicu pembunuhan itu disebut sangat sepele, cangkir yang belum dicuci di wastafel.

Karena kesal, Tamara meracuni Valentina dengan obat penenang sebelum akhirnya melakukan mutilasi.

Tamara yang berusia 68 tahun ketika ditangkap, dikaitkan dengan 12 kasus pembunuhan lain di St. Petersburg.

Semua korbannya dimutilasi dan ditinggalkan begitu saja di taman-taman sekitar St. Petersburg.

Detektif mengungkapkan Tamara kemungkinan memasak dan memakan sejumlah bagian tubuh dari korbannya.

Sebuah laporan pengadilan juga menemukan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan psikiatri forensic, Tamara menderita penyakit mental kronis yakni skizofrenia paranoid.

Pada akhir persidangan pada Desember 2015, Tamara diputuskan harus menjalani perawatan psikoterapi di rumah sakit khusus di Kazan.

3. Tsutomu Miyazaki

Seorang warga Jepang, Tsutomu Miyazaki, divonis mati akibat memutilasi sedikitnya lima orang pada periode 1988-1989.

Tragisnya, seluruh korban adalah anak-anak.

Korban pertama Miyazaki terungkap dibunuh pada 22 Agustus 1988, hanya satu hari setelah ulang tahunnya.

Tsutomu Miyazaki menculik seorang anak perempuan bernama Mari Konno dan membawanya ke sebuah hutan.

Korban dicekik Tsutomu di dalam mobil lalu memutilasinya.



Tsutomu Miyazaki (dua dari kanan) dieksekusi pada 17 Juni 2008 dengan cara digantung. (Istimewa)

Terungkap, Tsutomu menargetkan anak perempuan berusia antara empat hingga tujuh tahun.

Dia berkeliling di Prefektur Saitama dan Tokyo, menculik anak perempuan yang terlihat cocok, memanipulasinya atau memaksanya masuk ke dalam kendaraan untuk kemudian dibawa lokasi terpencil, dibunuh dengan cara dicekik, dan kemudian dimutilasi.

Setelah membunuh korban Tsutomu melakukan tindakan nekrofilia atau perilaku seksual terhadap mayat.

Tsutomu menyimpan pakaian dan bagian tubuh korbannya bak piala di lemarinya.

Uniknya, Tsutomu seperti ingin meninggalkan jejak setiap kali melakukan aksi.

Ia melakukan panggilan telepon diam-diam ke keluarga korbannya.

Beberapa keluarga menerima kartu pos dengan potongan surat dari majalah untuk membentuk kata-kata samar terkait pembunuhan anggota keluarga mereka.

Sejak aksi pertamanya pada 1988 dan korban terakhirnya pada 1989.

Pria sadis ini tertangkap pada Juli 1989 saat mencoba menculik seorang anak perempuan.



Satu dari dua anak yang didekati Miyazaki berlari pulang dan melapor kepada orang tuanya.

Miyazaki pun dikejar dan ditangkap. Ia akhirnya dieksekusi pada 17 Juni 2008 dengan cara digantung.

4. Pembunuhan di Cleveland

Kasus pembunuhan dengan mutilasi yang disebut-sebut paling awal terdokumentasi terjadi pada tahun 1938 di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat.

Terungkap aksi mutilasi itu terjadi dari tahun 1935-1938 dengan jumlah korban sedikitnya 12 orang.

Jumlah ini didasarkan pada penemuan 12 mayat yang dibuang di daerah Kingsbury Run sepanjang tiga tahun tersebut.

Korban yang ditemukan terdiri atas tujuh laki-laki dan lima perempuan.

Sebagian besar dari para korban merupakan gelandangan dan pelacur.

Jasad-jasad tersebut ditemukan tanpa kepala, sementara yang lainnya ditemukan tanpa sejumlah anggota badan.

Ini merupakan kejahatan paling mengerikan dalam sejarah Cleveland.



Pihak berwenang menginterogasi sekitar 9.100 orang selama penyelidikan untuk menemukan pelaku pembunuhan.

Kasus tersebut pun menjadi penyelidikan terbesar dalam sejarah Cleveland.

Namun hingga kini pembunuh berantai ini dikenal dengan nama The Cleveland Torso Murderer (Pembunuh Batang Tubuh dari Cleveland) itu tidak pernah terungkap.

Polisi memang menangkap Francis Sweeney, seorang mantan prajurit medis pada era Perang Dunia I yang bertanggung jawab untuk mengamputasi para prajurit di lapangan.

Kecurigaan mengarah pada Sweeney yang belakangan diketahui menderita gangguan jiwa parah.

Namun ia tidak pernah bisa dibuktikan sebagai pembunuh.

Menariknya, setelah Sweeney ditangkap dan dimasukkan ke rumah sakit jiwa, kasus pembunuhan berantai itu berhenti pada tahun 1939.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya