SOLOPOS.COM - Rumah-rumah mewah berlantai dua di Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Foto diambil Sabtu (4/6/2022). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Satu desa di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah ini mendapat julukan kampung miliarder, tepatnya Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto.

Apa penyebabnya? Salah satunya karena banyak rumah mewah di Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto. Solopos.com berkesempatan menyusuri kampung miliarder tersebut belum lama ini.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Meski jauh dari perkotaan, rumah-rumah di Desa Bubakan ini berdiri megah dan mewah. Model bangunan rumah di Desa Bubakan tidak kalah dengan rumah-rumah di kawasan perkotaan.

Tidak sedikit rumah-rumah di Desa Bubakan Wonogiri ini berlantai dua. Padahal, tanah di desa tersebut terbilang tidak rata atau seperti lahan di area pegunungan.

Uniknya, deretan rumah mewah di Bubakan Wonogiri dipadukan dengan kontur tanah menyerupai area pegunungan itu malah membuat kawasan tersebut tampak indah ketika dipandang dari area yang lebih rendah.

Baca Juga : Wow, di Jatipuro-Jatiyoso Muncul Rumah-Rumah Mewah, Milik Siapa?

Kala itu suasana kampung sepi. Tidak banyak warga masyarakat beraktivitas di luar rumah. Desa yang terletak di selatan Gunung Lawu itu mempunyai udara sejuk dan segar.

Di atas desa tersebut, lebih kurang 10 menit dari permukiman, terdapat wisata air yang dinamakan Bendungan Candi Muncar.

Kepala Desa Bubakan, Maryanto, mengatakan julukan kampung miliarder bagi desanya merupakan hal berlebihan. Tetapi, dia mengaku banyak rumah yang berdiri mewah berlantai dua. Tetapi, tetap ada rumah-rumah layaknya rumah di perdesaan pada umumnya.

kampung miliarder wonogiri
Rumah-rumah mewah berlantai dua di Desa Bubakan, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Foto diambil Sabtu (4/6/2022). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Milik Perantau

Rumah-rumah mewah tersebut, kata dia, dimiliki para perantau. Mayoritas warga Desa Bubakan merantau ke kota-kota besar di Indonesia. Di Pulau Jawa, mereka merantau ke Jakarta, Bandung, atau kota besar lainnya. Sementara, di luar Pulau Jawa, mereka merantau ke kota-kota besar di Sumatera dan Kalimantan.

Baca Juga : Warga Satu Dusun di Ngadirojo Wonogiri Turun Temurun Menganyam Bambu

“Mereka para perantau banyak yang bekerja sebagai pedagang. Biasanya perantau laki-laki berdagang bakso. Perantau perempuan berdagang jamu. Penduduk yang merantau 60 persen dari total penduduk 5.000 orang,” Kata Marwanto saat dihubungi Solopos.com, Selasa (21/6/2022).

Menurut dia, perantau membangun rumah mewah karena terinspirasi dari rumah-rumah di kota. Mereka ingin membangun rumah modern seperti rumah di kota sekaligus sebagai simbol kesuksesan.



“Meski pemilik rumah-rumah tersebut banyak yang merantau, tapi rumah-rumah itu tidak kosong. Biasanya ditempati anak atau saudara. Anak-anak mereka yang bersekolah di sini tetap tinggal di rumah,” jelas dia.

Selain merantau, masyarakat Desa Bubakan banyak yang bekerja sebagai petani di ladang. Lokasi ladang tak jauh dari permukiman. Produk pertanian berupa sayuran, hortikultura, jagung, dan tembakau.

Salah seorang warga, Sarno, menuturkan hal serupa. Meski banyak rumah mewah, tidak sedikit rumah yang tergolong biasa. Masih ada bangunan rumah yang terbuat dari kayu atau anyaman bambu.

Baca Juga : Darurat Sinyal, 20 Desa di Wonogiri Masuk Kategori Susah Sinyal Parah

“Tidak semua begitu. Ada rumah-rumah yang masih enggak mewah. Apalagi di sebelah timur,” kata Sarno saat ditemui Solopos.com di lokasi wisata Bendungan Candi Muncar belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng

MUI: Program Makan Siang Gratis Terobosan Menuju Indonesia Emas 2045

MUI: Program Makan Siang Gratis Terobosan Menuju Indonesia Emas 2045
author
Newswire , 
Chelin Indra Sushmita Jumat, 26 April 2024 - 16:49 WIB
share
SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kiai Haji Marsudi Syuhud menilai program makan siang dan susu gratis merupakan terobosan untuk menciptakan generasi Indonesia Emas 2045 lantaran merupakan penunjang kesenjangan sosial.

Menurut dia, kesejahteraan masyarakat harus dibangun dengan hadirnya negara dalam usaha meningkatkan kualitas hidup sosial. Salah satunya melalui makan siang dan susu gratis, yang sering disalahartikan oleh para kritikus sebagai program pemborosan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Para kritikus seharusnya melihat realitas kehidupan masyarakat bahwa kesenjangan sosial memerlukan terobosan yang ready to serve, bukan sekadar ready to act,” ujar Marsudi dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (26/4/2024).

Oleh sebab itu dia berharap menjaga ketersediaan gizi bagi anak-anak sekolah hingga anak-anak muda menjadi budaya atau kebiasaan masyarakat ke depannya karena mereka merupakan tumpuan dan lini terdepan dalam pembangunan kualitas manusia Indonesia.

Koran Solopos

Anak-anak muda atau Gen Z, kata Marsudi, menempati jumlah populasi terbesar dari kelompok umur yang akan menentukan masa depan Indonesia ke depan.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025—2045, delapan misi menuju Indonesia Emas menempatkan anak-anak muda bukan hanya sebagai objek, melainkan juga subjek pembangunan sehingga harus diiringi dengan kualitas bibit unggul.

Dengan demikian, kata dia, anak-anak Indonesia yang saat ini baru lahir atau sedang berada pada usia pendidikan awal harus diusahakan kecukupan gizinya agar mampu menjadi generasi unggul.

Emagazine Solopos

“Agar mereka menjadi role player of the game, merekalah pemain inti dalam Indonesia Emas 2045,” ucap pengasuh Pesantren Ekonomi Darul Uchwah tersebut.

Maka dari itu, dia menuturkan bahwa Indonesia beruntung karena pasangan calon presiden dan wakil presiden RI terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mempunyai visi dan misi dalam kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat sebagai prioritas pembangunan.

Hal tersebut, menurut Marsudi, merupakan sebuah program welfare state development (pembangunan kesejahteraan negara) yang menempatkan warga negara sebagai kekuatan sosial sesuai amanat Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Interaktif Solopos

Selain kecukupan gizi, lanjut dia, persoalan lain yang tak kalah penting adalah infrastruktur penunjang dalam pembelajaran lantaran sekolah bukan sekadar proses datang pagi dan pulang siang.

Sejak anak hendak berangkat dan dalam perjalanan, dia menyebutkan infrastruktur, baik fisik maupun sosial, seperti hadirnya keamanan dan ketertiban yang menjadi penting.

“Ketika bersekolah, bukan sekadar menerima ilmu saja, melainkan pembangunan kualitas sumber daya manusia diciptakan melalui pendidikan akhlak dan sosial, yang belakangan sejak era reformasi ini mulai kurang,” tutur Marsudi.



Oleh karena itu, dia menilai Pancasila sebagai pedoman bangsa harus menjadi garis batas sosial pembentukan perilaku Generasi Emas 2045.

Dalam hal tersebut, dia berpendapat bahwa perilaku masyarakat juga perlu mendapat perhatian khusus untuk melakukan lompatan pembangunan itu sehingga perlu dibuatkan pedoman sosial bermasyarakat agar Indonesia tetap menjadi negara santun dengan semangat gotong royong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Dalami Kasus Duel Maut Tukang Angon Bebek, Polres Klaten Minta Keterangan Ahli

Dalami Kasus Duel Maut Tukang Angon Bebek, Polres Klaten Minta Keterangan Ahli
author
Suharsih Jumat, 26 April 2024 - 16:45 WIB
share
SOLOPOS.COM - Polres Klaten menggelar konferensi pers terkait kasus duel maut di Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan, Rabu (28/3/2024). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Tim Satreskrim Polres Klaten terus mendalami kasus duel maut antartukang angon bebek di Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan. Polisi sampai meminta keterangan ahli hukum untuk memastikan ada atau tidak unsur membela diri dari pelaku.

“Untuk pemberkasan [dual tukang angon] bebek, kami meminta pendapat ahli pidana. Belum pelimpahan berkas ke Kejaksaan,” kata Kasatreskrim Polres Klaten, AKP Yulianus Dica Ariseno Adi, kepada Solopos.com, Jumat (26/4/2024).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kanit III Satreskrim Polres Klaten, Iptu Hidayat Seno Harjanto, menjelaskan permintaan keterangan dari ahli hukum pidana itu untuk mendalami unsur membela diri sesuai Pasal 49 ayat (2) KUHP.

“Kami masih mendalami di unsur Pasal 49 ayat (2). Karena kalau melihat dari fakta yang tersaji waktu rekonstruksi, ternyata berbeda dengan yang diviralkan. Untuk yang diviralkan itu ada kata-kata dikeroyok. Sementara tidak terjadi pengeroyokan,” kata Seno.

Koran Solopos

Selain itu, Seno menjelaskan dari hasil rekonstruksi, polisi bersama jaksa melihat justru tersangka yang aktif memukul. “Sampai saat kondisi si korban sudah jatuh, [tersangka] masih aktif melakukan pemukulan,” jelas Seno.

Oleh karena itu, lanjut Seno, penyidik tidak bisa terlalu dini menyatakan tersangka melakukan daya paksa relatif seperti halnya yang dimaksud dalam Pasal 49 KUHP. “Oleh karena itu, kami meminta keterangan ahli dari UNS [Universitas Sebelas Maret],” kata Seno.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang warga Desa Trunuh, Kecamatan Klaten Selatan, Klaten, berinisial W, 47, meninggal dunia setelah berkelahi dengan seorang warga Desa Jetis, Kecamatan Klaten Selatan, berinisial T, 35, di tepi jalan wilayah Desa Jetis, Selasa (19/3/2024) siang.

Emagazine Solopos

Persoalan Lokasi Angon Bebek

Diduga, perkelahian itu bermula dari persoalan lokasi angon bebek di area persawahan wilayah Klaten itu. Pelaku berinisial T, saat itu, mengaku sebelum-sebelumnya tak ada masalah antara dia dengan korban maupun adiknya.

T menjelaskan sebelum kejadian dia sedang angon bebek di area persawahan. Tiba-tiba, S yang merupakan adik korban datang ngomel-ngomel. T mengaku tak menanggapi omelan tersebut. Tiba-tiba S memukul dan T balik memukul.

“Dia jatuh kemudian saya pukul lagi. Terus dia pulang ke rumah manggil kakaknya [berinisial W]. Datang tiba-tiba, ambil potongan kayu, mukul saya, saya tangkis. Kena kepala saya belakang sedikit. Kemudian saya refleks saja tonjok pakai tangan kiri, kemudian jatuh, mau berdiri saya tonjok lagi, mau berdiri tonjok lagi sampai tiga kali,” kata T saat digelar pers rilis di Polres Klaten, Rabu (27/3/2024).

Interaktif Solopos

Kemudian datang warga merelai antara T dan W. T lalu pulang ke rumahnya. Dia juga menjelaskan selama ini tak pernah ribut dengan sesama orang yang angon bebek. Begitu pula dengan S maupun W. Dia mengaku sebelumnya tidak ada masalah.

“Hanya kemarin saja dia itu mabuk, ngomel-ngomel terus mukul saya dan saya refleks saja balas pukul. Iya kata-kata warga di desa itu dia kalau mabuk resek. Warga-warga pada diganggu,” jelas dia.

T menyesali perbuatannya. Dia tak menyangka tiga pukulannya berakibat fatal membuat korban meninggal dunia. Wakapolres Klaten, Kompol Tri Wakhyuni, mengatakan tersangka dijerat Pasal 351 ayat (3) KUHP.



“Modus operandi yang dilakukan pelaku yakni memukul menggunakan tangan kosong,” kata Wakapolres Klaten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.

Kontrasepsi Suntik Menjadi Favorit Akseptor KB di Solo, Ini Alasannya

Kontrasepsi Suntik Menjadi Favorit Akseptor KB di Solo, Ini Alasannya
author
Ahmad Mufid Aryono Jumat, 26 April 2024 - 16:43 WIB
share
SOLOPOS.COM - Ilustrasi jenis-jenis alat kontrasepsi. (Shutterstock)

Solopos.com, SOLO–Mayoritas pasangan usia subur di Solo memilih menggunakan kontrasepsi metode suntik. Berdasarkan data Kota Surakarta Dalam Angka Tahun 2024 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Solo menyebutkan kontrasepsi dengan metode suntik sebanyak 38.261 orang.

Di bawahnya ada kontrasepsi dengan metode kondom sebanyak 9.642 orang, selanjutnya metode operasi wanita (MOW) atau tubektomi sebanyak 3.290 orang.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Sementara itu, Pasar Kliwon menjadi kecamatan dengan pengguna kontrasepsi metode suntik tertinggi, yakni sebanyak 25.215 orang, diikuti oleh Kecamatan Banjarsari sebanyak 4.853 orang.

Mengutip laman yankes.kemkes.go.id yang diakses Jumat (26/4/2024), kontrasepsi metode suntik merupakan salah satu metode pencegah kehamilan dengan cara menyuntikkan cairan hormon progesteron secara periodik kepada perempuan. Setelah disuntikkan, cairan tersebut akan masuk ke pembuluh darah dan diserap tubuh guna mencegah kehamilan.

Koran Solopos

Dokter Spesialis Kandungan RS Kasih Ibu Solo, Ira Syahriarti E, menyampaikan sebab metode suntik menjadi pilihan sebagian besar orang karena alasan biaya yang murah dan kepraktisan.

“Jadi sebenarnya [alasan memilih suntik] bukan dari segi kesehatan, tetapi dari segi murah dan praktis. Kalau segi kesehatan, metode suntik itu setara dengan metode lainnya,” jelas dr. Ira saat dihubungi Solopos.com beberapa waktu lalu. Kendati demikian, lanjut dr. Ira, bahwa metode suntik tetap memiliki kelebihan dan kekurangan.

Berikut kelebihan dari kontrasepsi metode suntik:

Emagazine Solopos

1. Harga lebih murah.
2. Praktis dan tidak memerlukan tenaga terampil maupun terlatih (bisa dilakukan oleh semua tenaga kesehatan atau nakes).
3. Saat haid tidak sakit. Haid cenderung sedikit bahkan tidak haid.

Sementara kekurangan metode suntik:

1. Harus rutin dan berkelanjutan (misal suntik satu bulan, maka bulan depan harus suntik kembali).
2. Menaikkan berat badan, karwna terjadi retensi cairan (terutama suntik yang tiga bulanan).
3. Dilarang bagi penderita hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, serta penyakit ginjal.
4. Adanya gangguan haid, misal flek-flek yang lama terutama pada suntik tiga bulanan.
5. Memunculkan flek atau noda kehitaman di wajah pada beberapa perempuan yang menggunakan metode suntik.

Interaktif Solopos

Untuk kemangkusan atau manjur, menurut dr. Ira, metode suntik memiliki nilai tinggi dalam mencegah kehamilan dibandingkan dengan metode lainnya.

“Dengan catatan si akseptor atau pengguna metode tersebut rutin datang [melakukan suntik ulang] pada tanggal yang telah ditentukan oleh nakes,” kata dia.

Karena kegagalan metode suntik sering terjadi karena pengguna melanggar waktu yang telah ditetapkan itu.



“Akseptor datang mundur dari waktu yang sudah ditentukan. Selain itu, akseptor juga datang untuk suntik pertama ketika tidak sedang haid, akseptor datang suntik hanya saat akan berhubungan seksual dengan suami,” ungkap dia.

Untuk segi kesehatan, Ira menyarankan agar menggunakan kontrasepsi metode intrauterine device (IUD) atau spiral dan metode steril, baik tubektomi atau vasektomi.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Solo, Purwanti, menyampaikan bahwa penggunaan kontrasepsi metode suntik memiliki dampak terhadap perempuan.

“Secara produktivitas kinerja memang tidak begitu kentara. Namun, terhadap kesehatan akseptor akan terlihat dampak dari suntik itu, seperti siklus reproduksi, siklus menstruasi, dan dalam jangka panjang akan berdampak pada berat badan dan tekanan darah,” jelas Purwanti saat dihubungi Solopos.com, Jumat (26/4/2024).

Ia juga menyoroti tingginya angka kontrasepsi metode suntik itu salah satu indikator bahwa perempuan adalah akseptor tertinggi dalam hal kontrasepsi. Padahal, lanjut dia, laki-laki juga bisa ambil andil dalam hal kontrasepsi.

Saat ditanya, apa penyebab dari tinggi angka perempuan dalam hal kontrasepsi, “Harus kita akui bahwa Indonesia secara umum masih patriarki. Selain itu, masih ada mitos-mitos lama yang dipercaya hingga sekarang, seperti laki-laki akan berkurang kejantanannya jika melakukan vasektomi,” jelas dia.

Purwanti juga menjelaskan bahwa pihaknya di Solo telah menggelar beberapa program guna edukasi kontrasepsi bagi laki-laki.

“Kami sudah menggelar semacam sosialisasi yang ditujukan ke petugas linmas, RT dan RW, serta lainnya di tingkat kecamatan. Sasarannya laki-laki dan itu telah berlangsung beberapa tahun belakangan ini. Bahkan, kami beri reward uang senilai Rp1 juta bagi laki-laki yang bersedia di vasektomi,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Memuat Berita lainnya ....
Solopos Stories