SOLOPOS.COM - Temik, salah satu perajin anyaman bambu di Dusun Sumber, Desa Gedong, Kecamatan Ngadirojo, sedang menyeseti bambu sebelum dianyam, Senin (21/2/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI—Sebanyak 50 keluarga di Dusun Sumber, Desa Gedong, Kecamatan Ngadirojo, Wonogiri, memiliki mata pencaharian utama sebagai pengayam bambu.

Dusun Sumber menjadi satu-satunya tempat para perajin anyaman bambu di Desa Gedong. Uniknya, pohon bambu yang cocok dianyam justru tidak ditemukan di Dusun Sumber.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Bambu didatangkan dari pengepul di daerah lain seperti Kecamatan Girimarto. “Biasanya dari Kecamatan Girimarto yang banyak dan cocok. Setiap membeli saya memesan sekitar 50-60 batang bambu, setiap batangnya dihargai Rp12.000,” kata salah satu perajin anyaman bambu di Dusun Sumber, Sunar, 51, saat ditemui Solopos.com, Senin (21/2/2022).

Baca Juga: Suka Keripik Tempe Benguk? Yuk Intip Sentra Produksinya di Grobog Wonogiri

Tidak ada bambu yang cocok untuk dianyam, menurut Sunar, karena faktor tanah merah di Sumber. Tanah seperti itu lebih cocok untuk menanam palawija dan ketela.

Keluarga Sunar sendiri sering disebut sebagai perajin anyaman bambu di Dusun Sumber. Dia bersama istri, Temik, 42, dan keluarga lainnya setiap hari memproduksi anyaman bambu. Aktivitas itu mereka lakukan selain sebagai petani dan peternak.

Meski demikian, Sunar memilih kerajinan anyaman bambu sebagai pekerjaan utama. Alasannya, produksi anyaman bambu dilakukan setiap hari dan perputaran uangnya lebih cepat dibanding bertani dan bertenak.

Baca Juga: Begini Strategi Desa Kepuhsari Wonogiri Meregenerasi Perajin Wayang di Wilayahnya

Ia mencontohkan beberapa hari lalu telah menjual 30 anyaman bambu. Setelah anyaman bambu habis terjual, ia langsung memesan batang bambu lagi ke pengepul untuk diantarkan menuju rumahnya.

Hasil dari penjualan anyaman bambu, kata Sunar, cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. “Kadang-kadang, ada bambu yang sudah buruk keadaannya sehingga harus dibuang. Dan pastinya, tenaga yang dikeluarkan tak sebanding dengan keuntungan. Jadi ya, keuntungan menjadi penganyam bambu itu tipis,” ucap Sunar menceritakan suka dukanya menjadi perajin anyaman bambu.

Hasil kerajinan anyaman bambu itu dijual ke pedagang untuk dijual kembali. Biasanya, anyaman bambu diminati kalangan petani. Peminat semakin banyak saat musim panen.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya