SOLOPOS.COM - Kepala SD Djama'atul Ichwan Solo Ghufron Ghozali menjelaskan tentang sejarah Kentungan kepada Koordinator Tim Ekspedisi Pendidikan 2022 di sekolah setempat, Senin (7/2/2022). (Solopos/Tri Rahayu)

Banner Ekspedisi Pendidikan

Solopos.com, SOLO — SD Djama’atul Ichwan Solo menyimpan benda bersejarah, yaitu kentungan buatan tahun 1939 berbahan kayu jati tua. Selain itu SD yang cikal bakalnya berdiri pada 1920 itu juga masih menyimpan ukiran kaligrafi kayu jati buatan 1934. Dua peninggalan cagar budaya itu menjadi saksi bisu berdirinya sekolah yang berumur 100 abad pada 13 Februari 2022.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Dua benda bersejarah itu ditemukan Tim Ekspedisi Pendidikan 2022 saat berkunjung ke SD Djama’atul Ichwan Solo di Jl. Agus Salim Sondakan, Laweyan, Solo, Senin (7/2/2022). Kentungan itu dulunya diletakkan di Musala yang berada di lantai II gedung lama yang sekarang menjadi Gedung SD tersebut.

Kepala SD Djama’atul Ichwan Solo Ghufron Ghozali saat berbincang dengan Tim Ekspedisi Pendidikan 2022, Senin siang, menjelaskan pada tulisan kaligrafi itu ada tanda 1353 Hijriyah atau sama dengan 1934 Masehi. Kemudian pada kentungan, ada tulisan 15-10-1939. Dia menerangkan kondisi kentungan sekarang sudah dipelitur dan menjadi pajangan di depan kantor sekolah.

Baca juga: Sinergi dengan Media Massa, Siarkan Inovasi Pendidikan kepada Publik

“Kalau yang masuk cagar budaya ya kentungan itu dan kaligrafi ayat Alquran dan Alhadis. Dulu gedungnya dulu dua lantai, yang bawah untuk pamulangan dan yang atas untuk Musala. Kentungan itu dulu di depan musala itu. Dulu ada corong juga yang digunakan untuk azan. Kalau azan itu kepala dikeluarkan lewat jendela kemudian azan lewat corong itu,” ujar Ghufron yang juga alumnus SD Djama’atul Ichwan Solo.

Dia mengatakan dulu kalau mau azan itu harus berebut corong itu. Padahal jendela itu arahnya ke makam. Sekarang makam itu menjadi bangunan rumah.

Ghufron melanjutkan SD ini sebelumnya berupa madrasah dan saat itu setiap lulusan memiliki dua ijazah karena menginduk ke Kementerian Agama (Kemenag) yang dulu masih disebut Departemen Agama (Depag) dan juga menginduk ke Dinas Pendidikan.

Baca juga: Ekspedisi Pendidikan 2022: Memotret Inovasi di Tengah Badai Pandemi

“Saya dulu termasuk lulusan dengan dua ijazah itu. Dua ijazah itu berlaku pada tahun 1980-1997. Sebelum 1980 itu belum tahu statusnya. Apa mungkin masih pamulangan. Nah, untuk corong azan itu juga masih kami cari keberadaannya,” jelasnya.

Pegawai bagian Sarana dan Prasarana SD Djama’atul Ichwan Solo Achmad Rois Jazuli, 51, menambahkan kaligrafi itu disimpan di ruang penyimpanan dan masih bagus. Dia mengatakan kaligrafi itu bertuliskan potongan ayat 103 Ali Imron dari Alquran dan sebaliknya tulisan kaligrafi Alhadis tentang pentingnya menuntut ilmu.

Ekpedisi Pendidikan 2022 didukung oleh Epson, Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS), Universitas Terbuka (UT), Institut Sains dan Kesehatan (ITS) PKU Muhammadiyah, Yayasan Pendidikan Djamaatul Ikhwan, dan BMW Astra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya