SOLOPOS.COM - Pemilik Etnic K, Septy Khandimas, mengenakan karya seni yang dia olah dari limbah goni. (Istimewa/dok. Septy Khandimas).

Solopos.com, SOLO — Di tangan Septy Khandimas, limbah karung goni berhasil disulap menjadi aneka kerajinan yang bernilai seni tinggi hingga mampu menghasilkan pundi-pundi rupiah.

Ia mampu membuat limbah goni menjadi produk fesyen dan home decor yang diminati masyarakat. Mulai dari payung, sepatu, hingga tas yang berbahan dasar limbah goni.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Produknya yang unik dan eksklusif, rata-rata produk Septy dibanderol dengan harga mulai ratusan ribu rupiah.

Misalnya, untuk payung dengan diameter 30 sentimeter, dibanderol dengan harga Rp300.000, kemudian untuk payung berdiameter 50 sentimeter dijual dengan harga Rp500.0000.

Sedangkan untuk diameter satu meter dijual dengan harga Rp1 juta. Sementara itu untuk tas Septy menjual dengan harga mulai Rp200.000-an.

“Produk best seller kami ada di fesyen, yang sepatu itu karena pembuatannya agak detail dan berbahan dasar goni jadi enggak semudah yang bahan lain, walaupun kami juga mix and match dengan kulit ecoprint,” ujar Septy saat dihubungi Solopos.com Minggu (2/4/2023).

Septy memulai menekuni kerajinan limbah goni ini berawal dari ketidaksengajaan. Ia memulai membuat produk pertamanya, yaitu payung mulai 2019.

Waktu itu, ia tengah melintasi ruas jalan di sekitar Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo yang dikenal sebagai kawasan jual beli barang bekas.

Di perlintasan kereta api, sepeda motornya terpaksa berhenti untuk menunggu terlebih dahulu kereta yang melintas.

Kala itu, ia melihat penjual barang bekas dan muncul rasa iba terhadapnya. Kemudian Septy memutuskan untuk membeli limbah karung goni dengan harga Rp8.000 sebanyak sepuluh buah.

Ide untuk membuat kerajinan itu muncul setelah berbulan-bulan. Ia ditugaskan untuk membuat payung handmade yang akan diikutkan dalam ajang Festival Payung Indonesia (FPI) 2019.

Ia akhirnya memutuskan untuk membuat payung unik dari goni yang ia pernah ia beli sebelumnya.  Payung buatan Septy mendapat tanggapan positif dari panitia FPI 2019, bahkan payung dari goni yang dibuat dijadikan poster untuk festival berikutnya.

Septy menuturkan uniknya payung goni yang ia buat adalah berupa desain dan bentuk yang tak melulu lingkaran, ada bentuk-bentuk lain. Seperti bintang ataupun kotak.

Sedangkan untuk hiasan yang ia pilih juga beragam, misalnya daun kering, manik-manik, dan lain-lain. Dari FPI 2019, payung yang dibuatnya menjadi salah satu produk home decor.

Menyadari permintaan pasar yang beragam, Septy mulai mengembangkan aneka produk lain, misalnya tempat tisu, produk fesyen seperti tas, sepatu, dan baju, bahkan kebaya yang dipadukan dengan produk kulit, tenun, wastra, dan ecoprint.

Selain itu, Septy juga tengah memgembangkan produk goni dengan limbah kayu yang berupa kerajinan wall art.

Produk wearable yang dibuat oleh Septy diklaim tidak gatal, karena ia memberi treatment khusus agar goni tersebut menjadi lembut, misalnya dengan cara dibakar.

Kemampuan Septy membuat produk pakaian berbahan dasar goni ini membuat produknya laris manis dan banyak permintaan datang dari berbagai butik.

Bersama 38 Industri Kecil dan Menengah (IKM) lainnya, Etnic K turut serta dalam Industry Innovation Award (IIA) pada 31 Maret 2021 lalu.

Selain itu, ia juga lolos kurasi untuk Inacraft pada 2020, dengan hasil Etnic-K dinyatakan lolos untuk mengikuti pameran kerajinan terbesar senusantara itu.

Sayangnya, pandemi Covid-19 merebak sejak Maret 2020 membuat semua perhelatan ditunda. Selain itu, produk Etnic-K lolos untuk mengikuti pameran di side line G20 di Bali, November 2022.

“Yang tidak pernah lupa saya sebutkan adalah Solo Art Market. Saya mulai dikenal publik di Solo Art Market. Dari awal saya ikut itu mulai publish, mulai dikenal publik baik dari media, maupun stakeholders,” terang Septy yang juga Pendiri Kreator Artisan Solo Nyawiji (Kasaji).

Septy juga pernah mendapat tawaran untuk memasok suvenir Hotel Alila, Solo.

Produk yang apik dan rapi, serta berkontribusi pada lingkungan, membuat produk Etnic-k yang diproduksi dari daur ulang goni diminati Alila Solo.



Septy mengaku produknya termasuk dalam sustainable product, karena ia membuatnya dari limbah karung goni

Tawaran Alila ini membuat omzet Etnic-K bertumbuh lebih dari 100%. Septy juga bisa mempekerjakan pegawai, yang semuanya perempuan.

“Aktivitas terakhir kami adalah sedang on progress untuk [kurasi] agar bisa display reguler di Gramedia. Suatu perjuangan dan kebanggaan kalau misal produk goni ini bisa display di Gramedia, setelah kemarin terakhir kami bisa Alila dan Uniqlo Solo. Karena produk kami ini kan dari limbah, produk turunan,” ujar Septy.

Kurasi tersebut ia lakukan bersama 18 anggota Kasaji lainnya.

“Kami mencoba untuk sounding produk display reguler di Gramediam. Termasuk kami sudah negosiasi dengan pihak Gramedia, untuk bisa memenuhi pojok UMKM di Gramedia juga,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya