SOLOPOS.COM - Seorang pengendara motor melintasi jalan tanjakan di wilayah Dukuh Sawur, Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Sragen, Senin (28/2/2022). (Solopos.com/ Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Di Kabupaten Sragen ada sebuah wilayah yang pekerjaan warganya sebagai “dokter bedah” batu. Sebutan dokter bedah batu ini merupakan banyolan untuk orang yang sehari-hari bekerja memecah batu besar.

Wilayah tersebut bernama Sawur. Nama Sawur cukup familiar bagi warga Kabupaten Sragen dan Kabupaten Ngawi karena Sawur menjadi nama sungai yang menjadi batas wilayah dua kabupaten itu dan sekaligus menjadi batas Provinsi Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Nama Sawur ternyata juga ditemukan sebagai nama dukuh terpencil di pinggiran Kali Sawur yang terletak di wilayah Desa Sukorejo, Kecamatan Sambirejo, Sragen.

Baca Juga: Menengok Keunikan Tradisi Gendong Pengantin di Gemolong Sragen

Dukuh tersebut hanya terdapat 14 rumah. Topografi dukuh tersebut berbukit sehingga jalannya pun naik turun. Areal persawahan ditemukan di lembah atau di bantaran Kali Sawur dengan model sawah terasering.

Di sekelilingnya masih banyak ditemukan hutan lebat. Matapencaharian warga setempat hanya mengandalkan sektor pertanian, ternah, dan kadang buruh pecah batu atau warga setempat menyebut dengan bahasa banyolan “dokter bedah.” Artinya, tukang bedah batu.

Seorang warga paling tua di Dukuh Sawur, Mulyo Wiyono, 65, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (28/2/2022), menyampaikan Dukuh Sawur ini memang hanya ada 14 rumah.

Baca Juga: Unik, Ini Foto-Foto Prosesi Ritual Bopong Pengantin di Gemolong Sragen

Dia menerangkan secara administrasi masuk dalam RT 004 atau masih dalam satu RT dengan warga di Dukuh Karangjati yang jaraknya sekitar 1 km dari Dukuh Sawur.

“Dukuh ini berbatasan dengan wilayah Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jatim, di sebelah selatan, timur, dan utara. Sebelah barat berbatasan dengan Karangjati. Ya, dukuh ini berada di ujung timur dari wilayah Kecamatan Sambirejo. Listrik sudah masuk ke dukuh itu. Kebutuhan airnya dicukupi secara swadaya lewat program Pamsimas,” jelas Mulyo Wiyono yang juga petugas Pamsimas itu.

Secara historis, Mulyo tidak tahu persis asal usul nama Dukuh Sawur. Dia mengetahui nama Sawur lebih dikenal sebagai nama sungai.

Dia meyakini bila sungai dan dukuh itu lebih dulu sungainya. Dia menduga nama Sawur diambil dari nama Sungai Sawur karena lokasinya di pinggir Sungai Sawur.

Baca Juga: Dukuh Kutukan Sumberlawang Sragen Punya Tradisi Pengantin yang Unik

Mulyo mengaku merupakan generasi ketiga dari warga yang menghuni Dukuh Sawur kali pertama, yakni Mbah Karto Sentana. Dari Karto Sentana melahirkan Sumo Karyo yang juga bapaknya Mulyo Wiyono.

“Bagi warga Sawur itu sekarang yang pusing itu bagaimana mencari pendapatan. Kebutuhan ekonomi warga bikin pusing karena sulitnya mencari pekerjaan. Saya bersama anak-anak masih harus bekerja buruh panen untuk mencari pekerjaan karena tidak mendapat bantuan beras,” keluhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya