SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan seksual anak. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Semua orang tua tentu tidak ingin anaknya mengalami kekerasan atau pelecehan seksual. Untuk itu orang tua atau orang-orang terdekat harus memiliki perhatian lebih terhadap anak. Terlebih jika anak mengalami perubahan fisik maupun perubahan perilaku.

Psikolog Rumah Sakit (RS) JIH Solo, Arida Nuralita S.Psi., M.A. Psikolog, mengatakan ketika terjadi kekerasan seksual pada anak, biasanya akan ada dampak fisik yang dialami.

Beberapa ciri yang bisa diperhatikan, di antaranya munculnya rasa sakit pada kemaluan, ada bercak cairan atau darah di celana, kesulitan buang air kecil atau air besar, tidak nyaman duduk, hingga tidak nyaman jalan karena sakit.

Selain tanda-tanda fisik, ada pula perubahan perilaku yang bisa diamati. Misalnya saja ketika biasanya anak tersebut selalu riang tiba-tiba sering murung, gampang marah, takut bertemu orang, takut dengan lawan jenis hingga menarik diri dari lingkungan sosial, maka hal tersebut harus diwaspadai.

Tapi bisa juga terjadi perubahan yang sebaliknya. Misalnya anak tiba-tiba menjadi terlihat senang, tiba-tiba banyak barang-barang konsumtif yang dia miliki sementara orang tua tidak merasa membelikan.

“Orang tua harus curiga. Misal anak semakin trendi, makin centil dan sebagainya,” kata dia dalam acara Health Talk.
Ketika menemui kondisi tersebut, orang tua bisa melakukan pendekatan kepada anak. Dengan begitu bisa menanyakan secara baik-baik kegiatan apa saja yang dilakukan anak selama ini, berteman dengan siapa saja dan sebagainya.

“Tapi apapun yang diceritakan anak, tahan dulu jangan sampai [orang tua] marah dulu. Jangan sampai anak jadi tidak berani ngomong sama orang tua, karena takut dimarahi. Padahal di sini orang tua harus bisa memastikan anaknya baik-baik saja dalam pergaulannya, aktivitasnya saat di luar jangkauan orang tua,” lanjut dia.

Kalau ternyata anak berteman dengan orang yang lebih dewasa, tapi memberikan perhatian luar biasa, mau memberikan hadiah ke anak dengan alasan tidak jelas, menurutnya itu menjadi peringatan. Mungkin anak memang jadi terlihat senang karena mendapatkan perhatian. Tapi harus dipastikan apakah itu senang yang semu atau senang yang sehat.

Arida juga menyampaikan ketika menemukan tanda-tanda perubahan tersebut pada anak, orang-orang disekitar harus peka. Dia mengatakan anak tidak harus jadi tanggung jawab orang tua, tapi pengasuhannya juga jadi tanggung jawab orang-orang di sekitarnya. Baik nenek, kerabat, keluarga hingga tetangganya sekalipun.

Ketika melihat adanya perubahan, jika perubahan itu diketahui oleh orang yang bukan orang tuanya, maka orang tersebut bisa berdiskusi ke orang tua anak secara baik-baik. Paling tidak dengan memberikan pemahaman ke orang tua anak, jika ada perubahan pada anaknya.

Kemudian ketika memang sudah terjadi kekerasan seksual atau pelecehan seksual, maka orang-orang disekitar harus menjadi support system dari anak tersebut.

Rekomendasi
Berita Lainnya