SOLOPOS.COM - Pedagang Warung Pecel dan Lodeh Mak Nah yang terletak di Lidah Wetan, Surabaya, meladeni para pembeli, Sabtu (12/2/2022). (Tri Rahayu/Solopos)

Banner Ekspedisi Pendidikan

Solopos.com, SURABAYA — Di sela-sela tugas mengeksplorasi inovasi pendidikan, Tim Ekspedisi Pendidikan 2022 juga menjelajahi sejumlah kuliner di kota-kota yang disinggahi.

Promosi Direktur BRI Tinjau Operasional Layanan Libur Lebaran, Ini Hasilnya

Ekspedisi Pendidikan 2022 ini juga didukung oleh Epson, Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS), Universitas Terbuka (UT), Institut Sains dan Kesehatan (ITS) PKU Muhammadiyah, Yayasan Pendidikan Djamaatul Ikhwan, dan BMW Astra.

Saat berkeliling Kota Pahlawan, Jawa Timur, Sabtu (12/2/2022), Tim Ekspedisi Pendidikan 2022 menemukan warung bertema jadul, Warung Pecel dan Lodeh Kwali Mak Nah yang terletak di Jalan Manganti Lidah Wetan, Kecamatan Lakarsantri, Kota Surabaya.

Warung tersebut didirikan seorang pemandu wisata (tour guide) berbahasa Jerman Kemi Dunggio, 57, pada 2014. Gara-gara sepinya order jasa pemandu wisata berbahasa Jerman, Kemi mulai merintis kuliner jadul dengan menggunakan resep ibundanya, Mak Katinah, yang kini tinggal di Blitar.

Warung itu diberi nama Warung Jadoel Pecel Lodeh Kwali Mak Nah. Warung itu ramai dikunjungi orang yang mencari sarapan. Warung itu buka pukul 06.00 WIB dan tutup pukul 13.00 WIB karena menunya sudah habis.

Baca Juga:Tim Ekspedisi Pendidikan 2022 Jelajahi Inovasi ITS Surabaya

Harga menunya cukup murah padahal di dalam Kota Surabaya. Satu porsi pecel sayur itu hanya Rp8.000 dan lodeh kwali per porsi hanya Rp6.000. kalau ditambah lauk pauk tingga menyesuaikan harganya.

Kemi merupakan orang Gorontalo tetapi memiliki ibu, Katinah, asli Jawa. Ia menjadi pemandu wisata sejak 1988 dan sudah berkeliling hampir di seluruh Indonesia. Jogja menjadi rumah kedua bagi Kemi.

Ia sering jemput tamu Jogja, sering dipakai travel Jakarta, Toraja, Bali, dan seterusnya. ia membuk warung itu untuk istrinya Atik Dariyati saat memasuki masa pensiun sebagai pegawai.

“Saya sempat viral.di Indosiar dan SCTV karena saya beralih haluan dari tour guide menjadi pedagang pecel. Order pemandu wisata yang agak sepi kemudian mencoba buka kuliner. Ternyata ada pandemi sehingga periuk kami tidak terguling atau dapur masih bisa mengepul,” ujarnya saat berbincang dengan Tim Ekspedisi Pendidikan 2022, Sabtu siang.

Baca Juga: Ketika Tim Ekspedisi Pendidikan 2022 Berpacu dengan Waktu Mengejar Inovasi

Awalnya Kemi membuka warung dengan modal meja di pinggir jalan, tepatnya di depan rumah saudara. Masakannya dimasak di rumah yang terletak di Perumahan Lembar Harapan.

Kemudian pada 2016 mendapat kontrakan tak jauh dari lokasi awal dan masih di wilayah Lidah Wetan sampai sekarang.

Warung itu dilengkapi dengan pernik-pernik dan atribut tempo dulu, seperti wayang punokaawan, caping, siwur, dan seterusnya. Banyak pelanggan dari perumahan elite di kota itu dan ada pula yang pesan untuk dibawa pulang.

“Semua resep dari ibu mertua, pecel dan lodehnya sebenarnya khas Blitar karena ibu orang Blitar. Masakan yang khas ya pecel dan lodeh itu. Belakangan ada nasi campur yang dicari-cari pelanggan, yakni sayurnya dicampur,” ujar Atik Daryati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya