Solopos.com, KARANGANYAR - Jenazah warga asal Sidoarjo, Jawa Timur yang meninggal di dekat Sendang Manten Pertapaan Pringgodani sudah dipasrahkan oleh keluarga Selasa (4/2/2020). Jenazah Henry Bayu Tumanggor, 54, saat ini dimakamkan di Blumbang, Tawangmangu, Karanganyar.
Kapolsek Tawangmangu, AKP Ismugiyanto, mengatakan proses autopsi jenazah Henry sudah selesai dilakukan dan tidak ditemukan adanya tanda kekerasan fisik pada tubuhnya. Dia juga menjelaskan, sebelum Henry meninggal, pemilik warung di dekat lokasi, Kardi, sempat menjenguk korban sekitar pukul 11.30 WIB.
Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah
Sakral & Dingin, Tak Semua Orang Kuat Bertapa di Pertapaan Pringgodani Karanganyar
Saat itu, Kardi mengira korban dalam keadaan tidur. Curiga, Kardi pun kemudian menjenguk lagi dan mengecek korban yang ternyata sudah dalam keadaan tak bernyawa.
“Sudah diautopsi memang tidak ada tanda kekerasan. Korban sebelumnya dicek pemilik warung yang juga rekannya. Awalnya dikira tidur, tapi lama sekali kemudian dicek lagi ternyata sudah meninggal,” ucap Ismugiyanto kepada Solopos.com, Selasa (4/2/2020).
Sempat Kebanjiran, Pendaki Dilarang Dirikan Tenda di Pos 2 Gunung Merbabu
Kakak korban, Tiuria Tumanggor, 56, keluarga yang mendengar kabar tersebut kemudian langsung menuju ke Polsek Tawangmangu. Dia juga menjelaskan, korban sudah mengidap penyakit jantung sejak enam bulan belakang.
“Setahu saya memang sudah sekitar enam bulan ada gejala jantung. Belum lama, belum sampai tahunan mengidapnya. Kalau tinggal di Pringgodani sudah 27 tahun mungkin. Kami langsung ke sini [Karanganyar] dan ke Polsek Tawangmangu untuk menerima jenazah adik saya. Penyebabnya memang karena sakit,” beber Tiuria.
Warga Jatim Meninggal Saat Jalani Ritual Di Sendang Manten Pringgodani Karanganyar
Sebelumnya, Henry Bayu Tumanggor, 54, warga Punggul RT 002/ RW 001, Punggul, Gedangan, Sidoarjo ditemukan sudah tak bernyawa di gubuk Sendang Manten Pringgodani, Tawangmangu, Karanganyar Senin (3/2/2020). Korban meninggal diduga disebabkan hipotermia lantaran saat itu kawasan Pringgodani dalam kondisi hujan dan bersuhu dingin.